Seiring dengan bertambahnya usia, kita semakin mengenal siapa diri kita. Semakin tahu apa yang kita harapkan, semakin paham apa yang sebenarnya kita butuhkan, hingga perayaan ulang tahun seperti apa yang kita inginkan. Tidak ada batasan usia dalam melakukan perayaan, begitu pula tidak ada standar acara seperti apa yang seharusnya dilakukan. Semua berdasarkan pada apa yang kita inginkan dan kondisi masing-masing kita.
Harapan dalam Pertambahan Angka Usia
Tahun ini sudah tahun kesekian saya berada dalam golongan usia dewasa. Sudah memiliki struktur tubuh yang telah berkembang sempurna, sudah melewati usia yang katanya menghadapi krisis, sudah tidak mungkin menyamar jadi remaja. Manusia dewasa seutuhnya. Meski belum kentara, tapi seolah sudah menjadi kewajiban untuk melakukan perawatan. Sebab, perubahan pola makan juga aktivitas akan langsung memberi dampak. Tepung dan gorengan bisa menimbulkan jerawat, minuman kemasan tinggi gula akan menimbulkan rasa tidak nyaman dipencernaan, kurang bergerak dari seharusnya membuat badan pegal-pegal. Entah itu karena pertambahan usia atau memang respon tubuh sebaiknya.
Apa yang terjadi pada usia puluhan saat ini, tidak pernah saya bayangkan diusia puluhan sebelumnya. Siapa sangka penggenapan usia tahun ini saya berada benar-benar ditengah Indonesia? Tapi, Tuhan yang punya rencana. Mungkin ini cara-Nya menjawab doa-doa yang pernah saya panjatkan sebelumnya. Doa untuk menjawab pribadi yang lebih baik, diri yang lebih kuat, hubungan yang lebih hangat, gaya hidup yang lebih sehat, juga usaha yang lebih bermanfaat. Mungkin jalan begini yang dilalui agar saya bisa menjadi seseorang yang saya pintakan dalam tengadahan tangan, agar saya bisa mendapatkan apa yang saya harapkan dalam sujud-sujud malam. Saya pernah mengatakan bahwa dalam kejutan yang hadir dalam hidup kita, semoga kita semua bisa menemukan kebaikan yang telah Tuhan persiapkan, mungkin bukan hari ini, bukan pula esok hari, tapi suatu saat nanti. Dan hingga saat itu tiba, semoga kita tetap tabah menantinya. Ya, semoga.
Semoga lainnya juga menjadi semakin sederhana dan jelas maknanya. Besar kemungkinan karena seiring bertambahnya usia, kita akan semakin kenal siapa diri kita sebenarnya dan apa yang sesugguhnya kita inginkan. Meski ada banyak pilihan, beberapa persimpangan, tapi kita sudah lebih mudah menentukan. Semakin dewasa semakin sederhana semakin bermakna. Kesehatan, kebaikan, kekuatan, kemudahan, keleluasaan, kesejahteraan, kestabilan, hingga kepastian. Banyak juga ternyata. Memang tidak pernah cukup rasanya kita meminta.
Tapi untuk hal-hal pinta yang mewakili, saya akan berdoa agar kita semua diberi Tuhan rasa cukup atas apapun yang kita punya, memiliki hati yang lapang untuk menerima apapun kehendaknya, memiliki pikiran terbuka akan segala kemungkinan hidup kita kedepannya. Semoga kita bisa terus teguh mengupayakan yang terbaik dalam memberi manfaat kebaikan yang bisa kita kerjakan hari ini. Semoga kita tidak lupa untuk berkasih sayang dengan sekitar, menjadikan hari atau bahkan hidup seseorang atau beberapa orang terasa sedikit lebih hangat. Semoga kita bisa berbahagia baik didunia saat ini maupun diakhirat nanti.
Mungkin itu cukup mewakili, mungkin kita akan menambahkannya dengan hal-hal rinci yang masing-masing kita ingin miliki. Ingin rumah sendiri, mendaftar haji, mengganti kendaraan pribadi, jalan-jalan ke luar negeri, memiliki karya pribadi, jangan ragu terus bisikkan pada Dzat yang Memiliki Segala. Yakin akan Ia kabulkan.
Perayaan di Usia Dewasa
Dengan semakin pahamnya saya dengan diri sendiri dan apa yang diinginkan, saya paham benar ketidak sukaan saya pada pesta perayaan. Apapun bentuknya, terasa melelahkan. Seolah butuh istirahat seharian setelahnya. Namun, bukankah tidak apa jika sesekali kita merasa lelah? Bukannya juga menyenangkan pulang ke rumah setelah berlelahan di luar sana? Bukankah justru melegakan bisa kembali menyendiri setelah beramai-ramai sore hari tadi?
Ternyata, ketidak sukaan kita terhadap sesuatu tidak serta merta membuat kita terus menghindarinya. Kadang kita bisa tidak mempermasalahkannya atau bahkan menginginkannya. Saya dulu mengabaikan perayaan kelahiran, karena tampak tidak ada gunanya. Anak-anak belum mengerti, tukar kado hanya jadi ajang adu gengsi bahkan berpotensi menambah tumpukan barang di lemari. Orang dewasa tampak tidak lagi patut. Lagipula, tidak ada pencapaian apapun, untuk apa dirayakan?
Namun setelah mundur beberapa langkah dan melihat lebih luas, ternyata tidak ada salahnya juga jika ada yang ingin merayakan. Saya justru mengenang pesan-pesan yang sengaja dikirim tengah malam, kejutan yang datang tanpa kabar, hadiah yang benar saya inginkan atau membuat heran, kok bisa kepikiran? Maka saya mengubah sikap. pada hari-hari biasa mungkin saya ingin kesunyian tapi satu hari dalam setahun tidak apa jika terjadi banyak kebisingan.
Dengan ini saya menyatakan, tidak bisa sepenuhnya setuju dengan kata mereka, sudah dewasa tidak perlu dirayakan. Tidak bisa seiya dengan kalimat, sudah panjang usia untuk apa lagi diberi kejutan. Padahal, sepanjang usia kita tidak apa jika dirayakan, tentu menyenangkan jika diberi lebih banyak perhatian dari hari biasanya.
Saya tidak lagi percaya, bahwa semakin bertambah usia kita semakin tidak menginginkan apa-apa. Nyatanya saya masih ingin dirayakan, bukan untuk pencapaian, namun karena kehadiran saja. Dalam satu hari selama satu tahun, saya ingin diperingati bukan atas apa yang dilakukan, tapi karena saya ada, dan itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan menjadikan hari ini hari istimewa. Saya ingin ada orang-orang terkasih yang bersiap menyambut, yang memberi tanda pada kalender mereka, karena hari itu mereka peringati sebagai yang berbeda dimana mereka bisa mengekspresikan kasih dengan lebih leluasa, mempunyai alasan untuk mengungkapkan lebih banyak kata sayang dari biasanya, untuk mewujudkan satu dua harapan. Bukan hari yang biasa dan semakin terlupa dipertambahan usia, saya justru semakin ingin hari yang lebih bermakna.
Maka ini bisa menjadi pengingat bagi saya juga, untuk tidak pernah melupakan, untuk terus merayakan kelahiran sebagai tanda kehadiran. Mengucapkan sebagai bentuk syukur karena seseorang telah hadir, telah setia menemani, telah mendukung selama ini, telah membersamai. Kadang juga bisa mengungkapkan dengan lebih dari sekedar ucapan atau doa kebaikan. Hanya untuk mengingatkan mereka bahwa hidup kita telah menjadi lebih bermakna sebab mereka begitu berharga.
Salam. Nasha