• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Jalan-jalan ke tempat wisata sepertinya memang seru, ya? Apalagi kesempatan kita dan anak sama-sama libur. Sayangnya, masa liburan ini serentak dengam keluarga lain sehingga banyak destinasi wisata yang dipenuhi pengunjung. Harga yang dibanderol pun semakin meroket. Belum macet di jalan dan sesaknya tempat-tempat tersebut. Akibatnya, banyak keluarga yang memutuskan untuk menghabiskan liburan di rumah saja. Dan ternyata ada banyak aktivitas yang bisa kita lakukan loh meski di rumah saja dan tidak kalah seru dengan berkunjung ke tempat wisata!


Libur akhir tahun kali ini cukup panjang dibanding tahun lalu karena tanggal merah 25 Desember dan 1 Januari jatuh di Hari Senin. Bandingkan dengan tahun lalu dimana dua tanggal libur itu jatuh di Hari Minggu. Jika kita hitung untuk tahun ini, setidaknya dengan mengambil cuti hari kerja sebanyak tiga hari saja di tanggal 27, 28, dan 29 Desember kita bisa menikmati liburan sebanyak sepuluh hari! Dengan catatan, hari kerjanya Senin sampai Jumat, ya. Antusiasme liburan ini juga terbukti dengan meningkatnya jumlah wisatawan di berbagai destinasi wisata, dibandingkan dengan jumlah kunjungan tahun lalu.

Semua orang suka liburan, tapi tidak semua orang suka keramaian. Sebut mereka introver yang energinya bukannya terisi tetapi malah habis terkuras dengan sesaknya manusia di luar sana. Tanpa harus menggolongkan introver atau bukan, ada orang yang memilih untuk menghindari tempat wisata yang disesaki pengunjung pada musim liburan ini. Maka, bersantai di rumah saja adalah jawabannya.

 


Ide Kegiatan Keluarga di Rumah

Kita tahu bahwa anak-anak memiliki energi berlimpah yang harus disalurkan jika tidak ingin mereka tantrum tiba-tiba atau melakukan hal-hal yang tidak seharusnya, mengisengi adik misalkan. Maka jika dari awal tidak ada rencana liburan ke luar, sebaiknya susun beberapa agenda yang bisa anak lakukan di rumah. Menurut saya, anak tidak perlu diberi jadwal kegiatan tapi sediakan beberapa opsi yang bisa mereka lakukan saat mereka sendiri kehabisan ide untuk melakukan apa.

  • Olahraga

Anak-anak yang sudah bersekolah biasanya memiliki jam pagi untuk mereka menggerakkan badan, entah itu dengan bermain di area sekolah atau senam bersama. Usahakan untuk melanjutkan kebiasaan baik tersebut. Tidak perlu lama, lakukan mulai dari sepuluh menit saja di pagi hari dengan stretching-stretching ringan akan menjadi awal yang menyenangkan di hari anak, dan kita juga. 

  • Makan Bersama

Sebagian keluarga mungkin menganggap makan bersama adalah hal biasa, tapi ada pula keluarga yang jarang melakukan ini. Bisa jadi karena beda jadwal kegiatan, bisa jadi pula karena merasa tidak sempat karena jarak dari rumah ke tempat kerja terlalu jauh misalkan. Nah, masa liburan ini coba manfaatkan dengan makan bersama dengan santai di meja makan sambil bercerita tanpa perlu ditekan rasa buru-buru.

  • Masak Bersama

Menyiapkan makanan kadang bisa cukup merepotkan, apalagi jika anggota keluarga punya selera berbeda-beda. Rasanya akan meringankan jika pekerjaan itu bisa dibagi atau dikerjakan bersama. Ekspektasinya sih begitu. Tapi jika yang membantu di dapur adalah anak-anak, pekerjaan di dapur jadi lebih merepotkan, sekaligus lebih menyenangkan! Di waktu libur begini, ibu bisa lebih santai dengan waktu dan standar kerapian. Manfaatkan kesempatan ini untuk menghabiskan waktu bersama anak dengan memasak bersama. Biarkan mereka menyiapkan bahan seperti mengupas atau memotong, tidak apa pekerjaan jadi selsai lebih lama atau dapur jadi lebih berantakan, ajak pula mereka membereskannya. Ini bisa jadi pengalaman menyenangkan dan pelajaran berharga bagi anak untuk berkontribusi dalam kegiatan di rumahnya sendiri.

  • Beberes

Bukan sekedar beberes biasa yang dilakukan anak setiap hari saat selesai bermain, tapi ajak juga anak melakukan decluttering atau mengorganisir barang-barang di rumah. Minta mereka mengeliminasi pakaian ataupun mainan mereka yang tidak lagi terpakai untuk diberikan pada orang lain.  Jika memungkinkan, ajak juga anak untuk langsung memberikannya. Ini juga bisa menajadi media pembelajaran anak untuk berbagi pada orang lain. Setelah beberes, ajak juga anak untuk menata ulang rumah, tanya pendapat mereka saat menggeser perabotan, ajak mereka mendorongnya juga, lakukan bersama-sama.

  • Membuat Prakarya

Prakarya ini perlu dilakukan dengan penyesuaian pada usia anak, tapi yang paling dasar adalah ajak mereka untuk menggunting, menglem, juga mewarnai. Anak yang sudah besar bisa dengan tambahan tulisan atau gambar. Umumnya anak-anak akan senang dengan aktivitas ini. Manfaatkan kardus, kertas, botol, atau peralatan bekas lainnya. Idenya bisa googling saja ya sesuai dengan kemampuan anak dan kita, hihi.

Membuat prakarya ini juga bisa ditambah dengan aktivitas mendekorasi ruangan, kamar anak salah satunya. Dengan menempelkan hasil kreasinya di sudut kamar yang ia inginkan, anak akan bangga dengan apa yang ia kerjakan. Aktivitas berkebun juga bisa dilakukan, mulai dengan menanam benih, menyiraminya setiap hari, hingga membuang rumput liar yang tumbuh di sekitar. 

  • Bermain Game Bersama
Ini juga bentuk aktivitas yang disesuaikan dengan usia anak. Biasanya, anak akan mengerti game board seperti ludo, ular tangga, juga monopoli atau jenis permianan lain yang biasa kita mainkan dulu, diumur lebih dari tujuh tahun. Sebelum itu, kreasikan permainan sendiri berupa tebak-tebakan. Ini bisa dilakukan dengan verbal saja ataupun dengan alat berupa kartu bergambar. Pada permainan ini, intinya adalah dilakukan bersama secara nyata, bukan anak diberi gadget untuk bermain dengan alat tersebut, ya! 

  • Wisata Virtual

Bentuk kegiatan yang semakin populer belakangan apalagi sejak pandemi melanda. Orang tetap ingin bepergian tetapi tidak memungkinkan sehingga maraklah wisata virtual. Ada beberapa agent yang menyediakan jasa ini seperti traval.co, i.heritage, travelxism, atau panoramago. Kita membayar sejumlah biaya untuk paket wisata virtual reality dimana agen tersebut akan melakukan perjalanan dengan kita di rumah saja menikmati pemandangan di tempat tujuan. Meski tidak merasakan langsung, setidaknya wisata seperti ini bisa jadi alternatif yang cukup mewakili lah ya. Bahkan video perjalanan saja sudah banyak disediakan gratis di youtube, ini juga bisa menjadi referensi sebelum kita melakukan perjalanan sungguhan ke sana.

  • Staycation

 


Ada kalanya kita ingin merasa suasana yang berbeda meskipun hanya semalam saja. Tanpa repot memikirkan beberes, menyiapkan sarapan, dan berada di ruangan yang lebih mewah dari biasanya, maka staycation-lah jawabnnya. Tapi untuk peak season ini memang kita harus merogoh kocek lebih dalam karena harga kamar hotel sudah pasti lebih tinggi dibanding hari biasanya. Tapi dengan kegembiraan yang didapat, dengan catatan tidak mengganggu anggaran lainnnya, ya tidak apa juga. Jangan lupa, tetap terapkan prinsip sustainability dan lakukan hal yang bisa dilakukan untuk menghemat energi saat menginap di hotel, ya!

Baca Juga: Rekomendasi Hotel Jogja untuk Keluarga yang Nyaman dengan Kamar Luas, Pas buat Liburan!

Buat saya, waktu liburan adalah waktu yang paling tepat untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama-sama. Bersantai bersama tanpa diburu setumpuk aktivitas lainnya. Kadang memang ada keinginan kita untuk menyendiri, melakukan aktivitas yang tidak melibatkan anak, tapi ingat saja bahwa anak-anak ini juga kan tumbuh besar dan semakin berkurang waktu yang akan ia habiskan dengan kita. Maka, jika kesempatan ini masih ada, manfaatkan semaksimal mungkin sehingga tidak perlu ada penyesalan, andai aku habiskan waktu lebih banyak dengan mereka. Lagipula, bagaimana cara kita mengajarkan kebaikan pada anak jika tidak meluangkan waktu dan tenaga untuk mereka. 

Saya sendiri jarang melakukan ide-ide kreatif untuk anak seperti yang biasa bersiliweran di sosial media. Hanya melakukan dengan apa yang ada, semampu kita, lebih seringnya justru terjadi spontan. Tiba-tiba bermain bola, tiba-tiba kuis, tiba-tiba beberes dan mendekorasi. Saya pikir ini bukan hanya tentang kegiatannya, tapi lebih penting lagi tentang kehadiran penuh kita sebagai orang tua untuk masuk ke dunia mereka. Jadi, dalam kesempatan liburan ini, untuk para orang tua, selamat menyelami dunia anak-anak tercinta!



Salam, Nasha

iheritage

Perkara cinta ibu ini sepertinya urusan yang tidak perlu kita ragukan. Dalam setiap nafas dan gerak ibu, ada kasih untuk keluarga, orang-orang yang mereka sayangi bahkan tak jarang melebihi diri sendiri. Apapun yang ibu lakukan, bisa diterjemahkan sebagai bahasa cintanya kepada keluarga, termasuk dalam sajian makanan di meja makan. Meski tidak semua ibu menyukai aktivitas memasak, tapi semua ibu akan mengusahakan memberi makanan yang terbaik untuk anggota keluarga. Salah satunya adalah dengan menyajikan makanan hasil olahan Rice Cooker Miyako. 

 


Bahasa Cinta Ibu dalam Sajian Makanan

Dalam hubungan antar manusia, kita mengenal five love language yang dikenalkan sejak 1992 lalu oleh penulis asal Amerika, Gary Chapman, dan bertambah kepopulerannya pada masa globalisasi ini. Menurutnya, saat kita mencintai seseorang, kita akan mengekspresikan perasaan tersebut dengan lima cara yang kemudian dikenal sebagai bahasa cinta. Kelima bahasa cinta tersebut antara lain adalah words of affirmation, quality time, receiving gifts, act of service, dan physical touch. Sama dengan kasih ibu, ia akan mengungkapkan perasaannya melalui lima cara tersebut, bisa sekaligus bisa juga satu per satu. Salah satu perwujudan cinta ibu yang paling umum adalah dengan makanan yang ia siapkan. Iya, ada wujud bahasa cinta ibu dalam sepiring masakan yang terhidang di meja makan.

  • Act of Service (Pelayanan)

Ini jelas dari bagaimana ibu meluangkan waktu dan tenaganya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga semua anggota keluarga puas dengan makanan yang terhidang.  Tidak ada libur, tiga kali sehari, ibu memastikan kebutuhan nutrisi terpenuhi dan tidak ada bahan makanan berbahaya yang masuk ke tubuh keluarga tercinta. Ditambah jika anak-anak belum mandiri, ibu siap siaga membantu mengambilkan segala peralatan, menyuapi makan, hingga membereskannya nanti. 

  • Quality Time (Waktu Berkualitas)

Waktu yang ibu habiskan bersama pasangan dan buah hati, baik dari dapur saat menyiapkan makanan ataupun di meja makan untuk bersantap bersama, adalah wujud kasih ibu yang begitu besar. Kebersamaan ini bisa sering dirasakan ketika anak-anak  masih belia namun akan berkurang seiring dengan bertambahnya kesibukan mereka dengan dunianya. Jadi, sebagai anak juga sebagai orang tua, jangan sampai kita sia-siakan waktu yang bisa dihabiskan bersama, ya!

  • Receiving Gifts (Hadiah)

Ibu juga membahasakan cintanya melalui hadiah. Sesederhana menyajikan menu yang disukai oleh anggota keluarga, yang disajikan dengan apik, membuat mata berbinar dan air liur terbit hanya dengan memandanginya. Apalagi jika makanan tersebut sesuai dengan selera, semakin terasa nyata kasih ibu pada kita semua. Tidak harus melulu sesuai dengan keinginan, yang paling penting adalah bagaimana ibu mengusahakan pemberian terbaik pada kita. Nasi hangat olahan rice cooker miyako yang ibu sajikan saja sudah cukup jadi hal yang bisa disyukuri hari ini. 

  • Physical Touch (Sentuhan)

Bentuk perhatian ibu juga diwujukan dalam bentuk sentuhan. Sentuhan ringan di tangan ketika makan, di pundak, juga di kepala ketika ibu begitu bahagia melihat kita lahap menyantap makanan yang ia siapkan. Atau ketika ibu bangga mendengar cerita keseharian kita. Pelukan dan kecupan yang diberikan ibu juga adalah bentuk kasih sayang yang ibu tunjukkan.

  • Words of Affirmation (Kalimat Dukungan)

Kata-kata apa yang paling menguatkan kalau bukan dari seorang ibu? Hebatnya, ibu bisa menyampaikan kalmat tepat sesuai dengan apa yang butuh kita dengar. Berbincang di ruang makan sembari bertanya atau mengeluhkan apa yang dihadapi, ibu selalu punya cara untuk menenangkan gemuruh dihati. Apa lagi namanya kalau bukan bahasa cinta?

Mungkin kita tahu pasti, bisa jadi juga kita masih meraba-raba, apa ya bahasa cinta sang ibu? Namun satu hal yang harus kita sadari, ibu sering mewujudkan kasihnya dalam keseharian. Dalam sepiring makanan saja, ibu bisa mengisi kelima tangki cinta kita sekaligus! 


Sajian Makanan Ibu

Setelah beranjak dewasa, bahkan kini sudah menjadi ibu, kita tahu tersajinya makanan di meja membutuhkan pekerjaan yang cukup panjang. Mulai dari memikirkan menu makanannya dengan berbagai pertimbangan seperti bahan makanan yang terbaik, pengolahan makanan yang sehat, preferensi selera masing-masing anggota keluarga, dan biaya yang diperlukan. Pertimbangan yang membuat ibu berkutat dalam renungan, besok masak apa ya? Bukan hanya pada ibu yang memasak, untuk membeli juga perlu usaha dan pertimbangan yang sama beratnya, kalau beli ini si kakak suka tidak ya? kalau pesan ini cukup tidak ya untuk gizi si adik?

Proses itu berlanjut dengan aktivitas belanja bahan masakan, menyiapkan bahannya, hingga kegiatan memasaknya itu sendiri. Jangan lupa beberes setelahnya. Aktivitas menyiapkan makanan tiga kali sehari ternyata sudah cukup menyita waktu ibu. Apalagi sekarang, ada lebih banyak hal yang perlu ibu lakukan. Bukan hanya untuk keperluan rumah, ada juga kepeluan sekolah anak, juga kegiatan ibu sendiri. Rasanya 24 jam tidak cukup!

Beruntung, tuntutan zaman kita dibarengi dengan perkembangan teknologi. Kita tidak perlu menunggui beras menjadi nasi di depan alat pembakaran. Tidak perlu mengecek berulang nasi sudah matang atau belum, airnya kurang atau tidak, dan tanpa takut gosong, proses ibu memasak nasi hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit! Dengan rice cooker miyako, ibu hanya perlu mengisi pot rice cooker dengan beras yang sudah dicuci dan tambahkan air yang dibutuhkan. Terakhir, pencet tombolnya. Nasi akan terhidang sesuai dengan yang kita inginkan. Praktis sekali, kan?

Nikita Willy Pakai Miyako

Teknologi mutakhir yang diaplikasikan pada rice cooker miyako ini memungkinkan kita untuk menikmati nasi yang lebih sehat dan tahan lama. Teknologi miyako nanoal pada pancinya membuat daya anti lengketnya sepuluh kali lebih tahan lama. Lapisan anti lengket inipun sudah dijamin bebas PFOA (Perfluorooctanoic Acid) sehingga kita tidak waswas, karena meskipun punya lapisan anti lengket tapi tetap aman tanpa tercemar senyawa kimia berbahaya. Proses memasak nasinya juga lebih sempurna karena rice cooker ini memiliki tiga elemen pemanas yakni diatas, ditengah, dan dibawah. Setelah matang, nasi juga lebih terjaga kehangatannya.

Bukan hanya memasak, alat ini juga berfungsi untuk mengukus dan menghangatkan makanan, maka pantas ia disebut magic warmer plus! Sistem pemanasan pada magic warmer plus miyako ini juga sudah dilengkapi dengan perangkat thermostat, yang mengatur panas dalam suhu tertentu, membuat nasi tetap hangat, tidak kering, juga tidak mudah basi. Adanya gelas pembuangan sisa air dibagian belakang mencegah nasi yang dihangatkan menjadi busuk. Semua kecanggihan itu sudah dijamin dengan standar nasional SNI dan jaminan food grade yang menenangkan hati. Apalagi, warna rose goldnya yang apik, wajar kan kalau saya ikut kepincut untuk memilikinya?

Setelah setahun lebih ini menjadi ibu, Nikita Willy yang dulunya kita kenal sebagai aktris multitalenta dengan deretan sinetron yang ia bintangi, kini semakin populer sebagai mamah muda yang mengasuh anaknya sendiri. Ia mengabdikan sebagian besar waktunya untuk sang putra yang akrab disapa Issa. Masa menyusui hingga MPASI dilakukan Niki dengan persiapan yang matang, termasuk dalam memilih peralatan penunjang makanan yang ia hidangkan. Nikita Willy Pakai Miyako untuk menyajikan makanan di rumahnya, dengan teknologi canggih dan jaminan kesehatan, ditambah dengan hasil buatan lokal, tidak heran Miyako semakin diunggulkan ibu dalam memudahkan urusan sajian makanan.

Selain penanak nasi, yang memastikan nasi akan matang sempurna dan selalu tersaji hangat, ada banyak produk lain yang dihadirkan oleh Miyako. Produk ini benar-benar memudahkan urusan memasak ibu. Seperti kompor gas dua tungku yang saya miliki, sejak lima tahun lalu hingga kini, kompor tersebut masih berfungsi dengan baik. Bahan ceflon anti goresnya membuat kompor ini mudah dibersihkan sehingga juga menunjang penampilan di dapur cantik ibu. Ternyata banderol harga yang lebih murah, tidak menjadikan kualitas Miyako ini dibawah merk lainnya.

Apalah tenaga ibu tanpa mesin-mesin yang dengan sigap menghaluskan aneka bumbu. Miyako juga hadir dengan peralatan yang praktis untuk ibu menghaluskan berbagai bahan makanan termasuk daging! Jika ibu ingin yang praktis dan simpel, ada pilihan Miyako blender chopper, satu kali beli, dua alat dimiliki! Dilengkapi dengan tabung berbahan polycarbonat yang anti pecah dan food grade, kegiatan memasak jadi lebih ringkas dan cepat. 

Mobilitas membuat kasih ibu harus disalurkan dengan cara yang efisien. Banyaknya urusan belakangan membuat ibu memerlukan bantuan untuk tetap bisa memberi yang terbaik pada keluarga. Maka, hadirlah teknologi yang memudahkan dan Miyako yang menyediakan. Saya sendiri sudah dibersamai oleh Miyako sejak awal menikah, dengan rice cooker mini berwarna putih biru saat saya dan suami masih hidup berdua hingga sekarang setelah beranak dua, rice cooker bermuatan 1.2L itu tidak lagi mencukupi kebutuhan dan harus digantikan oleh saudaranya yang lebih besar yakni ukuran 1.8L berwarna rose gold. 

Sebagai pengguna Miyako sejak awal membeli rice cooker sendiri dan perlengkapan dapur yang memudahkan hidup ibu lainnya, berikut beberapa ulasan pribadi bagaimana Miyako menjadi pilihan saya.

  • Mudah didapatkan, pilihan produk Miyako bisa didapatkan di hampir seluruh toko elektroni yang tersebar di Indonesia. 
  • Teknologi yang tidak kalah saing dengan merk-merk lain bahkan hasil produksi negara-negara maju.
  • Sparepart dan service center ada dimana-mana yang memungkinkan kita untuk mereparasi peralatan dengan mudah dan murah.
  • Harga produknya terjangkau berkat produksi dan rantai distribusi yang pendek di dalam negeri
  • Terbukti tahan lama dengan masa pakai lebih dari lima tahun dan masih awet berfungsi dengan baik
  • Bangga buatan lokal Indonesia untuk mendukung perekonomian di negeri sendiri.

Seperti Nikita Willy, saya, serta banyak ibu lainnya di Indonesia bahkan yang tersebar di Vietnam, Srilanka, hingga Bangladesh yang pakai Miyako, ibu-ibu juga bisa bergabung menjadikan Miyako sebagai #TemanWajibAnda dalam menikmati hidup yang lebih mudah tanpa mengganggu anggaran dengan peralatan harga terjangkau, berkualitas tinggi, dan desain menarik yang disediakan Miyako. 

#NikitaWillyPakaiMiyako #NanoalPilihanNikita #RiceCookerMiyako



Salam, Nasha

Alat transportasi memang menjadi hal yang menarik bagi anak-anak. Benda besar dengan kemampuan untuk berpindah tempat dan mengantarkan orang juga barang.  Apalagi, kemajuan pengetahuan dan teknologi membuat perkembangan yang mengagumkan dari variasi alat transportasi tersebut. Maka tidak heran jika tempat wisata yang memajang aneka alat transportasi selalu ramai dikunjungi. Seperti Museum Angkut di area Jatim Park, Malang dan Museum Dirgantara di Jogja.


 

Museum Angkut, Malang

Sebenarnya Museum Angkut ini tidak benar-benar berada di Kota Malang, tapi sekitar dua puluh kilometer dari pusat Kota Malang tersebut yaitu di Kota Batu, tepatnya di area Jatim Park. Berada di atas lahan seluas hampir empat hektar, museum ini memiliki lebih dari tiga ratus koleksi angkutan. Dengan biaya masuk sebesar Rp120.000 untuk weekend dan peak season, pengalaman yang akan kita dan anak-anak dapatkan akan sepadan.

Masuk ke area Museum Angkut, kita akan disambut oleh jejeran kendaraan darat yang tersusun rapi di area indoor ber-AC. Juga ada robot transformer kuning yang menyambut tepat di tengah pintunya. Pelan-pelan menyusuru satu per satu kendaraan, kita bisa melihat aneka transportasi dari zaman sebelum kemerdekaan dulu hingga mobil modern yang munculnya sering di layar kaca. Kita pun bisa membandingkan, mobil dulu dengan body yang memakan tempat hingga kini mobil dibuat dengan sangat ringkas dan efisien.


Lanjut ke lantai atas, bisa dengan eskalator ataupun lift, kita bisa melihat jajaran transportasi manual seperti andong ataupun pedati, lengkap dengan binatang (tiruan)-nya. Berbagai kendaraan balap juga dipamerkan disini. Bahkan kita juga bisa mencoba sensasi mengendarai kendaraan balap dengan teknologi virtualnya. Area ini juga dibuat dengan membangun suasana balap sungguhan dengan jejeran gambar pembalap dunianya.

Belum puas di area indoor? Kita bisa ke area outdoor yang ada di bagian atas ataupun di bagian bawah. Di atas, ada berbagai pesawat yang dipertontonkan. Ada pesawat tempur hingga pesawat penumpang. Beberapa dari pesawat itu juga bisa kita naiki. Salah satu pesawat kepresidenan juga ada, bisa kita naiki, bahkan berfoto bersama dengan patung Bapak Habibi, presiden ketiga Republik Indonesia yang terkenal akan jasanya dibidang aviasi. 

Area outdoor dibawah, kita disuguhkan dengan pemandangan kiri kanan pertokoan yang cukup instagramable. Lengkap dengan hiasan lampion diatasnya. Dengan sejuknya suasana di Kota Batu, berjalan-jalan di area ini benar-benar menyenangkan. Melihat area yang ditata apik, membawa pikiran kita berkelana ke kota-kota bahkan negara-negara lain. Pada hari dan jam tertentu juga ada penampilan langsung di panggung outdoor yang disediakan. Bahkan ada pula area yang disulap demikian rupa dengan atribut khas berbagai negara di dunia. Ini akan sangat menyenangkan apalagi untuk anak-anak. Jadi mereka bukan hanya belajar tentang beragam alat transportasi tapi juga mengenal negara-negara di dunia. 


Dengan adanya area food court, kita bisa mengisi perut sebelum kembali berjalan kaki. Jadi bisa menghabiskan waktu seharian di sini. Menjajaki wilayahnya yang sangat luas, berjalan-jalan santai menikmati pemandangan dan sejuknya udara, tahu-tahu sudah berjam-jam saja kita berada di sana. Memang paling baik, tidak memadatkan jadwal liburan dengan menambah tempat wisata lain di hari yang sama dengan museum angkut, karena selain jadinya kurang santai, jikapun masih ada waktu tersisa, akan cukup melelahkan khususnya bagi anak-anak untuk melanjutkan perjalanan lainnya. 

Baca Juga: Itinerary Lengkap, Panduan Liburan Keluarga ke Malang

 

 

Museum Dirgantara, Jogja

Jogjakarta juga punya museum transportasi. Berbeda dengan Museum Angkut yang dikelola swasta, pengelolaan Museum Dirgantara Mandala dilakukan oleh TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara) di wilayah mereka, tepatnya di Kompleks Pangkalan Udara Adi Sucipto di Kec. Depok, Kab. Sleman, DIY. Museum ini buka setiap hari dari pukul 08.30 - 16.00. Dalam pemberitahuan sebelumnya, pengunjung yang ingin datang perlu melakukan reservasi terlebih dahulu (H-1) ke nomor whatsapp 087710297780 untuk ketertiban bersama. 

Untuk masuk ke museum ini, kita perlu masuk terlebih dahulu ke area kompleks AU dari pintu Jl. Janti. Dari sana bisa lurus lalu mengarah ke kiri, sesuai dengan rambu dan petunjuk yang disediakan. Sampai di area museum, akan ada parkiran yang sangat luas lengkap dengan pepohonan rindang, jadi tidak perlu khawatir kendaraan kita akan kepanasan. Tiket masuknya cukup murah, yaitu hanya Rp10.000 per orang, dengan biaya parkir mobil pribadi Rp5000 saja.



Area pertama yang kita masuki adalah area indoor yang berisi berbagai miniatur pesawat dan berbagai perlengkapan yang dibutuhkan untuk terbang khususnya dalam agenda TNI. Lalu, ada berbagai patung yang dibungkus dengan seragam TNI dari waktu ke waktu, lengkap dengan atribut dan keterangan untuk keperluan apa saja. Foto-foto dan seragam berserta perlengkapan para pahlawan juga ada, seperti Bapak Adi Sucipto, Bapak Adi Sumarmo, Bapak Abdulrachman Saleh, Bapak Halim Perdana Kusuma, dll. Juga dituliskan kisah perjuangan mereka masing-masing. Bukan hanya anak, kita juga jadi banyak belajar.

Karena ini museum dirgantara, tentunya alat transportasi yang banyak dipamerkan adalah alat transpotasi udara atau pesawat. Ternyata ada banyak sekali jenis pesawat ya. Lengkap dengan keterangan nama, asal dan tahun pembuatannya. Koleksi pesawat-pesawat ini berada di area indoor dan outdoor. Kita bisa bebas berfoto di setiap sudutnya, bahkan beberapa pesawat juga bisa kita naiki hingga ke area pengendalinya. Ada juga jasa foto yang ditawarkan dengan atribut baju dan helm pilot untuk anak-anak, denan biaya langsung cetak sekitar Rp25.000. Hanya saja untuk area indoor di sini, mesin pendingin tidak mampu mengalahkan cuaca Jogja yang tidak sesejuk di Malang.  


Untuk di area outdoornya, anak-anak bisa berlarian kesana-kemari karena dilengkapi dengan rumput dan pepohonan yang rindang, sehingga cukup nyaman untuk berjalan-jalan di sini. Mayoritas pesawat adalah peralatan yang pernah digunakan oleh TNI-AU untuk berbagai keperluan dahulu. Semua dipajang lengkap. Ini akan menjadi perjalanan yang cukup menyenangan untuk anak-anak. Karena areanya tidak seluas museum angkut, jadi cukup luangkan setengah hari untuk menghabiskan waktu di sini.

Nah, sekian rangkuman dari destinasi museum alat transportasi yang bisa menjadi pilihan untuk dikunjungi bersama anak-anak. Ini jenis museum yang akan menarik minat anak karena alat transportasi cukup dekat dengan kehidupan mereka, apalagi areanya yang luas memungkinkan mereka untuk menyalurkan energi dengan berjalan ataupun berlarian. Selamat berlibur!



Salam, Nasha

Di penghujung tahun seperti sekarang ini, biasanya kita melakukan kilas balik pada apa yang terjadi tahun ini sembari membuat rencana untuk tahun depan. Mencentang rencana mana saja yang berhasil terwujud dan mengevaluasi rencana yang belum berhasil. Ini mencakup pada apa saja yang sudah kita lakukan, apa yang sudah kita capai, dan rencana apa lagi yang ingin kita wujukan; bisa jadi sama bisa jadi pula berbeda. Kita mengenalnya dengan resolusi tahunan. Ini kebiasaan baik yang bisa mendorong kita hidup lebih berkesadaran, namun juga perlu kehati-hatian agar tidak sampai berdampak negatif seperti memicu stres. 



Kesalahan dalam Resolusi Tahunan

Membuat resolusi tahunan adalah hal yang bagus agar perjalanan kita setahun kedepan lebih jelas terarah sehingga lebih mudah bagi kita mencapai visi jangka pendek maupun jangka panjang. Banyak penelitian juga telah membuktikan beberapa manfaat dari membuat resolusi tahunan ini, antara lain:

  • Membantu mengarahkan hidup sesuai dengan jalan yang direncanakan
  • Meningkatkan semangat dan motivasi dalam bergerak
  • Menjadi momen untuk merefleksikan masa lalu, saat ini, juga masa depan
  • Menyaring hal-hal yang penting dan mengeliminasi yang tidak penting
 
  Meskipun banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dengan membuat resolusi tahunan, banyak juga orang yang menghindarinya dengan berbagai alasan. Tidak apa juga, karena resolusi tahunan ternyata juga bisa beresiko sebagai pemicu stres dan justru berdampak tidak baik. Ketidakberhasilan seseorang meraih apa yang ia tuangkan dalam resolusi tahunan dapat menimbulkan perasaan gagal yang berujung pada menurunnya kepercayaan diri orang tersebut. Begitu pun ketika berhasil. Setelah meraih hal yang diingikan tapi tidak dibarengi dengan kebiasaan yang lebih baik, hal itu bisa jadi hanya sebagai pencapaian sementara. Maka, untuk mendapatkan manfaat baik dari menyusun resolusi tahunan tersebut, ada beberapa hal yang harus kita hindari, yaitu:

  • Hanya fokus pada hasil dan mengabaikan proses
  • Tidak realistis, tidak spesifik, dan terlalu banyak
  • Menetapkan target yang susah diukur
  • Mengisinya dengan hal negatif yang tidak disukai daripada hal positif yang ingin dibentuk
  • Menggantungkan pencapaian pada orang lain

Saking bersemangatnya dengan tahun baru dengan slogan New Year New Me, rasa optimisme kita begitu tinggi hingga lupa pada titik keberadaan kita saat ini. Rasanya tidak ada yang mustahil, perubahan yang kita inginkan sangat mungkin kita dapatkan. Padahal, kita perlu tahapan dan waktu yang panjang untuk berubah. Tidak tiba-tiba kita bisa berhenti memakan makanan instant, tidak serta merta kita bisa rajin berolah raga, dan tidak mendadak juga penghasilan kita menjadi berkali lipat banyaknya. Semua butuh proses. Fokuslah pada satu tahap demi tahap, dan fokus pada apa yang bisa kita lakukan bukan pada hasil yang mungkin akan kita dapatkan. 


Membuat Resolusi

Mengacu pada definisinya, resolusi merupakan cita-cita yang diwujudkan dalam rencana-rencana. Dari sana, kita bisa menyimpulkan bahwa resolusi tahunan yang akan kita buat berisi keinginan yang ingin kita wujudkan di tahun 2024 nanti dan rencana-rencana yang akan kita lakukan dalam mewujudkannya. Untuk mengindari hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembuatan maupun proses meraih resolusi tahunan ini nantinya, berikut beberapa tips yang bisa kita coba:

  • Buat tujuan personal yang ambisius sekaligus realistis
Mungkin ada yang mengatakan bahwa mimpi itu tidak apa setinggi langit sehingga kalau jatuh pun diantara bintang-bintang. Boleh juga. Tapi untuk resolusi tahunan yang mana kita berekspektasi akan tercapai dalam waktu satu tahun, maka penting untuk membuatnya mungkin untuk direalisasikan. Pecah dalam langkah-langkah lebih kecil, seperti target bulanan bahkan mingguan. Lalu naik ke tahap berikutnya dengan target yang lebih tinggi dari waktu sebelumnya. 
  •  Buat target terukur yang spesifik

Semua kita ingin hidup yang lebih sehat, namun apa indikatornya? Berat badan tidak benar-benar bisa kita kendalikan, tapi makanan apa yang kita makan dan durasi olahraga harian bisa kita kendalikan. Jadi, untuk hidup yang lebih sehat. Buat target terukur seperti mengurangi mengkonsumsi minuman dan makanan cepat saji yang tinggi gula dan kalori, dengan mengganti produk tersebut dengan makanan alami seperti sayur dan buah. Bisa juga dengan merutinkan olahraga yang dibuat dengan spesifik seperti olahraga 3x seminggu dengan durasi masing-masing 50 menit. 

  • Tentukan step by step dalam waktu lebih pendek
Angka tahun di kalender memang berubah, tapi kita tidak berubah seperti itu. Ada tahap-tahapnya. Jika ingin rutin berolahraga, mulai dengan yang mungkin untuk ukuran kita. Pecah target pada resolusi tahunan menjadi langkah-langkah kecil dalam target bulanan ataupun mingguan. Untuk konsumsi makanan cepat saji misalkan, batasi pada bulan pertama boleh 3x sebulan, lalu turun lagi jadi 2x sebulan, dst. Begitu juga dengan olahraga, dari yang awalnya tidak sama sekali buat bertahap jadi 1x seminggu, lalu naikkan jadi 2x seminggu, dengan durasi awal dari 30 menit menjadi 60 menit misalkan.

    • Fokus pada proses bukan hasil 
    Sulit memang untuk melepaskan keinginan kita dari campur tangan orang lain, tapi penting untuk menjaga resolusi kita agar tidak bergantung pada orang lain. Ambil contoh content creator. Jika memasang target adalah peningkatan jumlah followers maka tercapainya target itu bergantung pada orang lain. Hasil yang kadang sulit kita kendalikan. Namun, jika menggeser target menjadi membuat konten setiap hari serta rutin mempelajari algoritma, itu menjadi target yang bisa kita kendalikan dan lebih jelas ukuran tercapai tidaknya. Fokus pada proses yang kita lakukan. 

    • Jangan hanya fokus pada materiil

    Banyak hal menyilaukan di dunia ini yang ingin kita dapatkan. Uang tak terhingga, harta berlimpah, juga menumpuknya aset. Benar, tidak ada yang tidak menginginkannya. Tapi kita juga perlu mengingat, masih ada lebih banyak lagi hal yang tidak bisa kita lihat tapi juga perlu kita perjuangkan. Kesehatan, peningkatan kualitas hidup, hubungan baik, manfaat untuk sesama, kebaikan pada alam dan lingkungan, kebijaksanaan, keterampilan, dsb. Item seperti meningkatkan sedekah, vaksin, menambah keterampilan, berlatih kesabaran atau mindfulness, meningkatkan kualitas bahan makanan dan kebutuhan hal yang juga penting ditambahkan dalam daftar resolusi. 

    • Gunakan waktu dengan bertanggung jawab

    Pada akhirnya, apa yang kita lakukan adalah tentang bagaimana kita mengoptimalkan apa yang sudah diberi Tuhan pada kita semua. Segala sumber daya yang masing-masing berbeda dan jumlah waktu yang sama pada setiap kita, harus dipertanggung jawabkan. Semua privilege itu kita gunakan untuk apa. Waktu yang ada itu lebih banyak dipakai untuk apa. Setiap tahun bisa kita kilas balik, sudah sejauh mana kita memenuhi tujuan kehadiran kita di muka bumi. 



    Sebenarnya, membuat resolusi itu tidak harus menunggu awal tahun. Melakukan perubahan ke arah lebih baik juga tidak mesti berganti tahun dulu. Apa yang terpikirkan saat ini, lakukan saja sekarang. Menuliskan atau membaginya dengan orang terdekat juga bisa membuat rencana-rencana tersebut lebih mungkin terwujud. Dalam rencana-rencana tersebut, jangan lupa untuk berjeda dan melihat sudah sejauh mana kita melangkah dan siapa saja orang yang ada mendukung dan membantu kita. Bersyukur dan semangat melangkah lagi!



    Salam, Nasha

    Pernah mendiamkan seseorang karena sedang kesal? Atau pernah diacuhkan saat sedang berbicara? Sikap mendiamkan seseorang dalam hubungan, biasanya saat terjadi konflik ini, dikenal dengan istilah silent treatment. Tindakan ini bisa dilakukan dalam bentuk hubungan apa saja, bisa dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Namun yang pasti, respon ini bukanlah respon yang sehat dan bisa berdampak negatif pada hubungan maupun orang yang menjadi sasaran. Lalu bagaimana mengatasinya jika kita terbiasa melakukan atau terbiasa mendapat perlakuan demikian?


    Tentang Silent Treatment

    Silent Treatment adalah sikap yang ditunjukkan dengan mendiamkan, mengabaikan, atau menghindar dari seseorang. Biasanya sikap ini ditunjukkan sebagai respon dari adanya konflik. Ada banyak alasan seseorang melakukannya, baik secara sadar disengaja ataupun tidak sadar. Jika masih bingung, silent treatment bisa dicirikan dengan menghindari total komunikasi, merespon dengan sangat minimal bahkan enggan melakukan kontak mata, menarik diri dan menjauh, menolak kontak fisik, hingga manipulasi emosional. 

    Melansir dari sejarahnya yang tecatat di Wikipedia,  silent treatment ini bermula dari penjara pada abad ke-19 sebagai alternatif dari hukuman fisik. Di sana, para tahanan tidak boleh berbicara satu sama lain, wajahnya ditutup, dan mereka hanya dipanggil dengan menggunakan nomor saja. Perasaan tidak nyaman yang ditimbulkan dari hukuman ini, dianggap sebagai cara yang tepat bagi mereka dalam merefleksikan kesalahannya. Ini bentuk intimidasi psikologis yang akan menyengsarakan kita sebagai makhluk sosial. 

    Tanpa bermaksud meniru apa yang telah terjadi dahulu, sekarang silent treatment terjadi dalam hubungan intrapersonal. Banyak faktor yang menyebabkan munculnya perilaku ini, yang sepertinya bisa kita pisahkan sebagai faktor personal mencakup untuk  menghindari konflik, menekan emosi, sebagai mekanisme pertahanan diri, memiliki masalah kontrol diri, dan ketidakmampuan komunikasi. Sedangkan untuk faktor yang bisa kita anggap sebagai red flag adalah saat seseorang melakukan silent treatment sebagai bentuk hukuman pada orang lain, memanipulasi emosi sehingga orang yang diabaikan akan merasa terpojok dan bersalah. Mungkin kita akan lebih mampu mengatasi silent treatment ini jika mengetahui alasannya, namun penting dipahami bahwa perilaku mendiamkan ini memiliki dampak yang negatif dan tidak mengenakkan, sehingga perlu untuk diatasi.


    Faktanya, konflik yang dihadapi dengan silent treatment tidak terselesaikan dengan baik. Hubungan yang dibumbui dengan silent treatment akan mengalami penurunan kualitas seiring dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan baik bagi pelaku maupun korban silent treatment. Melansir dari laman klikdokter, dampak tersebut antara lain:

    • Pelaku akan kesulitan mengekspresikan diri, merasa tidak dipahami (karena memang tidak ada penjelasan) yang menimbulkan berbagai emosi seperti marah dan frustasi, hingga kesulitn menjalin hubungan dengan orang lain.
    • Sedangkan korban silent treatment akan mengalami kebingungan, terus berputar dalam pertanyaan yang tidak ada habisnya, overthinking, perasaan bersalah, kecemasan, stres, merasa tidak berharga, sampai merusak kepercayaan diri karena ia jadi meragukan dirinya sendiri. Perasaan tidak mengenakkan itu akan terbawa menjadi pengalaman yang akan mengubah bagaimana ia memandang situasi dan konflik kedepannya. 

     


    Dengan dampak yang ditimbulkan tersebut, psikolog bahkan menyebut bahwa silent treatment adalah perilaku manipulatif yang didorong oleh keinginan untuk berkuasa atas seseorang, bisa termasuk pada pelecehan emosional. Psychcentral bahkan menyebut bahwa silent treatment bisa dikategorikan sebagai bentuk kekerasan, karena memiliki dampak secara emosional, psikolgi, dan juga fisik. Tapi, pengelompokan ini bisa dilihat dari alasan seseorang melakukannya dan efek yang ditimbulkannya, karena tidak semua orang bermaksud buruk seperti untuk menghukum, kadang juga ada alasan lain seperti ketidakmampuan komunikasi atau ketidaktahuan cara lain untuk bertahan. Kadang bahkan juga didorong oleh niat baik, untuk menghindari konflik yang lebih besar sehingga diam agar bisa meredakan emosi masing-masing.   Disinilah kita perlu memahami batasan mendiamkan, apalagi jika efek yang ditimbulkan sudah tidak tertahankan, dengan menurunnya kepercayaan diri dan menimbulkan stres hingga depresi. 

    Orang yang terkena silent treatment dapat merasakan banyak emosi negatif. Diabaikan itu jelas menyakitkan. Membuat seseorang merasa tidak berharga, tidak dihargai keberadaannya, tidak penting apa yang diucapkan ataupun dia rasakan. Jika berlangsung lama atau sering, perasaan itu bisa sangat menyesakkan, bahkan berimbas pada kinerja otak yang sama dengan saat kita mengalami kesakita, juga gangguan fisik seperti peningkatan tekanan darah, penurunan berat badan, serta gangguan tidur. 

    Mungkin kita jadi bertanya, jadi bagaimana jika kita berada pada situasi dimana kita kewwalahan dengan emosi sendiri, sedang tidak siap untuk berbicara, hanya memiliki sedikit energi untuk diam saja, atau memang begitulah cara yang kita tahu selama ini untuk bertahan? Mungkin diam bisa menjadi pilihan, jika saja tidak ada yang tersakiti dengan perilaku tersebut. Bisakah? Sepertinya bisa, dengan sedikit usaha. Tapi sebelumnya, pahami dulu penggalan ini. 

    "The reasons and ways the silent treatment is used in each of these instances may be different, but the result is the same. Pain for the people involved and damage to the relationship between them."

     

    Bagaimana Menghadapinya



    Jika kita sebagai orang yang sering atau pernah melakukan silent treatment, setelah melihat dampaknya, lebih baik berpikir ulang untuk meneruskan kebiasaan tersebut. Ingat, niat yang baik harus disampaikan dengan cara yang baik pula. Jika memang niatnya baik, misalkan untuk menenangkan diri atau meredakan emosi, coba lakukan dengan cara ini:

    • Bicarakan! Satu kalimat seperti, "aku menenangkan diri dulu" atau "tunggu, kita bicarakan besok" adalah kalimat pendek sederhana tapi memiliki dampak perubahan yang sangat besar.
    • Cari tempat aman untuk menyendiri, jika sedang tidak ingin melakukan kontak maka cari tempat yang minim interaksi sehingga orang lain tidak merasa risih dengan keberadaan kita yang sedang 'diam.'
    • Tetap komunikasikan jika masih ada emosi. Hal yang merepotkan dari menjalin hubungan adalah agar kita terus berkomunikasi, tidak peduli ketidakinginan kita untuk bicara, orang lain punya hak untuk mendapat jawaban, mendengar penjelasan. Orang yang berhubungan dengan kita punya hak untuk dihargai.

    Diam yang boleh itu adalah diam yang dimaksudkan untuk menenangkan diri, bukan untuk menghindari apalagi memanipulasi emosi. Diam yang tidak sampai melukai hati orang lain. Maka, setelah tenang, bicarakan. Selesaikan permasalahan dengan bijaksana.



    Sebaliknya, jika kita mendapat silent treatment dari orang lain, coba lakukan beberapa hal berikut:

    • Jangan menyalahkan diri sendiri. Kita tidak pernah bertanggung jawab atas emosi yang orang lain rasakan. 
    • Kendalikan emosi sendiri. Tetap tenang, meski emosi membuncah dan situasinya tidak mengenakkan, kita tetap harus berupaya untuk tetap tenang. Hindari respon yang justru memperburuk situasi. 
    • Perjelas tentang situasi dan perasaan pribadi. Gunakan kalimat "saya merasa sedang didiamkan" maupun "saya merasa sedih, frustasi, karena ..."
    • Beri pertanyaan terbuka dan tawarkan solusi yang memberi kesempatan untuk saling menenangkan diri. Ingat, fokus saat ini adalah ketenangan perasaan bukan solusi dari permasalahan.
    • Tetapkan batasan dan konsultasi ke profesional. Perlakuan yang tidak mengenakkan, permasalahan-permasalahan yang dibiarkan, lambat laun akan melebarkan jarak dalam suatu hubungan. Jika ingin hubungan tetap bertahan, lakukan sesuatu untuk memperbaikinya. 

    Memang dibutuhkan usaha dan kesabaran ekstra jika kita sudah terbiasa dengan perilaku ini. Menganggapnya sebagai hal yang lumrah padahal menjadi penyakit dalam hubungan. Namun, untuk orang yang disayang dan hubungan yang sudah lama berjalan, bukankah sedikit perubahan yang kita upayakan akan sepadan?




    Salam, Nasha

    "You Win The Morning, You Win The Day"

    Pernah dengar ungkapan diatas? Tim Ferris dalam salah satu bukunya mengungkapkan cara yang efektif dalam menjalani hari adalah dengan menyusun rutinitas pagi. Dengan pagi yang berjalan baik, sisa hari cenderung bisa kita lewati dengan lebih baik. Pakar psikologi juga telah mengungkapkan hal serupa, adanya rutinitas pagi terbukti dapat meningkatkan produktivitas seseorang. Pagi adalah waktu yang sangat berharga, sehingga susun rutinitas yang penting untuk diri, jadikan kebiasaan yang bermakna sebelum memulai hari. 



    Pentingnya Kebiasaan Pagi

    Bagaimana kita memulai hari? Dengan bergegas mandi karena sebentar lagi akan memasuki jam kantor atau dengan tenang dan penuh kesadaran karena tahu ada beberapa hal baik yang akan kita kerjakan untuk diri sendiri? Kira-kira opsi mana yang lebih baik diantara kedua kemungkinan tersebut? Mana yang lebih sering kita lakukan? Opsi yang lebih sering kita kerjakan akan membentuk bagaimana kita menjalani hari, dan bagaimana kita menjalani hari akan membentuk hidup seperti apa yang kita jalani.

    Itu sebabnya banyak pakar hingga motivator yang membicarakan tentang rutinitas pagi untuk meningkatkan kualitas hidup. Untuk apa kita habiskan waktu di pagi hari akan menjadi cerminan bagaimana kita menghabiskan usia. Mereka melakukan berbagai penelitian yang mengaitkan hubungan antara kebiasaan pagi dengan kesehatan hingga produktivitas. Bukti-bukti itu mengarah pada satu kesimpulan yang serupa, menentukan rutinitas pagi dmemiliki dampak yang positif dalam hidup seseorang.

    Ditinjau dari segi medis, ada beberapa penelitian yang membuktikan dampak positif dari membangun kebiasaan pagi. Penelitian yang dilakukan UII menyebutkan bahwa kebiasaan bangun pagi berkaitan dengan tingkat kecemasan dan tingkat stres seseorang. Kelompok orang yanng terbiasa bangun pagi juga terbukti lebih sehat daripada mereka yang terbiasa tidur malam lalu bangun terlambat di pagi harinya. Melansir dari website yang sama, penelitian lain juga mengungkapkan bahwa orang yang terbiasa bangun pagi terbukti memiliki kesehatan mental yang lebih baik, indeks massa tubuh yan lebih stabil, serta berresiko lebih rendah terkena penyakit kronis seperti diabetes. Sebaliknya, orang yang terbiasa tidur larut malam, cenderung lebih mudah terkena penyakit mental seperti depresi ataupun skizofrenia.

    Verywellmind membuka pembahasannya dalam kalimat yang cukup menyeluruh. Bangun pagi dengan tidak diburu-burui oleh jadwal dan daftar pekerjaan yang harus diselesaikan, akan membantu kita untuk lebih bijaksana, lebih produktif, lebih teratur, juga lebih lancar menyelesaikan berbagai tugas di hari tersebut. Dengan tidak terburu-buru, kita juga tidak stres sehingga kondisi mental kita lebih stabil. Memiliki waktu di pagi hari sebelum diburu dengan jadwal yang padat, memberi kita kesempatan untuk merasa punya kontrol diri yang dapat meningkatkan kepercayaan diri, akibatnya kita jadi lebih baik dalam melakukan sesuatu.

    Dari segi agama, Islam membahas tentang keutamaan pagi hari ini. Dalam satu Hadits rasulullah disebutkan, "Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu. Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barokah dan keberuntungan." (HR Ath-Thabrani). Selain itu, ada pula hadits, "Berpagi-pagilah mencari rezeki karena sesungguhnya berpagi-pagi itu membawa berkah dan menghasilkan kemenangan." hingga didoakan oleh Rasulullah "Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya." (HR Abu Daud).



    Dampak positif lainnya juga ada pada segi kehidupan sosial. Orang yang memiliki rutinitas pagi cenderung lebih siap menjalani hari, tidak terburu-buru, dan terus merasa seperti dikejar. Saat kondisi tertekan, kita cenderung memperlakukan orang lain dengan tidak baik atau malah menarik diri dari lingkungan sosial. Rutinitas pagi dapat mengatasi perasaan tertekan itu, sehingga kita punya energi yang cukup dalam menjalin hubungan dengan orang lain. 

    Jika kita ingin merenungkan, sebenarnya kebiasaan bangun pagi ini sendiri sudah merupakan kemanangan. Orang yang terbangun lebih dulu dibanding kebanyakan orang yang masih terlelap, di sebelum terbitnya matahari, sudah berhasil menang melawan kantuknya sendiri, melawan rasa malas, dan keinginan untuk tidur lebih lama. Siapa yan bisa menyangkan nikmatnya tidur saat matahari belum terbit? Orang yang berhasil bangun, sudah menang satu langkah. Jika itu menjadi kebiasaannya, maka bangun itu saja sudah menjadi kemenangan beruntun.

    Apalagi jika bisa memanfaatkan waktu pagi dengan seoptimal mungkin. Menyusun hal-hal apa saja yang dilakukan dalam satu dua jam sebelum tuntutan jadwal menentukan apa yang harus kita kerjakan. Kita punya sedikit waktu bebas untuk menentukan apa yang benar-benar kita inginkan. Merujuk pada apa yang penting dalam hidup, seperti merawat diri, memiliki waktu berkualitas dengan orang terkasih, atau menyalurkan hobi. Buka hari dengan melakukan hal-hal tersebut, dengan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut, sehingga bisa kita mulai hari dengan bersuka, bisa lebih kuat menghadapi entah apa yang akan datang nanti siangnya.

    Bagaimana Sebaiknya Memulai Hari?

    Perlu dicatat bahwa memiliki rutinitas pagi bukan berarti mengerjakan banyak hal dan mencentang box di to do list sepagi mungkin, tapi tentang memulai hari dengan berkesadaran, yang memberi diri kita waktu untuk lebih tenang, memberi peluang untuk merasa percaya diri, positif, dan damai. 

    Hal-hal yang perlu perhatiakn dalam memulai kebiasaan pagi antara lain:

    • Tentukan waktu yang tepat sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Disarankan sekitar 30-90 menit sebelum mulai beraktivitas harian.
    • Paksakan diri untuk bangun. Memang akan sangat berat awalnya, tapi itu yang sedang kita upayakan. 
    • Gerakkan badan. Jangan langsung cari handphone apalagi scrolling! Lakukan apa saja benar-benar bangun, regangkan badan, doa, cuci muka.
    • Bertahap dan Konsisten. Membentuk kebiasaan baru membutuhkan proses yang panjang sehingga lakukan bertahap agar kita bisa pelan-pelan menyesuaikan. 

    Ada banyak saran untuk rutinitas pagi yang bisa kita lakukan, tapi beberapa rekomendasi rutinitas pagi ini bisa kita coba:
    • Persiapkan sejak malam apa yang kita ingin lakukan pada rutinitas pagi
    • Nyalakan alarm di waktu terbaik yang kita tentukan
    • Bangun pelan-pelan
    • Awali dengan membaca doa syukur
    • Bisa berdiam diri dulu, dengan bernapas saja atau meditasi sekalian
    • Lanjutkan dengan meminum segelas air putih
    • Rapikan tempat tidur, beri diri kepuasan dapat melakukan hal dengan tepat
    • Olahraga, bisa coba stretching, yoga, atau jalan pagi
    • Jurnaling, coba tulis apa yang disyukuri dan apa yang ingin dicapai hari ini
    • Isi perut dengan ramuan herbal (coba campuran garam+lemon+madu+cuka apel atau jamu) dan sarapan yang sehat

    Memiliki rutinitas pagi memang tidak menjamin bahwa hari kita akan berjalan lancar sesuai keinginan namun setidaknya kita sudah memiliki niat dan kesiapan yang jauh lebih tinggi daripada terbangun dengan tergopoh-gopoh. 

    Bagi orang tua, bangun bersamaan dengan anak akan jauh lebih melelahkan, karena kita tidak siap sama sekali dengan apa yang menanti di hari itu. Bangun dengan langsung mengerjakan pekerjaan rumah dan menyiapkan perlengkapan anak juga tidak begitu tepat, karena kita memulai hari dengan mengerjakan sesuatu untuk orang lain, meskipun itu anak sendiri. Lama kelamaan, kita bisa kewalahan sendiri, akibatnya emosi menjadi lebih tidak stabil dan menghadapi anak juga jadi tidak optimal.

    Pada akhirnya, bangun dengan berkesadaran dan memiliki hal yang didahulukan untuk dikerjakan sesuai dengan keinginan kita adalah cara untuk menghargai diri kita sendiri. Hal yang hanya kita sendiri yang bisa melakukannya. Maka, lakukanlah. Terserah dengan kegiatan apa, kita yang paling tahu. Tapi bersiap-siap itu perlu, tidak peduli apa yang akan kita lakukan nantinya. Entah berangkat ke kantor atau di rumah saja seharian. Kita tetap perlu bersiap. Memulai hari dengan berkesadaran akan membantu kita untuk hidup dengan berkesadaran pula. Dampaknya, kualitas hidup akan meningkat seiring dengan jiwa yang jauh lebih tenang dan bijaksana. 



    Salam, Nasha

    Tidak cukup membahas Daily Dose of Sunshine ini hanya dalam satu postingan. Perlu ada tambahan yang membahas secara umum tentang kondisi mental yang digambarkan dalam drama korea tersebut. Karena ada banyak insight yang bisa kita dapatkan disana, baik untuk kita yang mendampingi orang dengan kondisi mental tertentu atau untuk kita secara umum yang hidup bukan hanya dengan raga tapi dengan jiwa. 

    Setelah dua belas episode berkutat dengan berbagai emosi yang hadir saat menyaksikan para pemain dengan kondisinya masing-masing, saya seperti merasa mendapat banyak pengetahuan umum tentang penyakit-penyakit yang bisa mengganggu kejiwaan seseorang. Bagaimana gejalanya hingga bagaimana gambararan dari apa yang mereka rasakan. Mungkin tidak bisa persis sama, tapi setidaknya ini membuat kita menjadi sedikit lebih mengerti. 

    Gangguan kejiwaan ternyata ada banyak sekali jenisnya. Ada yang sampai menghalangi penderitanya dalam beraktivitas, ada yang sebenarnya mengganggu tapi tidak disadari oleh penderitanya, ada pula yang harus berhadapan dengan penderitanya sebagai caregiver. Bisa jadi kita masuk ke dalam salah satu kelompoknya. Jadi jangan pernah memandang remeh kondisi mental diri sendiri dan orang lain. Be kind, always. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi, tidak pernah benar-benar merasakan kondisi orang itu, dan tidak akan pernah berada dalam kondisi tubuh orang tersebut. Baik pada orang lain, baik juga pada diri sendiri. Sama seperti orang lain, diri kita juga perlu dipedulikan, diberi perhatian.

    Ada kalanya, kita tidak sehat, pertahanan tubuh sedang lemah. Lalu terserang virus, menjadi sakit. Sama. Menta kita juga bisa diumpamakan demikian. Ada sesuatu terjadi, menjadi pencetus dari sakit yang muncul. Maka, sakit itu biasa, mendapat pengobatan kejiwaan itu juga biasa, sama dengan mendapat pengobatan karena penyakit pencernaan misalkan. Sama-sama butuh penanganan medis, sama-sama diresepkan obat. Ada beberapa kondisi yang bisa kita mitigasi dengan menghindari pencetusnya atau mengubah pola hidup, ada pula yang perlu pengobatan profesional. 

    Orang yang sakit tidak perlu diceramahi, tidak perlu nasihat, mereka hanya perlu didukung, mungkin juga ditemani, didengarkan, dikuatkan. Saya sendiri baru tahu bahwa hanya keluarga terdekat yang boleh mengunjungi pasien poli kesehatan jiwa. Berbeda dengan pasien poli lain, yang membolehkan kunjungan kerabat dengan harapan dapat meningkatkan semangat kesembuhan, poli kesehatan jiwa justru membatasi kunjungan dan sifatnya sangat personal, berbeda-beda ditiap kasus pasien. Benar juga, saat kondisi jiwa kita sedang tidak sehat, berinteraksi dengan orang lain, melakukan obrolan basa-basi menceritakan kabar, hingga mendapat tatapan iba adalah hal terakhir yang ingin kita lakukan. 

    Selain karena kondisi tubuh, yang memang kadang tidak punya energi untuk melakukan apa-apa, kebijakan itu mungkin juga disebabkan oleh pandangan masyarakat terhadap penyakit mental. Masih menganggap bahwa gangguan kejiwaan itu sebagai kasus istimewa, yang penderitanya tidak bisa lagi seperti orang normal pada umumnya, yang ditatap dengan pandangan aneh sampai sinis, yang diperlakukan berbeda bahkan mayoritas dijauhi.  Melihat apa yang mereka alami dari serial ini, cukup membuka mata kita untuk memperlakukan semua orang, termasuk pasien penyakit jiwa, dengan sama baiknya. Bahwa penyakit juga ada masanya, bahwa semua kita mungkin membawa penyakit, membawa obat didalam tasnya, tapi kenapa harus memperlakukan obat kejiwaan dengan berbeda? 

    Pada umumnya, penderita penyakit mental lebih butuh dipercaya. Didukung dari jauh bahwa mereka bisa dan akan sembuh, mereka akan baik-baik saja, dan kita sebagai kerabatnya tidak akan menyerah, akan menunggu kesembuhannya, menerima mereka apa adanya sama seperti sebelumnya.

    Ada satu kasus khusus yang cukup membuka mata pada orang yang suka menyakiti diri sendiri. Perilaku ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Mungkin itu mekanisme dirinya bertahan, mungkin itu cara yang dia tahu untuk menarik perhatian, mungkin itu apa yang ia tahu tentang menghukum diri, macam-macam. Kadang ada yang bis diketahui penyebanya, ada pula yang tidak. Nah, kita tidak bisa terus melarang atau memaksa mereka berhenti. Tidak peduli betapa konyolnya logika itu, betapa menyedihkannya luka mereka, atau betapa ibanya kita. Disini, kita bisa memberi mereka opsi lain, mereka perlu sadar bahwa ada cara lain yang lebih tidak menyakiti. Misalkan daripada melukai dengan benda tajam, beri benda tumpul yang sama bisa membuat pedih. Daripada melukai pergelangan tangan, beri alternatif karet yang menimbulkan sensasi sakit yang sama bagi mereka. 

    Sedangkan untuk kita yang perlu merawat mental masing-masing, pesan pentingnya adalah untuk mencintai diri sendiri, merawat apa yang telah Tuhan beri, sukai apa yang ada dan tidak ada pada diri kita. Jangan menggantungkan harapan itu pada orang lain. Tidak usah berharap orang lain yang menyukai kita, jangan pernah berpikir untuk menyenangkan semua orang, satu-satunya orang yang perlu kita perjuangkan kebahagiaannya adalah diri kita sendiri. Jika keadaan terada sulit, tidak apa. Jika suatu saat ada hal yang membuat kita berduka, itu wajar. Terima apaun yang kita rasakan, apa yang penting adalah mengelola apa yang kita lakukan bukan apa yang kita rasakan. Saat terasa kewalahan, minta bantuan. Menolak keadaan diri akan membuatnya sulit diobati. Menyangkal bahwa kita sedang sakit justru akan membuat penanganan lebih sulit, akibatnya kita lebih lama sakit. 

    Saya cukup tersentak dengan kalimat, bagaimana mungkin kamu mengatakan hal yang tidak boleh dikatakan pada orang lain kepada dirimu sendiri? Lalu, terngiang-ngiang setelahnya. Benar juga ya. Kadang kita bisa begitu kejam pada diri sendiri, menggumamkan kalimat-kalimat negatif yang bahkan kita tidak akan tega menyampaikannya pada orang lain. Kenapa kita malah menyampaikannya ke diri sendiri ya? Kadang mengukur-ukur diri, menilai baik atau tidak baik, membuatnya terus merasa kurang. Ke orang lain kita tidak enakan, tapi ke diri sendiri malah seenaknya.



    Kalau belum terbiasa, ada satu treatment yang dicontohkan disini, mungkin bisa kita coba. Membuat jurnal pujian. Jurnal yang berisi pujian pada diri kita sendiri. Setiap hari coba tulis apa yang ingin kita puji dari diri kita. Hal-hal kecil apapun. Berterima kasih padanya. Aku memuji diriku karena sudah bangun pagi hari ini. Aku memuji diriku karena berhasil melawan malas untuk olahraga pagi. Aku memuji diriku karena bisa menahan nafsu untuk makan yang tidak baik untuk tubuhku. Lakukan terus. 

    Jurnaling juga bisa kita lakukan untuk merefleksi diri. Membuat autopbiografi tentang peristiwa-persitiwa apa yang kita rasakan sepanjang hidup. Tuliskan saja kejadian dengan emosi yang paling intens, tanpa peduli urutannya, coba tulis. Lalu, lihat apakah mayoritas emosi-emosi itu? Apakah itu emosi yang kita inginkan? Jika tidak, kita tahu bahwa ada yang keliru. Dengan menulis, kita jug memindahkan apa yang ada di kepala. Membuatnya menjadi sesuatu yang lebih nyata. Bukankah, apa yang nyata jadi lebih mudah juga memperbaikinya?


    Sebagai penutup, saya cukup senang dengan kehadiran drama ini. Temanya cukup membuka mata kita tentang penyakit mental dan hidup yang kita semua jalani. Penyampaiannya juga dengan sederhana dan mudah dimengerti. Mungkin beberapa kasus, bisa jadi trigger dimasing-masing kita, jadi jangan memaksakan binge watching dan jangan sampai self diagnosed ya. Nikmati saja pelan-pelan. Selain itu, juga ada selipan humor yang membuat drama ini sebagai hiburan yang semakin layak untuk kita saksikan.



    Salam, Nasha

    Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

    Kenalan Dulu, yuk!

    Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
    PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

    Follow @salamnasha

    POPULAR POSTS

    • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
    • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
    • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
    • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
    • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

    Hubungi Aku di sini

    Nama

    Email *

    Pesan *

    Advertisement

    Label

    family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

    Daftar Tulisan

    • ►  2025 (21)
      • ►  Mei 2025 (2)
      • ►  April 2025 (5)
      • ►  Maret 2025 (4)
      • ►  Februari 2025 (5)
      • ►  Januari 2025 (5)
    • ►  2024 (41)
      • ►  Oktober 2024 (4)
      • ►  September 2024 (8)
      • ►  Agustus 2024 (5)
      • ►  Juli 2024 (5)
      • ►  Mei 2024 (5)
      • ►  April 2024 (3)
      • ►  Maret 2024 (5)
      • ►  Februari 2024 (3)
      • ►  Januari 2024 (3)
    • ▼  2023 (117)
      • ▼  Desember 2023 (10)
        • Kegiatan Liburan Tahun Baru Keluarga di Rumah Saja...
        • Lima Bahasa Cinta Ibu dalam Sajian Makanan bersama...
        • Rekreasi Edukasi tentang Transportasi di Museum An...
        • Perhatikan 5 Tips Berikut Sebelum Membuat Resolusi...
        • Mengenal Batas antara Diam dan Silent Treatment se...
        • Pentingnya Kebiasaan Pagi untuk Membantu Membentuk...
        • Teruntuk Caregiver dan Kita Semua dari Review Dail...
        • Bahas Kesehatan Mental Lewat Seri Daily Dose of Su...
        • Rutinitas Harian untuk Biasakan Anak Peduli Kebers...
        • Jepang punya Kamikatsu, Kita Punya Sanur Kauh dan ...
      • ►  November 2023 (10)
      • ►  Oktober 2023 (10)
      • ►  September 2023 (10)
      • ►  Agustus 2023 (10)
      • ►  Juli 2023 (10)
      • ►  Juni 2023 (11)
      • ►  Mei 2023 (12)
      • ►  April 2023 (8)
      • ►  Maret 2023 (10)
      • ►  Februari 2023 (8)
      • ►  Januari 2023 (8)
    • ►  2022 (31)
      • ►  Desember 2022 (6)
      • ►  November 2022 (3)
      • ►  Oktober 2022 (4)
      • ►  September 2022 (3)
      • ►  Agustus 2022 (1)
      • ►  Juli 2022 (2)
      • ►  Juni 2022 (3)
      • ►  Mei 2022 (1)
      • ►  April 2022 (2)
      • ►  Maret 2022 (1)
      • ►  Februari 2022 (3)
      • ►  Januari 2022 (2)
    • ►  2020 (13)
      • ►  Desember 2020 (1)
      • ►  November 2020 (1)
      • ►  Oktober 2020 (1)
      • ►  Agustus 2020 (1)
      • ►  Juli 2020 (1)
      • ►  Juni 2020 (1)
      • ►  Mei 2020 (1)
      • ►  April 2020 (1)
      • ►  Maret 2020 (2)
      • ►  Februari 2020 (2)
      • ►  Januari 2020 (1)
    • ►  2019 (6)
      • ►  September 2019 (1)
      • ►  April 2019 (1)
      • ►  Maret 2019 (1)
      • ►  Januari 2019 (3)
    • ►  2018 (5)
      • ►  Desember 2018 (1)
      • ►  November 2018 (4)

    BloggerHub Indonesia

    Tulisanku Lainnya

    Kompasiana Kumparan

    Popular Posts

    • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
    • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
    • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
    • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
    • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

    Trending Articles

    • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
    • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
    • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
    • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
    • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

    Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes