• Children
  • Lifestyle
  • Lover
  • Mindroom
  • Review
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Langit malam itu indah diterangi bulan bulat penuh, khusus disekitar area Borobudur langit menjadi lebih gemerlapan lagi dengan adanya ribuan lampion yang diterbangkan sebagai simbol penerangan dunia.


Festival Lampion

Beberapa hari lalu perhelatan hari raya waisak telah rampung diselenggarakan. Rangkaian acara yang dilaksanakan selama beberapa hari mulai dari thudong para biksu dari Thailand menuju Borobudur, proses kirab membawa api dari Purwodadi dan air dari Temanggung, berbagai acara dan peribadatan hingga puncaknya pada Minggu (4 Juni) lalu dengan penerbangan lampion.

Agenda kegiatannya sebenanya hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya, hanya saja tahun ini kembali diselenggarakan sejak pandemi covid dua tahun belakangan. Tahun ini tema peringatan Waisak-nya adalah aktualisasikan ajaran Buddha Dharma dalam kehidupan sehari-hari dengan subtema adalah momentum waisak memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan perdamaian dunia. Hari Waisak ini diperingati dalam rangka memuliakan hari kelahiran Siddharta Gautama, hari ia menjadi Buddha, dan hari wafatnya. 

Festival lampion sendiri merupakan ritual turun temurun dalam merayakan hari waisak tersebut, yang bermula dari China sejak Dinasti Han Barat (sekitar tahun 206SM). Pada masa pemerintahan Kaisar Ming, festival lampion mulai diadopsi agama Buddha karena saat itu ajarannya sedang berkembang pesat dari India sampai ke China. Akhirnya, lampion mulai dipasang diseluruh area kekaisaran dan kuil sepanjang pelaksanaan festival, hingga menjadi kebiasaan rakyat. Jadi, Buddha memang berasal dari India namun tradisi penerbangan lampion bermula dari China.

Penerbangan lampion dimaknai umat Buddha sebagai pesan tentang kebijaksanaan, pencerahan, dan kebebasan. Lampion sebagai simbol Buddha yang menerangi dunia, dengan satu sumber api bisa menyalakan banyak kegelapan. Penerbangan dilakukan untuk menghormati Sang Buddha, juga untuk mendorong kebijaksanaan dan pencerahan individu. melepaskan hal-hal duniawi yang berlebihan hingga bisa menemukan kedamaian diri. Penyebaran api ini juga bermakna bagaimana kebaikan dan kebahagiaan seharusnya terus dibagikan dalam kehidupan, tidak akan mengurangi namun justru akan memperluas kebahagiaan itu sendiri. 

Thousand of candles can be lighted from a single candle, and the life of single candle will not be shortened. Happiness never decreases by being shared.

 


 


Cerita Festival Lampion di Borobudur

festival lampion 2023 bukan yang pertama kali diadakan di Borobudur, dan bukan satu-satunya lokasi pelaksanaan. Beberapa negara seperti India juga Thailand, turut merayakan hari raya waisak dengan menerbangkan lampion. Di Indonesia, perayaan ini berpusat di candi Buddha terbesar didunia yaitu Candi Borobudur. Dalam pelaksanaanya, penerbangan lampion tidak hanya diperuntukan bagi umat Buddha namun untuk umum. Bahkan tiketnya saja sudah habis terjual pada Mei lalu. Hingga hanya tersedia tiket untuk menonton dari luar arena penerbangan yang dijual on the spot dan online. Pada hari tersebut, ribuan orang memadati kawasan Borobudur dalam balutan busana berwarna putih. 

Sejak sore hari, pengunjung maupun pedagang sudah memenuhi area mulai dari parkiran hingga ke halamn tempat diselenggarakannya festival. Bahkan sejak pagi dan hari sebelumnya, kawasan Borobudur tidak pernah sepi pengunjung. Setelah mendapat tempat parkir, kita bisa masuk melalui pintu-pintu yang sudah disediakan. Dari pendopo masuk, pengunjung diarahkan sesuai dengan tiket yang dimiliki, online ataupun offline. Keduanya mendapat pelayanan sama baik. Pelaksanaan festival pun tidak jauh dari pintu masuk.

Rangkaian acara dimulai dengan kata sambutan panitia penyelenggara serta beberapa pejabat yang hadir. Bersyukur atas langit yang cerah sehingga acara outdoor bisa dilaksanakan sesuai rencana. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan berbagai prosesi yang dipimpin oleh para biksu, lengkap dengan penerjemahnya. Kalimat-kalimat baik dilantunkan dengan lembut dan merdu, menambah kekhidmatan acara. Sebelum menerbangkan lampion, dilakuakn dulu prosesi meditasi yang dipimpin oleh biksu dan doa-doa baik untuk seluruh dunia, dilanutkan dengan menyalakan lilin bersama. Api lilin yang hanya bersumber dari satu api, disini trus ditekankan bahwa cahaya, kebaikan, serta kebahagiaan seharusnya seperti ini. Terus dibagi dan disebarluaskan hingga mampu menerangi seluruh alam.Kemudian kembali dilaksanakan meditasi agar semua peserta bisa lebih memaknai proses pelepasan lampion nantinya, bukan hanya sekedar berharap apa yang diinginkan dapat dikabulkan, namun juga untuk melepas hal-hal duniawi yang berlebihan. Berdoa, memohon ampun, menyucikan diri. Ada iringan memercikkan air juga sebagai simbol kejernihan diri. 

Hingga akhirnya secara berkelompok, yang terdiri dari minimal empat orang, dimulailah pemasangan lampion sesuai intruksi. Karena lampion terbuat dari kertas yang mudah terbakar, para peserta terus diingatkan untuk berhati-hati. Jangan sampai robek ataupun terbakar. Peserta mulai menyalakan sumbu ditengah lampion dengan api yang sudah nyala sebelumnya. Sesuai arahan, peserta perlu menunggu sekitar dua menit hingga lampion cukup panas untuk bisa terbang. Terakhir, panitia mulai menghitung mundur dari dua puluh - sembilan belas - delapan belas ... - tiga- dua - satu ... dan.. terbanglah ribuan lampion itu memenuhi langit dengan cahayanya. 

Semua berjalan lancar, langit malam menjadi gemerlapan, terlihat sangat indah, seperti yang bisa dilihat pada cuplikan ini


Semua terpukau dengan visual lampion yang diterbangkan, mencoba mengabadikan dengan berbagai alat, mayoritas tentu smartphone, termasuk saya. Hingga beberapa lampion tidak berhasil terbang sebagaimana mestinya, beberapa tersangkut di pepohonan tidak jauh dari arena dan membakar daun serta rantingnya. Apa yang terlihat itu kemudian membuat saya bertanya bagaimana ya akhir dari lampion-lampion itu? Pertanyaan yang membuat saya sampai pada pembahasan cukup menarik oleh waste4change.

Dalam artikelnya, mereka berargumen bahwa kemana arah terbang dan berakhirnya lampion berada diluar kendali kita. Mendaratnya lampion bisa dimana saja, entah di darat ataupun di laut. What goes up must come down. Sampah inilah yang dinilai sebagai masalah. Di beberapa negara lampion yang masih menyala menimbulkan insieden kebakaran yang cukup serius. Pendaratan sampah lampion yang tidak terduga juga bisa menjadi ancaman bagi binatang yang tidak sengaja menelannya. Beberapa resiko berbahaya tersebut memicu pelarangan terbang lampion di beberapa negara seperti Austalia, Jerman, New Zealand, Spanyol, dll. Kritik serupa juga disampaikan oleh zerowastenusantara tentang perlunya perhatian khusus pada aktivitas ini. 

Mungkin jika dibahas lebih lanjut, bukan tidak mungkin isu agama akan menjadi sorotan. Cukup sensitif dan perlu kehati-hatian ekstra, namun jika dilihat dengan jernih dan lebih luas dari sejarah dan ulasan yang disampaikan, ini tidak menyinggung sama sekali. Ritual, simbol, dan apa yang kita lakukan dalam meneruskan tradisi, bagaimanapun, tidak akan bisa lepas dari dampaknya pada tempat yang kita huni. Perkembangan pengetahuan dan isu yang semakin urgen tentang lingkungan akan terus dibawa terkait dengan apa saja, apalagi dengan kegiatan yang terbukti memiliki resiko berbahaya. Bisa dipahami, kita ingin tetap melanjutkan apa yang sudah dilakukan turun temurun dari leluhur, ditambah dengan seremonial itu rasanya kita bisa lebih memaknai hidup dan bisa hidup lebih baik. Namun menyadari dampak atas apa yang kita lakukan juga tidak kalah penting. Mungkin ini saatnya kita bepikir alternatif apa yag kita miliki untuk bisa tetap menghormati tanpa membawa resiko tidak baik. Bukankah semua ajaran kita menekankan pada unsur-unsur kebaikan untuk seluruh alam?



Salam, Nasha



Referensi:

https://waste4change.com/blog/bahaya-balon-lampion-terbang/

https://voi.id/bernas/5600/filosofi-buddha-menerangi-dunia-dalam-festival-lampion

https://www.kampussemarang.com/tim-pkm-polines-ciptakan-lampion-unik-dari-limbah-kertas/

https://www.liputan6.com/hot/read/5220023/8-cara-membuat-lampion-dari-botol-bekas-dekorasi-cantik-ramah-lingkungan

Indonesia dikenal sejak lama dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, setidaknya ada ribuan jenis flora dan fauna yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam pemeringktan Global Biodiversity Index 2022, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Brazil, dengan ribuan jenis burung, amfibi, ikan, reptil serta belasan ribu jenis tanaman vaskular. Keanekaragaman makhluk hidup ini berfungsi dalam menyeimbangkan ekosistem. Setiap spesies makhluk hidup memiliki peran kuncinya masing-masing, kehilangan salah satu jenis spesies dapat mengamcam keberlangsungan spesies lain bahkan bisa memusnahkan keseluruhan ekosistem tersebut. Apa yang terjadi sekarang adalah penurunan secara signifikan jauh lebih buruk dibanding periode-periode sebelumnya. Banyak yang membuktikan bahwa memang aktivitas manusialah sebagai faktor utama kerusakan alam yang menurunkan angka keragaman tersebut.  

Setidaknya ada lima ancaman terbesar bagi keanekearagaman hayati yang diungkapkan dalam Living Planet Report yang dirilis oleh WWF pada 2020, diantaranya adalah perubahan penggunaan lahan dan air, eksploitasi berlebihan, invasi oleh spesies dan penyebaran penyakit, polusi, serta perubahan iklim. Kelima faktor ini terjadi terus menerus dengan tingginya aktivitas manusia dan rendahnya kesadaran dalam menjaga lingkungan, mengakibatkan penurunana populasi satwa liar hingga 68% hanya dalam kurun waktu 46 tahun sejak 1970 hingga 2016. 

Aktivitas kita itu juga menghasilkan emisi yang menyebabkan perubahan iklim. Isu paling genting saat ini adalah tentang jejak karbon yang kita tinggalkan dari apa yang kita lakukan. Dampaknya, sangat banyak, pada lingkungan dengan meningkatnya suhu bumi, peningkatan curah hujan, bencana alam; pada kesehatan dengan evolusi penyakit baru, percepatan penularan penyakit, hingga memburuknya sistem pernafasan; juga pada sektor ekonomi yang kita muliakan. Emisi karbon bisa mempengaruhi kegiatan pertanian, perkebunan, juga merusak infrastruktur, dan mengancam keberangsungan populasi. Semua dampak ini akan menambah beban ekonomi dan sosial. 

Puluhan bahkan ratusan tahun berprinsip modern, kita terus menerus menggunakan sumber daya yang disediakan, menggunakan yang dirasa perlu, mengubah yang dirasa merepotkan serta membuang yang dirasa tidak digunakan, tanpa berpikir panjang, tanpa pertimbangan lain selain kemudahan. Kita, terbiasa hidup demi kemudahan, kenyamanan, dan kesenangan sesaat diri sendiri. 

Photo by Sony Feo in Pexels - Edited by Canva


Keseharian Kita dan Masyarakat Adat

Kerusakan lingkungan memang mayoritas disebabkan oleh aktivitas kita, manusia, didalamnya. Apa yang kita lakukan akan menghasilkan emisi buangan. Namun, bukan berarti kita tidak bisa beraktivitas dan memanfaatkan alam. Bahkan dalam kitab suci juga Tuhan sebagai Pemilik Alam Semesta sudah mengizinkan manusia memanfaatkan alam, dengan catatatan tidak merusaknya. Karena selama ini,  bagaimana kita memanfaatkan dan mengelola sumber daya tersebut-lah yang menjadi masalah. Kita tetap bisa menggunakan apa yang ada di alam, hidup mudah dan nyaman, tanpa merusaknya. Untuk hal ini, kita perlu berguru pada masyarakat adat disekitar kita ataupun yang tersebar di seluruh dunia agar bisa #BergerakBersamaBerdaya #UntukmuBumiku

Masyarakat adat bisa diartikan sebagai kelompok manusia yang memiliki sejarah dan asal usul di satu tempat secara turun temurun. Mereka hidup berpegang pada aturan hukum adat di tempat tersebut. Di Indonesia populasi masyarakat adat mencapai sekitar 70 juta jiwa yang tersebar dalam lebih dari seribu suku, dan yang terbesar berada di Kalimantan dengan 772 kelompok adat. 

Banyak kasus yang membuktikan bahwa masyarakat mampu hidup dengan baik berdampingan dengan alam seperti yang terjadi di Equador pada tahun 2008. Pemerintah setempat memutuskan untuk memberikan bayaran pada masyarakat untuk merawat hutan dalam program Socio Bosque, dimana dengan bayaran tersebut masyarakat tidak akan berburu, bertani, serta menebang kayu selama dua puluh tahun di wilayah yang telah disepakati. Hasilnya, tingkat deforestasi sejak program itu berjalan sampai 2016 menurun hingga 80%. Manfaat program ini bukan hanya dari angka penurunan penebangan hutan, namun juga dirasakan oleh masyarakat luas dengan meningkatknya kualitas tata kelola wilayah, akuntabilitas, sehingga juuga mningkatkan partisipasi masyarakat dalam komunitas lokal. 

Di Brazil, pemerintah bekerja sama dengan masyarakat adat dalam berbagi ilmu tentang pengelolaan pembakaran hutan dalam program Prevfogo. Masyarakat sudah beribu tahun menggunakan api tanpa menyebabkan kebakaran hutan. Tata cara inilah yang kemudian diadopsi agar dapat diaplikasikan lebih luas dalam berbagai aktivitas manusia di hutan. Terbukti, program ini berhasil mengurangi kebakaran hutan di tiga wilayah besar hingga lebih dari setengahnya. Kerja sama seperti ini ditambah dengan pengakuan kepemilikan hutan adat pada masyarakat adat juga terbukti mampu menurunkan tingkat deforestasi hutan di Brazil hingga 66%.

Bukan hanya hutan, di Indonesia Kawasan konservasi Laut yang dikelola oleh masyarakat adat memiliki biomassa yang lebih kaya daripada wilayah yang dikelola oleh pemerintah. Laporan yang diterbitkan Institut Lingkungan Stockholm juga mendorong keterlibatan masyarakat adat dalam konservasi lingkungan, mulai dari berbagi pengetahuan, kerja sama dalam praktik pengelolaan lingkungan, serta membatasi ekstraksi sumber daya alam. Sepertinya kita perlu benar-benar menyadari bahwa masyarakat adat ini bisa menjadi kunci dari kelestarian bumi yang kita tinggali. Menggeser paradigma bahwa mereka bukan hanya sebagai kelompok yang rentan, namun juga kelompok yang bisa menjadi solusi. Kelebihan mereka dengan segala pengetahuan, keahlian, dan pengalaman mengelola alam, yang bisa membantu kita semua untuk menata ulang bagaimana seharusnya kegiatan produksi dan konsumsi dijalankan. 



Jika ditarik benang merah bagaimana mereka menjalankan hidup, ada beberapa point penting yang bisa kita ambil pelajarannya, sebagai berikut:

  • Rasa memiliki yang kuat terhadap alam

Kita akan menjaga apa yang kita punya. Begitulah prinsipnya kira-kira. Masyarakat adat melakukan aktivitas dari belajar secara turun-temurun dengan memperhatikan tanda-tanda alam dalam melakukan memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti beternak, bertani, juga berburu. 

  • Mampu merasa cukup

Masyarakat adat tidak berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya. Mereka tidak sembarangan menggunakan kayu, ada jumlah batas konsumsi agar hutan tidak degradasi. Begitu juga dalam perburuan hewan liar, ada aturan dan pembatasan jumlahnya untuk mencegah kepunahan. Ada pantangan dalam tiap suku seperti Suku Baduy yang melarang panen dua atau tiga kali dalam setahun, Suku Boti melarang tebang pohon kecali mendesak, ataupun Suku Korowai yang tidak merusak dengan memilih tinggal diatas pohon. Mereka tahu batas, tidak berlebihan. Sekarang, coba lihat tempat pembuangan sampah rumah tangga kita, berapa banyak yang terbuang dari apa yang sudah diambil dari alam?

  • Keyakinan atas pertanggung jawaban

Berlandaskan dari keyakinan lokal masyarakat adat tersebut, mereka sering melakukan ritual sebagai bentuk syukur atas apa yang sudah diterima. Mereka juga yakin, pada apa yang mungkin menimpa saat mereka melakukan pengrusakan alam. Prinsip inilah yang membuat mereka terus menjalankan hari-hari sesuai dengan apa yang mereka yakini. Bahwa apa yang diterima akan dipertanggung jawabkan. Bukankan ini sama dengan ajaran agama setiap kita?

  • Kerja sama ekonomi

Kelompok masyarakat adat mengandalkan satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Semua bekerja sama dan saling memberi manfaat, yang nyatanya juga bisa dinilai secara ekonomi. Sistem ekonomi yang diterapkan adalah sisteminklusif yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan kelompok dengan berbasis pada sumber daya alam. Hasil alam tersebut bisa dibagi atas nilai langsung seperti padi, cabai, sayuran ataupun tidak langsung seperti tersedianya air juga tanah yang subur. 

  • Aturan yang dijalankan bersama

Masyarakat adat tiap wilayah memiliki ketentuan masing-masing sesuai nilai yang mereka yakini. Namun semuanya untuk kebaikan seluruh makhluk diwilayah yang mereka tinggali. Ada yang membagi wilayah hutan sesuai dengan izin manfaatnya seperti masyarakat Lindu di Sulawesi Tengah yang menbagi hutan atas wilayah yang tidak boleh disentuh, boleh tapi terbatas, hingga boleh sesuai kebutuhan. Bukan hanya hutan, ada juga batasan dalam pemanfaatkan wilayah danau untuk menunjang kehidupan masyarakat. Semua memahami esensi ketentuan ini, dan menyadari dampak yang akan timbul jika melanggarnya. Dijalankan secara kolektif sehingga mampu berdampak positif bagi lingkungan. 


Apa yang Bisa Kita Lakukan

Permasalahan lingkungan dan bumi tempat kita berpijak adalah masalah yang luas dan sulit diselesaikan oleh kelompok kecil. Maka butuh pihak yang memiliki kekuasaan besar untu bisa menggerakkan seluruh pihak agar bekerja sama memprioritaskan kelestarian lingkungan, bukan untuk siapa-siapa, namun untuk diri kita juga. Bukan untuk nanti-nanti, tapi untuk saat ini. 




Hingga saat ini, ada beberapa kebijakan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah Indonesia menanggapi isu lingkungan ini, seperti adanya target penurunan gas rumah kaca, penetapan UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan RPJMN yang menargetkan tiga adaptasi perubahan iklim, membentuk Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup yang memobilisasi kegiatan restorasi-konservasi-pencegahan, serta  program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Food Estate. Semua kebijakan ini perlu diawasi dengan ketat agar berjalan sesuai dengan seharusnya dan bukan sebatas penjawab tanya. Selain kebijakan itu, ada beberapa kebijakan #UntukmuBumiku lagi yang berpotensi menyelamatkan lingkungan tempat kita bernaung.

  • Menyediakan sumber daya alternatif ramah lingkungan
Kita tahu benar bahwa eksploitasi terhadap sumber daya alam menyumbang sebagian besar emisi perusak lingkungan. Sayangnya, hingga saat ini sumber daya energi terbesar kita masih berasal dari bahan bakar yang tidak ramah lingkungan. Listrik yang digadang bisa menjadi alternatif pun lebih dari 80%-nya berasal dari bahan bakar fosil. Maka, untuk tetap bisa beraktivitas dan menggunakan energi, kita perlu mengganti sumber energinya. Tidak perlu subsidi barangnya, tapi sediakan arau mudahkan pengurusan untuk sumber energi alternatif yang berkelanjutan. Ada banyak sumber energi alternatif yang tersedia di Indonesia, panas matahari, air, angin, panas bumi. Misalkan dengan mengaplikasikan solar panel mualai dari kantor pemerintah hingga ke rumah penduduk. Gerakan ini perlu diteruskan hingga menekan produksi barang sekali pakai, mengalihkannya pada produksi barang yang sustainable. 

  • Pilah sampah dari rumah
Sampah yang semakin menggunung memiliki dampak negatif secra langsung pada manusia, dengan meningkatnya resiko penyakit. Apalagi sampah tersebut sebenarnya masih bisa dimanfaatkan. Kebijakan untuk memilah sampah dari rumah sangat mendesak dilakukan, terutama pada sampah yang bisa didaur ulang. Kebijakan ini harus sejalan dengan sosialisasi terus menerus pada seluruh masyarakat, tersedianya tempat pembuangan yang layak, dan aparat petugas yang teredukasi dengan seharusnya. Hal ini juga harus sejalan dengan menekan penggunaan barang sekali pakai. Mulai dari instansi pemerintah untuk mengadakan acara yang zero waste, dan terus gaungkan untuk pilah sampah serta bawa wadah dari rumah. 

  • Fasilitas umum yang cukup
Sulit untuk masyarakat beradaptasi tanpa dukungan fasilitas yang memadai. Maka kebijakan yang baik, adalah yang mampu mengundang orang banyak untuk mencoba dan melaksanakan kebijakan baru tersebut, merasakan dampaknya, dan menjadikan hal itu kebiasaan. Bagaimana bisa masyarakat diminta untuk perbanyak jalan kaki jika trotoar tidak disediakan. Jalur sepeda hanya ada di kota besar, itupun sudah didominasi oleh kendaraan bermotor. Transportasi umum memang terdengar menjanjikan, namun sayang masih belum merata hingga ke daerah selain ibukota. Ada banyak PR yang berkaitan dengan fasilitas umum, namun optimis jika memang prioritas akan bisa diwujudkan. 

  • Kerja sama dengan Masyarakat Adat
Sesuai dengan penjelasan sebelumnya, masyarakat adat sudah terbukti mampu hidup bergandeng dengan alam menjaga keberlanjutan lingkungan. Hidup dengan aman dalam aturan tanpa mengurangi keindahan alam. Kita perlu belajar banyak tentang pengetahuan, keahlian, juga pengaaman tentang apa prinsip hidup yang mereka pegang teguh dan bagaimana mereka mepraktikkanya dalam keseharian. Agar kita bisa hidup bebas dari rasa serakah, bebas dari kekhawatiran kekurangan, juga bebas dari hasrat ingin menang sendiri.
  • Administratif 3R yang tepat hingga pelaksanaan
Menerapkan prinsip Reduce-reuse-Recycle di semua lini. Bisa belajar pada Swedia bagaimana mereka mengelola hutan hingga memiliki industri daur ulang. Kita tidak lagi bisa terus hanya mengandalkan sosialisasi yang memakan banyak biaya dan energi, tapi harus bergerak. Dari kebijakana hingga teladan, bisa dari pemerintah pusat lalu ke pemerintah daerah dan terus mendorong ke swasta hingga penduduk luas. Tidak lupa,  apa yang dirumuskan dalam berbagai bentuk aturan dan kebijakan, yang sudah diformulasikan demikian apik untuk menjaga lingkungan, tidak akan berarti apa-apa jika pelaksanaan di lapangan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Analisis amdal misalkan, sudah ada sejak lama, tapi berapa banyak kasus perusahaan yang mengamabaikan amdal dan masih bisa beroperasi? Perlu pemahaman dari hulu ke hilir tentang urgensinya menomor satukan kelestarian lingkungan agar kita bisa bertahan hidup. Pemahaman bahwa ini bukan lagi tentang kelompok yang rentan saja, namun tentang kita semua. Bukan lagi tentang anak cucu kita di generasi mendatang, namun sudah dirasakan efek buruknya di hari yang kita jelang.

Kita bisa mulai #BersamaBergerakBerdaya dari keseharian, jangan lupa bawa wadah kemanapun pergi, pilah sampah dari rumah, abaikan barang-barang yang hanya buang energi dan menambah tumpukan sampah, berkesadaran tentang apa yang dilakukan dan apa yang dikonsumsi. Apa yang tidak merusak bumi, tidak akan merusak tubuhmu.

“Kalau #BersamaBergerakBerdaya versi kalian apa nih? Boleh dong tulis di kolom komentar ya!”


Salam, Nasha


Referensi
https://aman.or.id/news/read/mengenal-siapa-itu-masyarakat-adat
https://pslh.ugm.ac.id/peranan-masyarakat-adat-dalam-konservasi-lingkungan/
https://greeneration.org/publication/green-info/masyarakat-adat-penyelamat-keanekaragaman-hayati/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/09/28/melihat-berbagai-upaya-indonesia-dalam-menangani-perubahan-iklim

Batuk dan pilek adalah penyakit yang seringkali menyerang anak-anak apalagi anak dibawah tujuh tahun. Pertahanan tubuh yang belum sempurna, ditambah virus yang mudah berkembang biak di lingkungan kita yang beriklim tropis, menyebabkan anak setidaknya berapa bulan sekali menderita batuk ataupun pilek. Cukup panik dan melelahkan sih, tapi menurut dr. Eka, Sp.A di Hermina, setidaknya anak-anak mengalami batuk pilek 5-7 kali dalam satu tahun dengan durasi 7-10 hari. Jika anak mengalami bapil dalam batas itu, berarti masih tergolong wajar dan kita tidak perlu terlalu khawatir. Jika kurang dari itu, malah lebih baik. Namun jika lebih dari itu, berarti ada hal lain yang menjadi pemicunya, ini yang perlu kita cari tahu. Mungkin anak alergi, mungkin indikasi penyakit lain, mungkin status gizi anak yang kurang baik, dsb. 

Penyakit batuk dan pilek atau biasa kita kenal dengan bapil ini juga punya istilah lain yaitu common cold. Gejalanya ditandai dengan hidung tersumbat, bersin, produksi lendir di hidung, nyeri tenggorokan, dan batuk. Biasanya bapil disebabkan oleh virus yang tersebar disekitar kita, di udara, di benda-benda. Penting untuk kita ketahui bahwa penyakit akibat virus ini belum ada obat untuk menyembuhkannya. Obat yang kita temui digunakan hanya untuk meringankan gejala sehingga anak lebih nyaman, lebih bisa beristirahat dan makan. Dimana makan dan istirahat inilah yang penting bagi tubuh agar kuat melawan virus penyakit tersebut. Jadi, tubuhlah yang akan menyembuhkan diri sendiri. Tubuh yang lebih kuat tentu akan lebih cepat melawan penyakit tersebut. 


Tindakan Pencegahan

Karena bentuknya yang sangat kecil, memang tidak mungkin bagi kita melihat virus yang beterbangan di udara. Tapi, meminimalisir virus untuk menjangkiti tubuh anak bisa kita lakukan, dengan beberapa cara berikut ini:

- Menjaga Kebersihan

Menjaga lingkungan rumah tetap bersih, memastikan area yang anak masuki cukup bersih, menghindari anak dari lingkungan yang terpolusi, oleh asap rokok misalkan. Lingkungan yang kurang bersih memiliki resiko tlebih tinggi menyebabkan penyakit untuk kita orang dewasa, apalagi bagi anak dengan sistem imun yang belum sempurna. Menghindari adalah langkah paling tepat. Selain itu, kita juga perlu mengajarkan anak kebiasaan menjaga kebersihan seperti mencuci tangan setelah beraktivitas di luar atau sebelum makan, menutup mulut dan hidung saat bersin dan batuk sehingg tidak menularkan pada orang lain, menggunakan masker ditempat umum khususnya saat tidak sehat, 

- Tubuh yang Kuat

Kita juga perlu membiasakan kebiasaan sehat pada anak, antara lain dengan makan makanan bergizi seimbang, termasuk mengurangi makanan kemasan maupun makanan cepat saji. Anak perlu paham bahwa ia perlu emperhatikan apa yang masuk ke tubuhnya. Minum air putih yang cukup, sesaikan dengan usia dan berat badan anak. Bila perlu, beri tambahan suplemen vitamin. Atau ramuan sederhana yang kaya nutrisi seperti cuka apel, madu, perasan air lemon. 

- Vaksin 

Lengkapi kebutuhan imunisasi anak juga bisa dilakukan untuk mencegah anak terserang virus penyakit, khususnya vaksin influenza. Vaksin ini bisa diberikan pada anak mulai usia 6 bulan, lalu bisa dilakukan berulang setiap tahun. Anak dibawah lima tahun merupakan kelompok rentan yang beresiko tinggi mengalami komplikasi akibat penyakit flu. Tapi ingat, common cold tidak sama dengan influenza meskipun gejalanya hampir sama. Common cold bisa disebabkan oleh beberapa virus, namun influenza disebabkan oleh virus influenza. Common cold tergolong flu ringan yang bisa sembuh dengan sendirinya, namun gejala influenza lebih intens biasanya diikuti dengan demam/ menggigil, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, dsb. 


Mengobati Tanpa Obat

Setelah diketahui bahwa sebagian besar batuk pilek disebabkan oleh virus yang hingga kini belum ada obatnya, saat anak-anak bapil kita tidak perlu buru-buru memberikan mereka obat untuk sembuh. Tubuh anak akan sembuh dengan sendirinya. Dengan catatan, tubuh anak punya kekuatan untuk melawan virus penyakit tersebut. Lalu, apa yang perlu kita lakukan saat anak terserang batuk pilek? Melakukan apa yang bisa membuat ia nyaman dan berusaha untuk sembuh. Anak nyaman untuk makan, minum, dan beristirahat. Ada banyak yang bisa kita coba, bisa jadi kehadiran kita, bisa jadi pelukan, isa jadi ketenangan kita yang akan menularkan kenyamanan pada mereka. 

Sumber Gambar

Berdasarkan pengalaman pribadi, berikut beberapa produk yang bisa membantu anak dalam proses melewati batuk pilek mereka. 

- Diffuser dan Essential Oil

Diffuser adalah alat yang mengubah cairan menjadi uap sehingga lebih mudah dihirup. Ada banyak sekali produk diffuser yang beredar di pasaran, begitu juga dengan essential oilnya. Silahkan dipilih berdasarkan preferensi dan kemampuan. Fungsinya sepertinya sama saja, mungkin perbedaannya ada di daya tahan. Untuk batuk pilek, disarankan menggunakan minyak dari lavender, peppermint, rosemary, lemon, eucalyptus, atau yang cukup jarang dan lebih mahal bisa frankincense, ylang-ylang, chamomile. Sekarang juga tersedia dalam bentuk campuran beberapa minyak atsiri sehingga lebih praktis digunakan. Men-difuse essential oil ini bermanfaat untuk memberikan efek menenangkan juga melegakan salran nafas, sehingga anak bisa lebih nyaman. Entah itu merk young living, bathaholic, rumah atsiri, ataupun merk lain di marketplace, sepertinya perbedaan ada pada tingkat konsentrasi minyak. Meskipun juga tidak pasti yang lebih mahal akan lebih tinggi konsentratnya, bisa jadi mahal karena servicenya. Tapi biasanya yang lebih murah, perlu lebih banyak tetesan untuk bisa terasa wanginya.

- Cold & Flu Spray

Essential oil spray merupakan essential oil yang sudah ada campuran carrier-nya sehingga lebih encer dan bisa disemprotkan. Dulu, ada produk Botanina Baby and Kids Cold & Flu Spray yang bisa disemprotkan ke kain seperti baju ataupun bantal. Ini sangat menolong anak saat tidur, mereka jadi lebih nyenyak dan tidak terbangun saat flu. Namun sekarang sepertinya produk tersebut berganti nama atau berganti formula. Ada beberapa produk spray yang ditawarkan dengan isi berupa ramuan beberapa esential oil yang diformulasikan sesuai tujuan yang kita inginkan. 

- VapoRub

Produk ini bisa dikatakan menjadi andalan sejak lama untuk meringankan gejala batuk pilek. Obat gosok yang memberi sensasi dingin ini diformulasikan untuk melegakan tenggorokan dan hidung yang tersumbat. Produknya dikenal banyak, dan mudah didapatkan di apotek bahkan convenience store, harganya juga sangat terjangkau. Namun hati-hati, penggunaan produk ini diperuntukkan bagi anak dua tahun ke atas ya. 

- Essential Oil Oles

Selain VapoRub, obat gosok lainnya yang bisa kita gunakan adalah ramuan essetial oil oles. Pada umumnya, produk ini sudah dibuat sesuai dengan kelompok usia anak yaitu ramuan untuk bayi (0-2 tahun) dan ramuan untuk anak (>2 tahun). Pada produk untuk flu, biasanya perbedaan pada keduanya ada pada kandungan peppermint serta lemongrass, citronella, thyme yang tidak dianjurkan untuk anak dibawah 30 bulan. Meskipun diklaim aman, penggunaan essential oil sebaiknya dimulai saat anak berusia lebih dari tiga bulan.

- Air Hangat

Mandi air hangat dapat mengencerkan lendir yang ada pada hidung dan tenggorokan sehingga lendir tersebut bisa keluar dengan lebih mudah. Dengan mandi ir hangat, tubuh anak juga menjadi lebih rileks dan nyaman. Air hangat juga bisa meredakan rasa nyeri di badan anak, sehingga anak juga bisa lebih nyaman beritirahat dan makan dengan lebih tenang. 

Sumber Gambar

Selain treatment-treatment diatas, saat anak batuk pilek kita juga perlu menghindari hal-hal berikut agar masa pemulihan anak lebih cepat:

- Memberi makanan dan minuman yang tinggi gula, yang bisa menurunkan daya tahan tubuh dan menyebabkan tenggorokan lebih gatal sehingga anak jadi tidak nyaman

- Menghindari makanan berminyak, yang bisa memperparah peradangan di saluran pernapasan

- Meningkatkan porsi aktivitas anak, sehingga anak kelelahan dan tidak punya cukup tenaga untuk memulihkan diri


Bagaimanapun, anak sakit memang membuat kita khawatir dan menyedot energi kita. Sehingga, selain memperhatikan kenyaman anak agar tubuhnya bisa segera pulih kembali, kita juga perlu memperhatikan diri sendiri. Penting untuk kita tenang agar bisa berpikir dan bertindak bijak. Serta, tetap awasi anak, perhatikan keluhan dan gejala yang mereka alami. Misalkan jika anak terlihat sangat lemas, tidak mau makan ataupun minum, serta demam hingga tiga hari, segera konsultasi dengan dokter untuk tindakan lebih lanjut. Apapun yang terjadi, sama seperti kita, saat anak sakit, lebih ingin didampingi daripada diomeli, kan? ;)



Salam, Nasha

Photo Edited by Canva


Kita mengenal lego sebagai  jenis permainan  bongkar pasang yang terdiri dari kepingan/ bongkahan plastik berbagai ukuran dan bentuk, bisa dibentuk apa saja sesuai kreatifitas, dan bisa dimainkan semua usia. Padahal lego asalnya adalah nama perusahaan asal Denmark yang memproduksinya. Sekarang ada banyak sekali perusahaan yang memproduksi permainan serupa, dengan berbagai nama dan merk, tapi tetap saja kita mengenalnya dengan sebutan lego.

Usaha permainan lego ini dimulai dari sebuah perusahaan kayu dan mebel yang melebarkan sayap ke mainan-mainan kayu. Hingga tagun 1934, hadir nama Lego yang diambil dari kata leg godt dalam bahasa Denmark yang berarti bermain dengan baik. Barulah setelah PDII berakhir, Lego mulai diproduksi dalam bentuk plastik, dikembangkan dalam bentuk bata yang bisa ditata menjadi suatu bentuk sistem, dipatenkan dengan tambahan silinder diatasnya, penambahan variasi roda, hingga berkembang seperti yang kita kenal sekarang. Bukan hanya dipermainan, Lego juga merambah ke berbagai ajang perlombaan sampai perfilman. Cukup panjang juga ya sejarahnya. 

Permainan menyusun kepingan yang bisa menyatu satu dengan lainnya ini (interlocking) kemudian diproduksi massal, bahkan oleh berbagai produsen yang menduplikasi rancangan produknya. Permainan ini tergolong open ended toys, jenis permainan yang sangat menyenangkan dan dianggap memiliki banyak manfaat.


Open Ended Toys 

Singkatnya, open ended toys adalah bentuk mainan yang dapat dimainkan dengan berbagai cara.  Disebut open ended karena punya kemungkinan yang tidak terbatas dalam cara bermainnya, tidak ada aturan maupun batasan, serta tidak ada benar dan salah. Kita bisa memberi set open ended toys yang sama pada beberapa anak, dan mereka akan memberi hasil yang berbeda-beda tergantung dari imajinasi, keteratrikan, tahap perkembangan, dan juga kemampuan mereka. Sehingga wajar, jika ada yang mengistilahkan permainan ini dengan 90% kids 10 toys, karena keterlibatan anak yang paling utama, berbeda dengan permainan yang sudah berbentuk apalagi yang menggunakan batery. Ini juga kenapa tidak ada batasan usia dalam open ended toys.

Untuk membedakannya, closed toys diartikan sebagai mainan yang punya tujuan spesifik tertentu dan ada ketentuan benar salahnya. Misalkan maian berbatery yang jika dipencet akan mengeluarkan bunyi, puzzle yang harus disusun sesuai tempatnya, atau mainan yang disusun berdasarkan bentuknya.

Sumber Gambar


Manfaat Open Ended Toys

Jenis permainan apapun sebenarnya bisa bermanfaat, baik itu open ended toys ataupun closed toys. Sebelum memilih permainan untuk anak, pahami dulu kebutuhan anak dan goal apa yang kita ignin capai melalui media mainan tersebut. Misalkan dengan close toys, anak belajar untuk memahami ketentuan, fokus pada tujuan, mengoreksi apa yang ia lakukan, dan memberi pengalaman saat berhasil memenuhi tujuan. Permainan ini juga bisa meningkatkan kemampuan motorik, sensorik, dan kognitif anak. 

Sedangkan, mainan open ended utamanya adalah melatih daya imajinasi anak sehingga ada banyak aspek yang dikembangkan melalui mainan tersebut, diantaranya:

- Meningkatkan kreativitas

Saat mendapatkan mainan open ended anak akan berpikir sendiri untuk melakukan apa dengan mainan tersebut. Dengan imajinasinya, anak bisa menciptakan cerita dalam pikirannya lalu berusaha mewujudkannya. Keseluruhan proses ini membutuhkan kreativitas yang baik untuk perkembangan otak anak dan kemampuan menyelesaikan masalah nantinya. 

- Melatih kemampuan sosial dan emosional

Bermain dengan bebas memberi anak kesempatan untuk mengeksplor dirinya dan sekitarnya. Cerita yang ia bangun dan benda-benda yang ia gunakan, bisa memberi anak waktu berpikir dan merasakan. Inilah yang bisa meningkatkan empati anak dan melatih kemampuan sosial dan emosional mereka.

- Meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan

Bermain mungkin terlihat sepele bagi kita orang dewasa, namun ini adalah proses konkrit bagi anak dan sangat bermanfaat untuk perkembangannya. Anak berlatih mengembangkan kemampuan yang akan ia gunakan hingga dewasa nanti, bagaimana mempertimbangkan berbagai pilihan, mengambil keputusan, dan menyelesaikan masalah yang timbul.

- Belajar kerja sama

Bukan hanya saat bermain bersama, bermain sendiri dengan open ended toys juga bisa meningkatkan kemampuan kerja sama anak. Dalam cerita yang ia bangun dan karakter-karakter didalamnya, ada berbagai kisah yang secara tidak langsung mengajarkan anak kebersamaan dan kerja sama.

- Meningkatkan kemampuan kognitif

Kemampuan kognitif berhubungan dengan kecerdasan anak. Dengan open ended toys dan imajinasi anak dilatih dalam kegiatan yang akan meningkatkan kemampuan memori, kepemimpinan, komunikasi, serta regulasi diri. 

Photo


Sama dengan
closed toys, permainan pada open ended toys juga bisa meningkatkan kemampuan motorik khususnya motorik halus. Jika kita khususkan pada lego, memegang mainan ini dan menyusunnya menjadi suatu rangkaian bentuk akan memperkuat jari-jari anak yang bisa dikategorikan sebagai pre-writing skills.

Saat anak diberi mainan lego atau sejenisnya, ia akan mulai berpikir untuk menciptakan sesuatu. Dari kepngan benda berbentuk balok tersebut, ia berlatih untuk membuat keputusan. Dalam proses memenuhi yang ia inginkan, anak akan menghadapi kendala sehingga ia belajar menyelesaikan masalah. Cerita yang ia bangun akan mengasah empati serta kemampuan sosialnya. Kegiatan yang kita anggap sebatas bermain ini, merupakan proses yang perlu dilalui anak untuk menjadi bekalnya tumbuh besar nanti. 


Tidak terbatas pada lego, ada banyak sekali jenis mainan open ended yang tersedia di pasaran, antara lain:

- Magnetic Tiles

sumber gambar

- Wooden Blocks

sumber gambar

- Figurines

sumber gambar

- Playdough


- Benda apa saja yang digunakan anak untuk kegiatan bermainnya termasuk toples, kancing, panci, sendok, bantal, capitan, pasir, dll.


Hakikatnya bermain adalah dunianya anak. Kegiatan yang mengajarkan anak banyak hal. Bukan hanya bermanfaat untuk perkembangan otak, bermain juga meningkatkan kebahagiaan anak. Tugas kita hanyalah memberi ruang yang aman untuk mereka bisa bermain, lalu fasilitasi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Tidak usah terpatok tren, harga, merk, kuantitas, apalagi estetika. 


Play is our brain's favorites way of learning



Salam, Nasha 

Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat

Sebelum lebih lanjut membahas tentang peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN), orang lanjut usia didefinisikan bagi mereka yang berusia mulai dari enam puluh tahun. Bisa jadi orang tua kita sudah masuk kategorinya. Tulisan ini salah satunya juga untuk mengingatkan bahwa, meskipun kita sudah (ataupun belum) menjadi orang tua, kita juga tetaplah seorang anak, dari dua orang yang sudah semakin tua. 



Peringatan HLUN 

Hari peringatan ini diadakan atas kesadaran sejak kepemimpinan Presiden Soekarno, bahwa para lanjut usia saat itu tetap memiliki dedikasi dan berperan penting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka juga turut berkiprah mengisi pembangunan dan memajukan bangsa. Sehingga diciptakanlah hari peringatan sebagai rangkaian program untuk meningkatkan pembangunan kesejahteraan sosial. penghargaan ini juga disebabkan karena lanjut usia memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan untuk berperan serta dalam pembangunan nasional. 

Pertama kali, Hari Lanjut Usia Nasional disahkan pada tahun 1966 yang acaranya diadakan di Semarang. Perhatian pada lanjut usia juga dituangkan dalam kebijakan Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan, yang tujuannya untuk mewujudkan lanjut usia yang sejahtera, mandiri, dan bermartabat. 

Sebagai warga negara, apa yang bisa kita lakukan untuk para orang tua ini adalah memperlakukan mereka dengan baik. Pahami kondisi mereka. Kebanyakan orang tua kemungkinan besar merasa frustasi karena pernah memiliki kekuasaan, kekuataan, dan fisik yang prima, sekarang perlahan hal-hal itu tidak lagi ada. Penurunan kualitas hidup juga bisa mempengaruhi bagaimana seseorang berlaku. Dengan memahami kondisi tersebut, kita bisa lebih perhatian dan mendengarkan keluh kesah mereka. Rawat mereka sesuai dengan kebutuhannya. Bantu apa yang bisa kita lakukan. Apalagi orang tua disekitar kita, sedikit banyak mereka dulu pernah berjasa dalam pertumbuhan kita. Fasilitasi mereka untuk melakukan hal yang disukai dan disenangi. Untuk orang tua secara umum, kita bisa melakukan bantuan dengan memberi sumbangan atau mengalang dana yang nantinya bisa disalurkan pada komunitas lansia ataupun panti jompo. 


Tokoh Lanjut Usia

Menariknya, dibalik keterbatasan dan penurunan kualitas tubuh masih banyak orang-orang tua yang tetap berdedikasi melakukan hal baik untuk hidup mereka. Banyak yang tercatat dan mendapat apresiasi berupa penghargaan, lebih banyak lagi yang ada disekeliling kita, tidak tercatat, tidak mendapat pengakuan, namun kita tahu bahwa mereka tetap bisa menjadi inspirasi. 

Photo by James Sutton in Pexels


Mbah Harun bin Senar

Menjelang idul Adha ini, kelompok terbang keberangkatan haji sudah berangsur berangkat meuju Tanah Suci. Dari data Kemenag, pada keberangkatan haji tahun 2023 ini, sekitar 30% diantaranya adalah kelompok lansia. Salah satunya, adalah Mbah Harun sebagai jemaah haji tertua dari Indonesia berusia 119 tahun, yang berasal dari Pamekasan, Jawa Timur. Hebatnya, diusia yang sudah lebih seabad itu beliau masih menyibukkan diri dengan berjualan ayam. Mungkin keaktifannya beraktivitas ini menjadi salah satu kunci beliau tidak memiliki riwayat penyakit serius dan bisa makan sesuai dengan kebutuhan tanpa pantangan.  


Prof. I Made Arya Djoni

Ini adalah tokoh pendidikan khususnya dibidang teknik. Hingga sekarang, guru besar teknik kelahiran 25 Juni 1944 ini masih tercatat aktif mengajar di beberapa universitas. Lulusan Institut Teknologi di Indonesia, beliau juga pernah menempuh pendidikan hingga ke Amerika. Bukan hanya beliau, ada banyak lagi guru besar di Indonesia yang menjabat profesor dengan usia yang tidak lagi muda. Mereka tetap berkarya, berbagi ilmu kepada banyak orang, dan turut andil menemukan solusi dalam berbagai penelitian yang mengikuti perkembangan zaman.


dr. Handoko Gunawan, Sp.P

Saat pandemi lalu, nama dr. Handoko semakin dikenal luas dan ramai diperbincangkan karena iaturut aktif di garda terdepan sebagai tenaga kesehatan yang menangani virus corona. Ini jelas beresiko tinggi, mengingat kelompok usia lansia adalah kelompok yang rentan, apalagi disebutkan bahwa dr. Handoko kala itu bekerja hingga mendekati subuh. Banyak doa dan dukungan yang kemudian mengalir kepada kakek berusia lebih dari 80 tahun ini. Sampai sekarang, beliau masih aktif praktik di rumah sakit sebagai dokter spesialis paru.


Lim Hariyanto Wijaya Sarwono

Dari data Forbes tahun 2022, Lim Hariyanto menduduki peringkat ke 36 sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan total mencapai Rp 19 triliun. Ia pemilik dari beberapa perusahaan dengan yang terbesar adalah perusahaan sawit yang terdaftar di Singapura. Kekayaan ini ia kembangkan sejak usaha ayahnya yang pindah dari China ke Kalimantan Timur. 


Emil Salim, Ph.D

Sebagian kita mungki cukup akrab dengan namanya, karena beliau pernah menjabat sebagai menteri. Latar belakang pendidikan ekonomi, tidak menghentikan beliau untuk aktif dalam berbagai gerakan lingkungan. Bahkan banyak yang menjulukinya sebagai Bapak Lingkungan Hidup. Di usia lebih dari 90 saat ini, Emil Salim masih aktif dengan berbagai pemikiran mengenai lingkungan dan bagaimana itu akan mempengaruhi ekonomi. Ia sempat berbagi pada Kompas tahun 2022 lalu.


Prof. dr. Nila Moeloek

Nila Moeloek merupakan seorang berdarah Minangkabau yang tumbuh dikeluarga kedokteran. Ia menempuh pendidikan dari Indonesia hingga ke Belanda. Bukan hanya praktik sebagai spesialis mata, beliau juga aktif mengajar, dan berpartisipasi dalam berbagai komunitas sosial. Pada periode presiden lalu, Nila Moeloek dipercaya menjadi menteri kesehatan. Saat itu ia sudah termasuk dalam kelompok lansia, namun terbukti itu tidak mengurangi kecakapannya dan tetap bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai menteri. 


Mbah Sadiman

Melansir dari lama lindungihutan, Mbah Sadiman merupakan sosok yang sangat berjasa dalam mengatasi kekeringan di Wonogiri. Ia memulai aksi solusi ini sejak lingkungan tempat tinggalnya mengalami kekeringan terutama dimusim kemarau. Setelah mendapat izin, ia memulai penghijauan di tahun 1990-an dengan penanaman pohon beringin dan terus merawatnya hingga sekarang luas lahannya mencapai 100 hektar. Dedikasinya itu diakui dalam penghargaan Solo Award dan Kick Andy Heroes Award dalam bidag lingkungan hidup.


Photo by Pixabay in Pexels

Itu adalah deretan tokoh lansia yang berprestasi dan tercatat. Masih ada, bahkan mungkin lebih banyak lagi, yang tidak ada dalam catatan manapun Jejek digital tidak selamanya mampu merekam keseluruhan. Tidak mengapa, lansia disebelah rumah yang masih beraktivitas menjual sayuran untuk menghidupi diri sendiri atau membantu anak cucu juga bisa menjadi inspirasi. Mbah yang berjalan tegap kita temui dijalan, kakek yang masih setia dengan hobinya dirumah yang kita kunjungi setiap akhir pekan, nenek yang merawat tanaman kadang masih bersemangat berjalan-jalan atau datang perkumpulan , pasangan lansia yang masih mesra bercanda diusia senja, atau lansia yang lewat di feed instagram dengan mengagumkan bercerita kegiatan harian untuk berdansa-dansa dan bersenang setiap hari. Mereka mengagumkan dengan caranya masing-masing dan layak jadi teladan.

Mereka membutkikan bahwa usia hanya sebatas angka, tidak pernah ada batasan untuk melakukan sesuatu. Begitu juga dengan tidak adanya garis pasti kapan kita harus melakukan ataupun berhasil menyelesaikan sesuatu. Tidak masalah kita mulai mencoba belajar hal yang sama sekali baru dipertengahan 30 atau 40 atau 50 dst. Tidak perlu enggan, tidak perlu sungkan pada apa kata orang. Kita perlu menyadari bahwa setiap kita punya waktu mekarnya masing-masing. Sehingga, tidak seharusnya usia menjadi penghalang bagi kita meakukan hal yang kita inginkan. 

Selama kita masih diberi waktu, kita tetap bisa melakukan sesuatu. terus berkasih sayang, terus berbuat kebaikan, terus berkarya, terus bersenang-senang, terus menebar manfaat. Dibalik semua 'terus' itu, kita diusia yang belum terbilang tua, perlu menjaga kesehatan.

Agar bisa tetap bergerak, agar bisa tetap makan enak.



Salam, Nasha

Perubahan iklim bukanlah topik baru yang menjadi perhatian seluruh dunia. Isu ini pertama kali diungkap oleh ilmuan Amerika sekitar tahun 1985, dari penemuannya terhadap adanya lubang pada lapisan ozon di langit Amerika. Meskipun jauh sebelum itu, ilmuwan sudah banyak berbicara mengenai perubahan iklim. Namun sejak saat itu, mulai ada perhatian sedikit lebih banyak pada perubahan iklim. Beberapa negara lain pun mulai menganggap isu ini sebagai hal yang penting.

Photo by Nacho Juárez in Pexels Edited by Canva

Di Indonesia iri, pembicaraan mengenai perubahan iklim baru dimulai pada awal abad kedua puluh. Ancaman banjir, tanah longsor, kekeringan, dan yang paling nyata adalah suhu yang meningkat dengan kualitas udara yang menurun, semakin menghantui. Semua pertanda nyata itu tidak banyak mengubah kebiasaan masyarakat kita, hanya semakin banyak mengeluh tanpa benar-benar mengubah kebiasaan buruk, membuang sampah sembarangan misalkan. Belum lagi, penggunaan barang sekali pakai yang jelas-jelas menambah tinggi tumpukan sampah di tempat pembuangan. 

Entah karena apa, sikap apatis terhadap lingkungan ini masih terus berlanjut. Padahal sudah terbukti apa yang kita lakukan berperan cukup besar dalam perubahan iklim. Boleh saja jika kita menuntut pemerintah agar lebih bertanggung jawab pada pembangunan yang menerapkan sustainability atau prinsip ESG (Environment Sosial Governance). Kewajiban kita malah, agar terus meminta para pejabat itu untuk membuat kebijakan yang lebih berpihak pada lingkungan, bukan ekonomi semata karena mereka memegang peran penting dengan gerakan yang lebih masif. Namun hanya menuntut tanpa memperbaiki pola hidup sendiri juga tidaklah tepat.

Berdasarkan rangkuman Tim PBB, perubahan iklim banyak terjadi akibat penggunaan energi. Energi yang dipakai untuk menghasilkan listrik dan panas, mayoritas berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Kegiatan industri dan manufaktur juga menggunakan bahan bakar fosil, paska produksi juga  menghasilkan emisi bahan yang sama tidak baiknya untuk lingkungan. Muara kegiatan ini sebagian besar adalah untuk konsumsi masyarakat. Lalu, siapa masyarakat yang bertanggung jawab atas angka demand tersebut? Kita, setiap kita semua tanpa terkecuali.


Aktivitas Hidup

Pict of Pexels

Bernafas saja kita akan menghasilkan karbon dioksida, senyawa kimia berbahaya yang bisa merusak lapisan ozon. Syukurlah, ada tumbuhan yang bisa mengubah zat tersebut menjadi oksigen untuk kita dan semua makhuk hidup bumi hirup kembali. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kesadaran tentang pentingnya proses fotosintesis harusnya juga semakin meningkat. Sayangnya, ada sekitar lima belas miliar pohon yang ditebang dan hanya lima miliar pohon yang ditanam setiap tahun, berdasarkan 
laman tentree. Fakta menyedihkan ini didukung dengan kenyataan dari katadata, bahwa tingkat konsentrasi karbon dioksida pada lapisan ozon bumi mengalami peningkatan sebesar 11.95%  hanya dalam dua dekade terakhir. Ini bukan hanya membuat lapisan ozon, yang melindungi kita dari sinar matahari, semakin tipis, namun juga meningkatkan permukaan air laut. Akibatnya berbagai bencana yang kita rasakan sekarang, banjir, gelombang panas, kekeringan, dsb.

Untuk tetap bertahan hidup, kita perlu memenuhi kebutuhan dasar sandang (pakaian), pangan (makanan), papan (tempat tinggal). Aktivitas yang jika tidak dilakukan dengan tanggung jawab dan prinsip keberlanjutan, hanya akan semakin mengurangi sumber daya yang tersedia di bumi. Sebagai masyarakat awam, mungkin sulit bagi kita benar-benar memastikan makanan yang kita dapat diproduksi dengan prinsip keberlanjutan dari hulu ke hilirnya, tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa.

Perlu diketahui bahwa permintaan akan barang yang kita konsumsi tersebut, membutuhkan energi untuk memproduksinya. Salah satu penyebab terbesar dari perubahan iklim ini adalah semakin banyaknya energi yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan manusia. Hingga saat ini, apalagi di negara kita, sumber energi terbesar masih berupa sumber yang tidak ramah lingkungan yaitu bahan bakar fosil. Energi listrik harian untuk menunjang kehidupan kita di rumah, hampir 87% sumbernya adalah bahan bakar fosil. Belum lagi, energi yang dibutuhkan untk industri dan manufaktur. Dengan penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi ataupun batu bara, polutan yang dihasilkan juga semakin besar. Bahaya utamanya adalah banyaknya jenis polutan yang dihasilkan. Dalam satu tahun terakhir tercatat setidaknya ada lebih dari enam juta kematian, melansir dari laman dw, akibat penggunaan bahan bakar fosil yang mencemari udara, air, tanah, hingga laut. Sampai sini, pengalihan energi yang kita gunakan menjadi listrik jelas bukan solusi jika listrik masih bersumber dari bahan bakar fosil.

Memang mungkin saja ada pihak yang sengaja menunggangi isu ini untuk kepentingan pribadi, menciptakan industri dengan sangat giat demi kepentingan kelompok tertentu, sehingga dengan semua fakta kerusakan lingkungan ini masih terlihat keengganan untuk memprioritaskan pengalihan energi menjadi lebih ramah lingkungan. Namun karena sampai sekarang belum ada bukti yang bisa membenarkannya, kita hanya bisa terus menuntut sambil mengontrol apa yang bisa kita lakukan, mengendalikan diri kita sendiri. Karena kita sedikit banyak akan mempengaruhi angka produksi, disesuaikan dalam data demand and supply. 

Dari pemenuhan kebutuhan paling dasar inilah, kita bisa menerapkan prinsip minimalis, untuk mengurangi pemakaian energi yang bisa mengendalikan perubahan iklim.


Memperbaiki Prinsip Hidup

Kata minimalis mulai dikenal pada tahun 1960-an dikalangan seniman untuk menggambarkan kesederhanaan. Seiring berjalannya waktu, penggunaan kata minimalis meluas hingga bisa digunakan sebagai gaya hidup, yang maknanya sederhana, secukupnya, dengan penggunaan barang yang multifungsi dalam kadar yang terbatas. Sebagai gaya hidup, minimalis bisa menjadi jawaban untuk kita sebagai masyarakat modern yang sangat mudah terpapar berbagai strategi pemasaran, mendorong kita  untuk menjadi konsumtif bahkan impulsif. 


Gaya hidup minimalis bisa kita terapkan dari kebutuhan yang paling dasar, makanan. Indonesia tercatat sebagai negara kedua terbesar di dunia sebagai penyumbang limbah makanan, tercatat sebanyak tiga belas juta ton limbah makanan setiap tahunnya. Angka ini setidaknya bisa memenuhi kebutuhan makanan 30% dari penduduk Indonesia sendiri. Miris, mengingat ada lebih dari 20% balita di Indonesia mengalami stunting. Pembuangan yang sangat sia-sia ini, harusnya tidak perlu terjadi. Jika kita bisa mengontrol diri untuk cermat merencanakan, mengambil sesuai kebutuhan, memanfaatkan apa yang ada, tidak serakah saat harga murah, dan tidak perlu berlebihan dalam menyajikan. Limbah makanan ini menghasilkan karbon dioksida dan gas metana yang memperburuk efek rumah kaca. Bukan hanya pada udara, limbah makanan juga meningkatkan resiko kelangkaan air serta erosi tanah. 


Pada ketegori kebutuhan sandang atau pakaian, belakangan kita mengenal istilah fast fashion, mengacu pada tren cepatnya produksi pakaian yang mengikuti perubahan mode. Dalam prosesnya, produksi pakaian fast fashion ini dilakukan secara massal dengan harga yang relatif rendah. Harga rendah ini sebanding dengan kualitas rendah, yang penting perputaran barangnya cepat. Dengan maraknya fast fashion, wajar jika angka limbah pakaian semakin meningkat dari waktu ke waktu. Rangkuman ITS dari berbagai catatan ahli mengungkapkan bahwa industri tekstil menjadi sumber polusi kedua terbesar di dunia dengan lebih daru satu miliar ton emisi gas rumah kaca. Di Indonesia saja, limbah tekstil mencapai satu juta ton. Semua ini tidak lepas dari gaya hidup konsumtif kita yang terus merasa harus mengikuti mode.

Untuk mengatasi hal ini, kita sebagai konsumen tidak bisa terus menerus melanggengkan praktik fast fashion. Membeli barang asal murah, cepat sesuai tren, dipakai beberapa kali lalu berakhir menjadi sampah hanya dalam waktu yang singkat. Produsen juga tidak akan terus memproduksi jika tidak ada pembeli. Dorong produsen untuk giat menciptakan industri yang ramah lingkungan, bisa dengan pilih produk dari bahan eco friendly. Jadi, hal pertama yang perlu kita ingat adalah fungsi pakaian itu sendiri. Kebutuhan dasar untuk menutupi tubuh serta untuk menunjang nilai-nilai yang kita yakini. Menyenangkan memang, bisa mengikuti tren, berganti-ganti model, tiap kesempatan bisa berbeda pakainnya, tapi melihat tumpukan sampah dan bagaimana itu akan menurunkan kualitas hidup kita serta anak-anak nantinya, apakah kesenangan sesaat itu sepadan? Mulailah dengan memahami kebutuhan pakaian sendiri, beli produk sesuai kebutuhan yang berkualitas baik dan bisa tahan lama, selektif memilih produsen yang punya concern terhadap lingkungan sehingga proses produksinya tidak merusak, lalu rawat apa yang ada, perpanjang usia barang saat tidak lagi digunakan.


Terakhir, kita juga punya kebutuhan berupa tempat tinggal. Sederhana dari yang tampak, kebanyakan kita mengubah lahan hijau, lalu menyatupadukan berbagai bebatuan dari pegunungan, hingga menjadi bangunan megah yang disesuaikan dengan selera kita masing-masing. Tidak apa, karena memang kita butuhkan. Namun, kita bisa tetap bisa mengurangi dampak kerusakan lingkungan yang diakibatkan dengan menerapkan prinsip hidup minimalis. Bukan berarti konsep bangunannya yang disesuaikan dengan rancangan tren minimalis, tapi pada prinsip rumah itu sendiri.  

Awali dengan perencanaan yang cermat tentang kebutuhan rumah tersebut. Berapa orang yang akan hidup didalamnya. Aktivitas apa saja yang akan dilakukan di rumah. Lanjutkan dengan perabotan apa yang diperlukan, produk apa yang bisa memenuhi fungsi yang diinginkan tersebut, sehingga kita akan memilih barang memang berdasarkan fungsi bukan estetika semata. Jika gaya hidup ini terus dipraktikkan didalam rumah, kita akan punya rumah dengan luas yang sesuai kebutuhan, perabotan yang multifungsi, dengan jumlah juga sesuai dengan yang kita butuhkan. Hal lain yang tidak kalah penting dari rumah adalah luangkan lahan terbuka hijau untuk menanam berbagai jenis tumbuhan, yang bisa menghasilkan udara jernih untuk kita hidup dan sebagai penopang kehidupan flora fauna lainnya. 

Prinsip minmalis untuk hidup sederhana dalam batas cukup ini, bukan hanya bisa kita praktikkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan seperti yang diterangkan diatas, kita juga bisa mempraktikkan hal-hal sepele berikut dalam kehidupan sehari-hari:
- Manfaatkan apa yang sudah ada dengan pakai sampai habis dan pakai sampai rusak
- Menormalkan pemakaian barang bekas untuk memperpanjang usia barang agar tidak cepat menjadi sampah
- Membuat daftar kado dan berlapang hati jika ditanya, agar tidak ada pemberian yang sia-sia
- Menyajikan makanan sesuai kebutuhan
- Mengutamakan fungsi dan tidak selalu mengejar tren
- Tahu prioritas bahwa prinsip kebaikan lingkungan lebih utama dari sekedar pandangan orang sehingga tidak perlu mendefinisikan orang dari barang
- Aktif dalam berbagai gerakan peduli lingkungan, salah satunya dengan Donasi di Greenaration yang gerakannya fokus pada isu konsumsi dan produksi berkelanjutan.

Jika dipadatkan, gaya hidup minimalis adalah tentang kecukupan apa yang ada dan dibutuhkan.  Mampu bukan berarti perlu. Pada apapun yang kita lakukan dan akan konsumsi, selalu ingat untuk merencanakan dengan cermat, pilih produk berkualitas baik sehingga bisa tahan lama, seleksi produsen yang peduli lingkungan, dan tanggung jawab jika tidak bisa lagi memanfaatkan barang (bisa dengan dijual kembali, didonasikan, atau dibuang dengan bijak). Pada akhirnya, jika kita memprioritaskan prinsip minimalis secara bersama-sama, penggunaan energi juga bisa ditekan sehingga perubahan iklim juga bisa dikendalikan. 


Salam, Nasha
Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Gaya Hidup Minimalis dalam Memenuhi Kebutuhan untuk Mengatasi Perubahan Iklim
  • Berguru pada Masyarakat Adat, Berkawan dengan Alam Berdaya untuk Lingkungan
  • Tua dan Berdaya, Deretan Tokoh yang Membuktikan Usia Hanya Angka
  • Manfaatkan Barang Bekas Pakai, Mulai dari yang Sepele di Diri Sendiri
  • Al-Masih, Putra Sang Perawan: Kisah Nabi Isa dalam Perspektif Tiga Agama

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Daftar Tulisan

  • ▼  2023 (48)
    • ▼  Juni 2023 (2)
      • Cerita Tentang Festival Lampion, Bagaimana Awal hi...
      • Berguru pada Masyarakat Adat, Berkawan dengan Alam...
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ►  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

Advertisement

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Advertisement

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Sekian Pelukan
  • Lagi hamil, Tapi Kok Sensi, sih
  • Lihat Indahnya Flores bareng Teman Hidup Traveloka, Rencanain Sampai Jadi!

Trending Articles

  • Gaya Hidup Minimalis dalam Memenuhi Kebutuhan untuk Mengatasi Perubahan Iklim
  • Berguru pada Masyarakat Adat, Berkawan dengan Alam Berdaya untuk Lingkungan
  • Tua dan Berdaya, Deretan Tokoh yang Membuktikan Usia Hanya Angka
  • Manfaatkan Barang Bekas Pakai, Mulai dari yang Sepele di Diri Sendiri

Advertisement

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes