“Tapi Gesang gak
mau pulang”
“Mau ngapain?”
“Mau main bola.”
“Kan kita gak bawa
bolanya.”
“Mau lari-larian aja sama ayah.”
Percakapan pagi hari setelah menonton pertandingan bola di lapangan sekitar rumah itu membawa ingatanku pada hak anak yang tercantum dalam Konvensi PBB untuk Hak Anak-Anak. Dalam konvensi tersebut diantaranya disebutkan anak berhak untuk tumbuh sehat, bermain, bersosialisasi, berkegiatan, juga menyampaikan pendapat.
Sebagai orang tua,
kita berkewajiban untuk memenuhi hak-hak anak tersebut, salah satunya dengan
menggali potensi yang mereka miliki dan memilih wadah yang tepat bagi anak
menyalurkannya. Mempelajari apa kebutuhan anak di masing-masing rentang usia,
bagaimana cara memenuhinya, dan terus belajar bagaimana ya agar anak ini bisa
tumbuh untuk hidup sepenuhnya dengan keunikan apa yang mereka miliki di dalam
diri sendiri. Perjalanan yang panjang dan tidak mudah tentunya bagi orang tua,
namun benarlah bahwa menjadi orang tua adalah proses belajar dan mendidik diri
yang tidak ada habisnya.
Mengenal Inner Strength
Aku sendiri akhirnya
sadar, momen-momen kecil yang
membuat hatiku hangat dan menerbitkan senyum di bibirku ternyata karena munculnya kekuatan didalam diri mereka.
Atau saat ia berani bertanya dengan sopan, “Tante, aku boleh minta itu gak?” kepada orang yang baru ia temui.
Juga disaat ia menasihati adiknya, mengatakan agar jangan merepotkan ibu, serta mereka bersama-sama ikut membantu ibu.
Aku juga ingat di perjalanan kami waktu anak ini berhenti memperhatikan seorang tua yang duduk kelelahan, lalu aku bertanya apakah ia ingin melakukan sesuatu, maka aku berikan ide dan dia menawarkan sebungkus makanan yang ia miliki.
Hal-hal sepele dalam keseharian ini, saat ia berani mengatakan apa yang ia inginkan, menyampaikannya pada orang baru di tempat umum, berbicara dengan sopan, berani mencoba hal baru, hingga membantu ibu ataupun adik. Ia juga memiliki tekad yang kuat saat ingin mengetahui sesuatu, rasa penasaran yang juga merupakan kekuatan dari dalam diri.
Aku baru menyadari
kebahagiaan dan kehangatan yang menjalar itulah bentuk inner strength
didalam diri anakku. Hal yang akan membuatnya mampu bertahan dengan apa yang
akan datang pada kehidupannya kelak.
Maka, tugas kita
selanjutnya adalah bagaimana ya ayah ibu bisa membantu anak untuk meningkatkan inner
strength di dalam diri mereka? Bagaimana ya agar kejadian-kejadian tadi
bisa sering terulang? Muncul sebagai kebiasaan anak-anak ini?
Banyak artikel yang menyampaikan cara untuk melatih kekuatan diri dengan berbagai metode pula. Dari banyaknya sumber informasi tersebut, aku coba menyimpulkan menjadi beberapa point penting yang bisa kita praktikkan untuk anak dalam keseharian untuk mengeluarkan inner strength mereka.
1. Bantu Anak Mengenali Dirinya
Self-awareness atau kesadaran diri mungkin terdengar rumit untuk diaplikasikan pada anak-anak, namun kita justru perlu membentuknya sejak dini. Praktiknya bisa dimulai dengan membiasakan mereka untuk sadar pada apa yang terjadi, sadar pada apa yang mereka lakukan. Bisa juga dengan kita senantiasa mengakui apapun perasaan anak, tanpa pelabelan positif negatif, tidak perlu dihindari, juga jangan dialihkan. Sering berdialog dengan anak tentang apa yang mereka rasakan, apa yang terjadi menurut pandangannya, dan bantu mereka menerjemahkan hal-hal tersebut.
2. Beri Anak Ruang untuk Melakukan
Anak ‘baru’
beberapa tahun ada di dunia ini, banyak tidak taunya, sedikit pengalamannya.
Mereka perlu mencoba berbagai macam hal, belajar, menumpuk pengalaman, mengetahui
beragam aktifitas. Supaya mereka tahu mana ya yang aku suka, mana ya yang aku gak
suka, mana ya yang bikin aku semangat, penasaran, ngeri, jijik, dst. Beri
mereka keleluasaan untuk memutuskan hal tersebut. Lalu, biarkan mereka mencoba.
Biarkan juga mereka tidak langsung berhasil. Biarkan mereka merasakan gagal,
menghadapi perasaan itu, belajar dari kesalahan, bangkit lagi, coba lagi,
biarkan anak jalani apa adanya, tidak perlu dipermudah, percaya pada
kemampuannya, untuk anak yang lebih kuat, yang lebih tangguh, dan juga percaya
pada dirinya sendiri.
3. Ajarkan Anak Nilai dan Adab yang Penting
Kebiasaan baik
berawal dari rumah, dan anak belajar dari lingkar terkecil yaitu orang tua,
yang memberi tahu mereka yang mencontohkan pada mereka. Jadilah teladan. Rumuskan
nilai apa yang penting, apa yang menjadi prioritas; lalu tentukan aturan dan
batasan untuk anak, konsisten dengan itu; serta ajari anak bagaimana bersikap, bagaimana
menghadapi sesuatu, apa adab dan etikanya. Jelaskan dengan sederhana.
Ketiga point itu disebutkan bisa membangun kekuatan diri pada anak, kebiasaan yang kita lakukan dari rumah. Kebiasaan yang akan membentuk karakter mereka sehingga salah satunya akan memudahkan dalam mengenali minat dan potensi yang mereka miliki, seperti minat pada sepak bola.
Sepak Bola
Bahkan jika sekedar bola, mainan pertama anak-anak ini adalah bola yang mereka coba raba, pegang, ataupun gelindingkan saat masih bayi. Anakku mengenal sepak bola dari ayahnya. Karena ayahnya sangat suka dengan sepak bola, sebagai olahraga selingan, kadang juga ikut pertandingan, tidak lupa memahami informasi seluk beluk tentang sepak bola. Tidak mengherankan sih mengingat sepak bola sebagai olahraga paling populer di dunia. Selain sebagai aktifitas quality time ayah-anak, ternyata bermain bola juga memiliki banyak manfaat loh, antara lain:
Meningkatkan Kesehatan
Berlari kesana kemari, mengejar bola, melakukan tendangan, sundulan, adalah berbagai bentuk gerakan dalam permainan sepak bola. Aktifitas gerak fisik yang aktif seperti itu sangat baik untuk kesehatan, antara lain menyehatkan jantung, memperlancar metabolisme, menguatkan tulang, melatih otot, juga meningkatkan kapasitas aerobik. Bagi anak, energi mereka yang berlimpah juga tersalurkan dengan baik kan.
Melatih Kemampuan Sosial
Kesebelas orang yang ada dilapangan, semuanya punya perbedaan masing-masing namun harus bekerja sama untuk satu tujuan. Pelajaran berharga dari sepak bola, tentang sosialisasi, bagaimana berinteraksi, berkomunikasi, mendengarkan, menyampaikan pendapat, pengambilan keputusan, bekerja sama, mengendalikan ego diri sendiri. Rangkaian latihan dan pertandingan juga bisa membentuk karakter anak lebih percaya diri, berani, dan tangguh. Wah, bisa sangat banyak ya.
Meningkatkan Keterampilan
Aktifitas dalam permainan sepak bola jelas berguna bagi latihan motorik kasar. Namun selain itu, sepak bola juga bisa meningkatkan keterampilan mental, keterampilan berpikir, disiplin, juga kemampuan kognitif. Bermain sepak bola dapat melatih fokus anak juga meningkatkan suasana hati.
Sejauh ini, sudah terlihat jelas ya hubungan antara kemampuan anak bermain bola dan pembentukan karakternya merupakan hubungan timbal balik. Bermain bola dapat membentuk karakter anak, sebaliknya dengan karakter kuat dan positif dapat meningkatkan kemampuan anak bermain sepak bola.
Biskuat Academy
Berangkat dari
hubungan sebab akibat yang sangat baik itulah, Biskuat hadir mengakomodasi para
orang tua untuk mendukung inner strength anak, melalui aktifitas seru
dan kaya manfaat dalam kegiatan tahunan keempat, Sekolah Bola Online BISKUAT
ACADEMY 2022. Sejak tahun 2019 lalu, Mondelez Indonesia dengan brand unggulan
Biskuat, berkomitmen mendorong anak Indonesia memiliki karakter baik untuk
generasi yang kuat dimasa depan. Kondisi pandemi pun tidak menyurutkan langkah
Biskuat untuk tetap mengadakan kegiatan secara daring.
Tahun ini, Biskuat Academy diselenggarakan dengan semangat untuk mewujudkan mimpi anak Indonesia menjadi lebih besar.
Saat cita-cita kami mengecil, dia menunjukkan mimpi kami bisa lebih tinggi
Bahkan saat kami hampir kehilangan harapan, dia percaya untuk kami selalu ada jalan
Seperti yang dilantangkan dalam video singkat ini.
Acara ini adalah wadah yang sangat tepat bagi orang tua untuk mendukung potensi anak, bukan hanya tentang akademik ataupun keterampilannya bermain bola namun juga pembentukan karakter kuat dan positif anak. Bekal yang akan mereka bawa di masa yang akan datang, bekal untuk mereka punya mimpi besar dan percaya didalam diri mereka ada kekuatan.
Salam, Nasha