• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Sudah seperti budaya, yang semakin kuat setelah pandemi melanda, setiap lebaran kita bertukar bingkisan. Jika dulu sekedar parcel berisi makanan kemasan, sekarang lebih banyak varian, apa saja bisa dikirimkan. Namun, tetap harus berdasar pada prinsip kemampuan dan kegunaan. Jangan sampai memberatkan yang memberi, jangan sampai pula sia-sia ditangan yang menerima. Nah, berikut ini rangkuman paketan produk ataupun hampers yang bisa dikirimkan kepada kerabat dalam momen ramadhan dan lebaran, dengan tambahan pertimbangan lebih sehat untuk diri kita dan bumi.



 

Pertimbangan Take and Give

Sepertinya kita memang masih banyak menganggap bahwa memberi adalah wujud jalinan hubungan, dan pemberian harus dalam wujud benda yang bisa dilihat dan disentuh. Sehingga memberi bingkisan adalah bentuk dari menjaga hubungan. Tidak heran jika bepergian kita masih direpotkan dengan oleh-oleh dan hari besar kita masih disibukkan memilih bingkisan. Padahal, hubungan bisa jadi lebih sederhana sekaligus lebih dalam dari sekedar memberi dan menerima bingkisan.

Namun, jika kita masih ingin memberi, tidak ada salahnya juga. Satu dari lima bahasa cinta juga adalah gift, yang artinya memang ada orang mewujudkan kasih sayangnya dalam bentuk hadiah. Sebelum itu, ada beberapa hal yang perlu kita jadikan catatan dalam soal take and gift present ini, antara lain: 

  • Menerima tidak terikat dengan memberi

Mungkin ini perasaan yang tidak asing, merasa berhutang saat diberi dan segera ingin membalas memberi. Sebaliknya, rasanya mengganjal sudah memberi tapi tidak dibalas oleh orang yang menerima. Padahal, memberi ya sudah memberi saja. Begitu pula dengan menerima, ya sudah terima saja, beri orang lain kesempatan untuk berbagi, beri karena memang ingin memberi dan sesuai dengan si penerima. Tanpa merasa lebih rendah, tanpa merasa lebih tinggi. 

  • Sesuaikan dengan kemampuan dan kegunaan

Jelas ini kita semua pahami, tapi kadang kita berusaha mengabaikannya. Padahal tidak mampu untuk memberi bingkisan pada banyak orang, padahal diluar anggaran untuk membelikan barang tersebut, tapi tetap dilakukan. Kadang memang tulus ingin memberi, sayangnya kadang juga karena butuh pengakuan. Maka sebelum memberi, saring dulu dengan pertimbangan tersebut, mengapa ingin memberi dan mengapa memilih benda tersebut?

Ingat, dalam pemberian yang menjadi landasan adalah preferensi si penerima bukan selera kita sebagai pemberi. Berdasarkan kebutuhan dan keinginan mereka, bukan berdasarkan keinginan kita. Maka wajarkan untuk bertanya sebelum memberi, memastikan kembali agar tidak salah beli. Lumrahkan saja bingkisan tidak melulu menjadi kejutan. Supaya niat tulus memberi terbalas dengan hadirnya benda yang memang berarti. 

  • Alternatif pilihan yang lebih baik, lebih sehat juga ramah lingkungan

Kadang kita memiliki hubungan yang cukup terikat dengan memberi dan menerima. Perlu menerima meski tidak suka barangnya, perlu memberi meski tidak terlalu akrab dengan orangnya. Sehingga kita buta harus memberi apa. Apa lagi yang bisa kita lakukan kalau bukan mengira-ngira dan memilih barang yang cukup umum, yang besar kemungkinanan akan digunakan. Selain itu, coba pilih barang dari penjual yang tidak begitu jauh sehingga bisa lebih hemat energi transportasi, dari produsen yang punya perhatian pada pekerjanya juga lingkungan, serta dengan bungkusan yang tidak berlebihan dan dari bahan yang lebih ramah lingkungan.

Sekarang pilihan barang tidak terhitung jumlahnya, bisa didatangkan darimana saja sesuai kehendak jari. Saringannya yang kita tentukan, seperti tidak mendukung genosida misalkan seperti yang belakangan marak dilakukan. Selain itu, tambahkan dengan pilihan yang lebih sehat, seperti makanan tanpa zat aditif berbahaya atau produk perawatan kulit dari bahan yang lebih alami. Apa yang baik kita beri ke orang lain, mudah-mudahan menjadi yang baik juga untuk kita. 

Sebenarnya, apa yang menyentuh dari pemberian menurut saya adalah bagaimana orang yang memberi meluangkan waktunya untuk memikirkan kita, kira-kira dia cocok tidak ya dengan ini, dia suka tidak ya. Jika dilakukan rasanya memang agak merepotkan ya, tapi begitulah bahasa kasih sayang. 

 

Rekomendasi Hampers

Makanan dan Minuman

Opsi pertama yang mungkin muncul dimayoritas pikiran kita, dengan alasan bahwa semua orang perlu makan, kegiatan makan sering dilakukan, serta ada banyak pilihan makanan yang bisa tahan lama dikemas dengan cantik pula. 

  • Madu
Madu Manuka + Clover Hillary Farm

  • Cemilan Gluten Free
Cemilan Ladang Lima

  • Teh Asli
Hampers Idul Fitri Addictea

  • Kopi
    Kopi Kemasan Anomali

    • Minuman Lebih Sehat
      Minuman Kedelai dan Matcha Beorganik


      Pengharum Tubuh dan Ruangan

      Lebaran tidak lengkap rasanya tanpa kegiatan kunjung-mengunjungi. Maka, perlu dipersiapkan rumah yang bukan hanya bersih namun juga wangi. Rekomendasi berikut bisa digunakan untuk menambah kesan rumah yang lebih menyenangkan dengan wangi yang lebih natural diruangan, tanpa lupa perlengkapan wewangian untuk tubuh juga. 

      Perawatan Tubuh Bathaholic

      Perawatan Tubuh Maharati

      Pewangi Ruangan Plumeria

      Pewangi Ruangan Rumah Atsiri

      Perawatan Tubuh Nutropics


      Perlengkapan Ibadah

      Di hari raya ini, kita juga mengusahakan penampilan terbaik untuk beribadah dan bersilaturahmi, maka bingkisan kita bisa berisi peralatan untuk menunjang penampilan tersebut. Bukan hanya untuk estetika saja tapi fungsinya juga. Bisa sajadah, sarung, mukenah, hingga jilbab. Kadang ada produsen yang melengkapi dengan aksesorisnya juga seperti pengharum. Menyenangkan sekali!

      Aneka Perlengkapan Ibadah Dyah Suminar

      Jilbab dan Aksesoris Authentism

      Sajadah Howel & Co.

       Perlengkapan Ibadah Sarung Tazbiya

      Sebelum memutuskan membeli, ingat kembali ketiga point diatas bahwa memberi itu tulus karena niat ingin memberi, menyambung silaturahmi, yang berdasarkan pada prinsip kegunaan dan kesanggupan. Mungkin kita bisa beranggapan bahwa bulan ini memang ada untuk kita merayakan, hubungan kita dengan Tuhan juga sesama manusia, salah satunya dengan berkirim bingkisan. Nah, semoga menjadi amal kebaikan dan rezekinya berkah, ya!



      Salam, Nasha

      Dapat dikatakan bahwa Solo kini menjadi salah satu kota destinasi wisata. Banyak orang yang datang berkunjung ke Solo, untuk menikmati kulinernya, menjelajahi tempat-tempat wisata disekitarnya, atau sekedar menikmati lingkungan Solo yang nyaman ditinggali. Dengan banyaknya pilihan transportasi untuk sampai ke Solo mulai dari pesawat, kereta, mobil dengan akses tol, hingga krl dari Jogja; kini yang perlu dipastikan adalah apa saja sih yang bisa dilakukan di Kota Bengawan ini. Simak itinerary liburan di Solo berikut ini untuk mewujudkan weekend getaway di Solo!


      Sekilas Solo

      Sebagai seorang pendatang yang menghuni Solo beberapa tahun terakhir, saya cukup mengagumi kota ini. Dengan fasilitas pembangunan yang cukup lengkap, keetersediaan sarana dan prasarana, lalu jenis masakannya, biaya yang dikenakan, dan yang tak kalah penting adalah keramahan orang-orangnya. Untuk wisata, perlu diingat bahwa Solo ini tidak terletak dipesisir juga bukan di perbukitan, sehingga untuk berwisata ke area bukit kita akan diarahkan ke Tawangmangu sekitar dua jam perjalanan dari Solo. Kalau mau wisata pantai, adanya di Yogya atau Semarang sekalian. Lalu apa ya daya tarik Solo ini?

      Hanya mengelilingi kotanya dan bersantai sejenak menjauh dari hiruk pikuk. Meskipun sudah mulai ramai, tapi Solo tidak berdesakan. Dengan jalan yang dibangun sudah lebar-lebar, kemacetan pun jarang terjadi. Berwisata disini, untuk saya, akan berputar di kuliner, wisata kebudayaan, batik, dan sesekali ke taman yang disediakan. Maka saya tidak menyarankan untuk terlalu lama berlibur di Solo, karena tidak banyak tempat yang bisa dikunjungi. Cocoknya sekitar dua atau tiga hari saja, sesuai dengan judulnya weekend getaway.  Tapi kalau memang ingin bersantai, menikmati kuliner-kulinernya, lalu menjelajah hingga kabupaten-kabupaten di sekitarnya juga bisa berlibur disini hingga seminggu lamanya. 

      Nah, berikut rekomendasi itinerary untuk liburan di Solo selama dua hari!


      WaktuKegiatanLokasiEst.   BiayaKeterangan
      03.50 Stasiun Balapan  
      04.25SubuhMasjid Syekh Zayed Buka pagi 04.00-08.00
      06.00SarapanSoto TrisaktiRp25.000 
      08.00WisataMuseum Radya Pustaka  
      11.00WisataMuseum TumurunRp25.000 
      12.30Makan   SiangKusuma Sari RestoRp50.000 
      14.00Check in Hotel Rp300.000Penginapan tanpa sarapan
      16.00WisataWaduk Cengklik  
       Makan   MalamCafe di area Waduk CengklikRp30.000 
      19.30WisataPs. Malam Ngarsopuro  
        Angkringan Tiga TjeretRp30.000 
      21.00Istirahat   
           
      06.30Check   Out Hotel   
      07.00SarapanSelat Solo Tenda BiruRp30.000 
       08.00KulinerPasar Gedhe Dimsum, TFP, Dawet, Oleh-oleh      
      WisataAlun-alun Surakarta
       09.30BelanjaMandarijn Orion  
      10.00WisataMangkunegaran  
       12.00Makan   SiangSate Kambing Pak MantoRp75.000Coba menu gule goreng      
       13.00KulinerSoerabi Notosuman
      14.00BelanjaKampung Batik Laweyan
      18.00Makan   MalamTimlo Kwali MangkunegaranRp25.000 
      19.30 Stasiun   Balapan  


      Sebagai catatan, itinerary tersebut dibuat dengan cukup padat, dengan hanya beristirahat satu malam saja. kegiatan juga dimulai dari pagi hingga malam hari. Untuk tempat yang dikunjungi, disesuaikan dengan rekomendasi bukan preferensi perorangan. Mungkin ada yang lebih tertarik ke toko batik saja tidak perlu ke museum. Bisa menyesuaikan. Biaya tersebut juga belum termasuk transportasi. Selanjutnya, saya akan membahas lebih rinci tentang masing-masing tempat tersebut, tapi ingat, ini hanya pendapat pribadi berdasarkan prefensi dan keterbatasan informasi saya.

      Pertama, Masjid Syekh Zayed. Masjid ini memang patut dikunjungi dengan kemegahan bangunannya, tapi karena masih proses pembangunan jadi parkirannya belum begitu teratur dengan pengelolaan dari warga setempat. Biaya parkir per mobil biasanya sepuluh ribu. Pengelolaan didalamnya masih tergolong baik, dengan satu pintu masuk yang dilengkapi dua mesin x-ray, kita perlu antre sejenak jika pengunjung sedang ramai. Didalamnya, petugas siaga untuk membantu pengunjung. Seingat saya, masjid ini buka pukul 04.00-08.00 lalu pukul 11.00-16.00 dan 17.00-20.00.

      Saya sebagai orang awam yang tidak terlalu memahami kebudayaan, kurang menikmati museum radya pustaka. Sekedar menjawab penasaran karena itu museum tertua di Indonesia. Tempatnya cukup nyaman, tidak terlalu luas, dengan koleksi berupa keris, wayang, hingga kartu pos yang tidak terlalu banyak. Mengelilinginya mungkin hanya perlu waktu sekitar setengah jam. Sedangkan museum tumurun adalah museum modern yang memiliki tema berbeda dalam setiap periode waktu, bisa cek di https://www.instagram.com/tumurunmuseum/

      Lalu, waduk cengklik itu paling bagus dikunjungi sore agar bisa menikmati pemandangan matahari terbenam. Ada banyak sekali tempat makan di derah sana, karena hanya berkunjung ke satu tempat, saya tidak bisa memberi rekomendasi. Terakhir, ada kampung batik. Di Solo ada dua kampung batik yaitu Kauman dan Laweyan. Jika saya bisa membedakan, Laweyan itu lebih baik untuk belanja sedangkan Kauman lebih untuk berwisata foto-foto. 

      Pada kegiatan kuliner, rekomendasi restorannya mulai dari kusuma sari sebagai restoran tua di Kota Solod engan menu yang beragam dan harga terjangkau; lalu angkringan yang berada tidak jauh dari ngarsopuro yang bisa dinikmati dengan live music pada waktu tertentu; selat solo tenda biru menyediakan selat dan berbagai macam sop khas solo seperti sop matahari, sop galantin, dsb; mandarin orion ini adalah toko roti yang spesialnya menyediakan kue lapis surabaya dan juga berbagai olahan kue, roti, dan cemilan lainnya; di Pak Manto ada berbagai menu olahan kambing seperti sate, gule, tongseng, hingga nasi goreng; dan terakhir ada timlo yang hanya buka pada malam hari. Rekomendasi yang saya dapatkan dari warga asli Solo, meskipun ada yang lebih terkenal, namun menurut saya yang ini justru lebih enak.  

      Biaya yang dikeluarkan untuk wisata bisa dihitung dari tabel diatas, namun untuk transportasi disesuaikan dengan pilihan kita masing-masing. Solo bisa dijangkau dengan pesawat, kereta, bus, travel, juga kendaraan pribadi. Transportasi umum di Solo juga ada dan tergolong nyaman. Jika dihitung kasarnya, ongkos dari Jakarta dengan kereta sekitar satu juta, penginapan sekitar 300ribu, untuk makan dan wisata tanpa belanja bisa 200ribu. Bisalah dirangkum dengan estimasi biasa sekitar 1,5juta hingga 2juta.

      Nah, itulah rekomendasi itinerary untuk liburan singkat di Solo. Bagi yang menginginkan info lebih rinci dan rekomendasi lainnya, bisa langsung komen dibawah ya. Terima kasih!



      Salam, Nasha

      Bisa dikatakan bahwa marah adalah emosi yang paling sulit. Kita sering memaksa emosi tersebut untuk hilang saja, namun kenyataannya kita tetap merasa marah. Begitu juga dengan anak, marah tidak bisa dihindari, karena ia adalah salah satu emosi. Bagaimanapun kita tidak menginginkannya, akan ada saatnya anak merasa marah. Disinilah kita berperan, mendampingi mereka menghadapi emosi tidak mengenakkan itu, juga mengajari mereka bagaimana menyalurkan emosi marah dengan tepat tanpa menyakiti diri sendiri juga orang lain.



      Perkembangan Emosi Anak

      Sebelum mengajari anak, kita perlu memperhatikan dulu tentang perkembangan mereka. Bagaimana kondisi anak, sudah sejauh mana mereka bertumbuh, ditahap mana perkembangan mereka berada, tidak lupa pada kondisi emosi mereka. Biasanya ada indikator perkembangan anak sesuai usia, meskipun setiap anak itu unik dan bisa saja mengalami perbedaan dari anak-anak lainnya. Karena memiliki anak dengan jarak usia tidak begitu berjauhan, saya akan mengkhususkan pembahasan pada anak usia sekitar lima tahun. 

      Marah sendiri merupakan salah satu bentuk emosi yang memang istimewa ada pada kita semua. Baik itu manusia dewasa maupun pada anak-anak. Bedanya, kita sudah memiliki lebih banyak pengalaman dan juga pelajaran dari masa lalu, sedangkan anak-anak ini belum. Logikanya, kita harusnya bisa lebih tenang dan bijaksana dibanding mereka.

      Pada usia lima tahun, bisa dimulai juga disekitar empat, anak sudah memiliki keinginan untuk melepaskan diri sedikit demi sedikit dari orang tuanya. Ia ingin mencoba banyak hal sendiri, tapi disisi lain ia diiringi perasaan bersalah karena meerasa meninggalkan orang tuanya, ditambah pula dengan kemampuan yang masih sedikit yang ia miliki. Sehingga sering kali mereka merasa kewalahan dengan emosi yang dirasakan, akibatnya berbagai perilaku yang tidak mengenakkan muncul. Ia menjadi mudah marah. Melampiaskan energi yang begitu banyak mereka miliki dengan teriakan atau juga pukulan. 

      Ini juga mempengaruhi bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain, karena pada usia ini anak sudah mulai berinteraksi dengan orang selain keluarga dekatnya. Mereka bisa saja memiliki teman dekat, tingkah laku mereka mengalami perkembangan seiring dengan meningkatnya kemampuan mereka merasakan juga memahami orang lain dan lingkungan. Ini menjadi sarana yang baik bagi anak dalam mengasah kecerdasan emosional mereka. Jika anak bisa belajar dengan baik dari tahap ini, mereka akan dapat menunjukkan rasa empati, kasih sayang, juga memiliki tata krama yang baik nantinya. 

      Bukan hal yang mudah memang membiarkan anak melalui proses gejolak emosinya. Tidak tega rasanya melihat mereka bersedih, kecewa, sakit hati, juga marah. Tapi kembali lagi, itu adalah proses yang perlu kita semua lalui. Media pembeajaran anak untuk bekal ia nantinya. Sebagai orang tua, tugas kita untuk mendampingi mereka dalam berbagai proses tersebut, mengarahkannya pada cara yang tepat berdasarkan kondisi anak masing-masing.

      Praktiknya tentu tidak akan semudah perkataan para ahli. Apalagi untuk emosi marah. Akan ada harinya kita kesulitan untuk menerima emosi mereka, tidak memahami kenapa mereka merasa marah, atau bahkan merasa lebih marah daripada anak-anak ini. Kadang kita bisa tenang dan menemani mereka memproses emosi tersebut, kadang kita kelelahan juga kewalahan dengan teriakan mereka itu. Tidak membenarkan, tapi saya coba memaklumi bahwa kita juga memiliki emosi. Tidak apa, akan ada hari esok untuk memperbaiki. Selagi kita berusaha mengevaluasi, memperbaiki, dan berniat terus mendampingi, semoga senantiasa Allah mudahkan. 


      Mengajari Marah kepada Anak 

      Mungkin kita tumbuh dalam pengajaran, jangan marah, atau dengan kalimat, gitu aja kok marah. Lalu belakangan, kita mendengar bahwa marah itu tidak apa-apa. Apakah artinya ada perbedaan teori tentang marah saat dulu dengan sekarang?

      Menurut saya, inti ajarannya tetap sama, hanya berbeda ditingkat pemahaman dan cara pengajaran kita. Dan perubahan juga perkembangan itu adalah hal baik, yang menandakan bahwa kemampuan kita berpikir juga bertumbuh. Sebenarnya, marah adalah bentuk emosi yang Tuhan berikan pada kita, yang justru akan memudahkan kita dalam menjalin hubungan dengan orang lain, serta tidak seenaknya sendiri. Hanya saja, yang menjadi catatan adalah bagaimana marah yang tepat. Singkatnya, merasa marah itu boleh saja, persoalannya adalah bagaimana kita mengekspresikan marah tersebut.

      Wajar jika kita merasa marah saat ada hal-hal yang mengganggu kita, ada hal-hal yang tidak kita suka atau duga terjadi. Tapi ada orang yang bisa berlapang hati menerima bahwa setiap orang mungkin melakukan kesalahan, bahwa tidak mungkin semua yang terjadi akan sesuai dengan yang kita harapkan, bahwa berlarut-larut dalam marah akan merugikan, sehingga ia lebih memilih diam sembari perlahan melepaskan dalam tiap hembusan nafas. Meski, ada pula orang yang memilih untuk mengeluarkan emosinya dengan kalimat kasar, teriakan, gerakan tangan yang ujungnya menyakitkan. Pertanyaannya adalah pilihan mana yng kita harapkan pada anak?

      Beberapa catatan tentang bagaimana mengajari anak untuk mengekspresikan marah dengan sehat antara lain:

      • Menjadi Teladan
      Setiap pengajaran harus diiringi dengan contoh langsung, apalagi bagi anak. Mereka kadang memang tidak mendengar, tapi akan selalu melihat. Perlihatkan bagaimana kita mengekspresikan marah dengan sehat. Jelaskan dalam kalimat sederhana dan langsung.
      Ibu sedang merasa marah, ibu akan coba menenangkan diri dulu.

      Biasanya saya akan masuk ke kamar untuk menarik nafas atau menjauh dulu dari keributan anak-anak. Sampai sekarang, saya masih mencoba untuk tidak langsung bereaksi atas apapun yang mereka lakukan. Daripada kalimat omelan yang dikeluarkan menjadi tidak karuan, setidaknya saya akan diam. Lalu mencari waktu lain setelahnya untuk membicarakan. Karena omelan yang keluar saat sedang marah itu seringnya bukan untuk menasihati tapi hanya melampiaskan emosi.

      Dari situ anak akan melihat dan mencontoh, bagaimana kita mengelola emosi. Bagaimana ibu ataupun ayah ketika marah, apakah langsung bereaksi atau mencoba menenangkan diri? Apakah ibu dan ayah mudah marah pada hal-hal sepele yang sebenarnya bisa dicari saja solusi lainnya? Ini salah satu bagian tersulit untuk saya menjadi cerminan bagi anak.

      • Validasai Perasaannya

      Apapun yang anak rasakan itu valid. Tidak peduli sesepele apaun kelihatannya itu bagi kita. Kadang memang keluar kalimat seperti, kok gitu aja marah sih? Tapi itu tanggapan yang tidak tepat, karena kita menggunakan ukurna kita pada kejadian yang menimpa anak. Kita mengerdilkan apa yang mereka rasa. Daripada menanggapi begitu, coba untuk menarik napas dan berempati pada perasaan anak. 

      Namai apa yang anak rasakan dengan, oh kamu sedang merasa kesal sekarang. Tarik napas lagi dengan tatapan lembut mencoba memahami, ibu di sini kalau kamu mau bicara atau butuh bantuan. Lalu, tunggui dia. Tunggui bukan acuhkan. Ini juga bagian yang sulit, karena biasanya saat kita berbicara seperti itu, anak kadang akan semakin histeris, kadang juga ditambah dengan kalimat-kalimat penolakan yang kurang baik. Ingin rasanya meninggalkan saja, tapi ingat kitia sedang mengajari mereka. Jika tidak sanggup terlalu dekat, setidaknya ada dalam jangkauan penglihatan anak. Biar anak tahu bahwa kita sedang menunggui mreka dan berempati atas apa yang mereka rasakan.

      • Beri Anak Kesempatan

      Sebagian orang tua, mungkin kadang termasuk kita juga, sulit melihat anak mengalami emosi marah. Cepat-cepat kita alihkan perhatian dan perasaan mereka pada hal lain yang menyenangkan. Padahal, tidak mungkin seumur hidup mereka tidak merasa marah atau terus mendapatkan yang mereka inginkan. Justru lebih baik mereka merasakannya saat ini bersama kita, daripada nanti-nanti dengan orang lain. Entah bagaimana mereka akan melalui emosi marah yang sulit ini.

      Kenyataannya, ini kembali lagi pada energi dan kondisi kita masing-masing, tapi ingat selalu saja bahwa anak perlu mengalami emosi marah tersebut. Kita perlu memberi mereka kesempatan, lalu ruang untuk memprosesnya sendiri. Jika mereka butuh waktu, biarkan. Jika mereka butu penyaluran energi, berikan ruang yang aman. Jangan mendesak anak untuk segera melalui amarah tersebut. Kita saja butuh beberapa waktu untuk berdamai dengan keadaan kan? Ingat, anak yang diberi kesempatan berlatih mengelola emosinya, cenderung akan tumbuh dengan kecerdasan emosional yang lebih baik. 


      • Ajarkan Anak Menyelesaikan Masalah

      Menghindari amarah seringnya memang lebih mudah dibanding menghadapinya. Mengalihkan perhatian juga seringnya lebih mudah daripada mengatasi apa akar permasalahan. Tapi itu berdampak tidak baik pada perkembangan anak, sedangkan kita sedang menyiapkan bekal terbaik bagi mereka kelak. 

      Coba kalimat seperti, kamu kesal karena kalah dalam permainan ini ya, coba kita pikirkan ya apa yang bisa kita lakukan kalau dapat hasil tidak sesuai yang kita mau. Tidak akan mulus anak menanggapi dengan tenang menjawab iya, tapi setidaknya kita sedang berusaha mencoba. Sedang memberi mereka teladan juga. Saya biasanya juga mempraktikkan semua sekaligus, sembari berbicara sembari menunggu juga, dan yang terpenting sembari mengatur emosi kita sendiri. Bagian tersulit justru adalah tetap tenang ditengah gejolak emosi marah anak.

      Intinya adalah merasa marah itu tidak apa, tapi apa yang kita lakukan itu ada batasnya. Jangan sampai karena marah lalu jadi menyakiti diri sendiri atupun orang lain. Tambahan batasan lainnya bisa disesuaikan, misal tidak boleh melempar barang. Namun, pahami bahwa marah itu juga adalah energi yang perlu disalurkan, jika anak tidak boleh melempar barang, beri alternatif yang lebih aman bagi energi mereka untuk dikeluarkan. 


      Pada akhirnya, ketahui bahwa setiap anak lahir dengan karakter masing-masing, ada yang mudah diarahkan ada yang lebih menantang. Mungkin cara penerimaan mereka berbeda, mungkin metode belajarnya berbeda, dan tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semua sama, hanya kita yang harus lebih memahami dan mencoba. Meski satu ayah dan satu ibu, saudara kandung tetap adalah individu berbeda dengan karakter masing-masing. Kita hanya bisa mengarahkan, mengajarkan sebaik yang kita bisa lalu tergantung izin Tuhan anak akan menerima sesuai yang kita inginkan atau tidak. Jadi, jangan lupa terus berdoa saat membersamai anak, minta petunjuk pada Sang Pencipta dan Pemilik Segala. Mudah bagiNya membolak-balikkan hati manusia, termasuk anak-anak kita. 



      Salam, Nasha

      chi

      Akan ada yang pertama dalam segala hal termasuk berpuasa. Bagi anak-anak dengan keingintahuan mereka yang tinggi, mencoba berpuasa bukanlah hal yang sulit. Mungkin lebih sulit kita memikirkan bagaimana kesiapan mereka dan apa saja yang harus kita lakukan untuk mempersiapkannya. Beberapa pertimbangan seperti usia anak, tingkat kecerdasan, juga kepribadian juga akan berpengaruh pada siap tidaknya mereka berpuasa. Setelah dirasa cukup, mari kita mulai bagaimana menyiapkan anak berpuasa untuk pertama kalinya. 



      Nilai yang Perlu Diajarkan

      Sebelum kita membicarakan bagaimana praktik berpuasa pada anak, kita perlu memastikan dulu pemahaman anak tentang berpuasa. Jangan sampai anak tanpa tahu maknanya lalu ikut-ikutan kita untuk sekedar tidak makan. Memberi pengertian puasa pada anak bisa dimulai pada usia sekitar empat atau lima tahun. Di usia ini biasanya anak lebih matang secara kecerdasan dan emosional sehingga lebih mudah pula memahami informasi.

      Awali pengajaran pada anak dengan nilai-nilai tauhid. Mengenai Sang Pencipta, melalui perbincangan ringan menggunakan apa yang ada di sekitar mereka. Tubuh mereka saja misalkan, siapa yang menciptakan tangan yang bisa bergerak, mata yang bisa melihat, hidung yang bisa mencium, dan anggota panca indera lainnya. Bumi dan langit masih terlalu abstrak untuk balita, meski tidak ada batasan untuk mencobanya. Saat menjelaskan pada mereka, kita perlu bersiap dengan berbagai jawaban lainnya. Tetap sabar dan tenang sembari mencoba mencari jawaban sesederhana mungkin yang bisa ia terima. Pengajaran tauhid ini juga pelan-pelan dibarengi dengan, kita harus taat pada perintah Allah.

      Selanjutnya tentang ramadhan juga puasa. Bebas mana yang lebih dulu. Bisa dengan ibadah puasa terlebih dahulu sebagai bentuk perintah Allah, atau pada pengenalan bulan-bulan hijriah terlebih dahulu. Ada banyak lagu anak-anak yang menginformasikan tentang nama-nama bulan hijriah tersebut. Jika mengenalkan puasa terlebih dahulu, pengenalan pada bulan hijriah hanya sebagai waktu yang ditentukan oleh Allah untuk kita melakukannya. Allah menyuruh kita berpuasa, pada bulan ramadhan. Jadi penjelasannya hanya berupa perintah Allah yang dikerjakan pada waktu yang Allah kehendaki yaitu pada suatu bulan bernama ramadhan.

      Pembelajaran anak perlu dikonkretkan dalam suatu yang berwujud, misalkan dekorasi di ruangan dalam rumah. Sambut rasa penasaran mereka dengan bersama-sama menciptakan suatu karya, sesederhana memberi mereka kertas dan krayon untuk mewarnai atau menggambar tentang ramadhan. Pajang hasil karya mereka, tempel di tempat-tempat yang mudah terlihat. Ini akan membantu memelihara semangat mereka serta bisa meningkatkan kepercayaan diri mereka juga. 

      Setelah itu, biarkan anak mencoba, semua prosesinya biarkan anak tahu dan jika mereka ingin biarkan mereka mencoba. Mulai dari sahur, imsak, subuh, khotbah, puasa, takjil, berbuka, berbagi, tadarus, tarawih, juga bersilaturahmi nantinya. Kadang memang ada keraguan dalam hati, mempertanyakan apakah mereka sanggup berpuasa, rasa iba karena mereka harus bangun sangat awal dan terkantuk-kantuk makan, juga kemungkinan mereka bosan mengikuti sholat malam. Tahan diri kita dengan membiarkan mereka yang merasakan. Biarkan mereka merasa lapar, menahannya, hingga meminta berbuka ketika tidak lagi lapar. Biarkan mereka terkantuk-kantuk saat sedang makan sahur. Biarkan pula mereka merasa bosan mendengar khotbah atau mengikuti sholat yang berpuluh rakaatnya. Dampingi mereka tumbuh merasakan semua pengalaman itu. Beri mereka kesempatan untuk memutuskan, percaya pada kemampuan mereka.

      Karena pada tahap awal ini apa yang ingin kita tanamkan adalah rasa suka mereka pada berpuasa, rasa suka mereka pada ibadah-ibadah ramadhan tersebut, bukan kemampuan mereka untuk melakukannya. Suka dulu baru bisa. Sama dengan prinsip pengasuhan, seperti yang disampaikan Bunda Elly Risman, yang perlu kita kerjakan hanyalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Jadi tidak perlu pasang ekspektasi apa-apa terhadap anak, jangan memaksa, dan jangan juga sampai membandingkan mereka. Didik mereka sesuai perkembangannya, dengan bercerita, bermain, bernyanyi. Pupuk kecintaan mereka sebelum kemampuannya. 


      Kiat Anak Mulai Puasa

      Anak saya sudah mengenal puasa sejak tahun lalu, tapi masih belum benar-benar melakukannya. Hanya terkadang bangun saat kami sahur, lalu berpuasa pada pagi hari. Belum pernah benar-benar menahan lalu berbuka puasa sesuai dengan tata caranya. Tapi tahun ini, sejak beberapa minggu lalu ia sudah sibuk menyatakan diri ingin berpuasa. Mungkin karena ada tambahan pengajaran dari sekolahnya, sehingga ia begitu semangat menanti ramadhan tiba. Saya pikir tidak ada salahnya ia mencoba, usianya juga sudah lewat lima. 

      Beberapa hal yang menjadi catatan bagi saya adalah:

      • Tidak memasang ekspektasi apapun dan tidak memaksa anak
      • Menjadi teladan bagi anak dengan bersemangat mengerjakan ibadah ramadhan termasuk memasang wajah ceria meski rasa lapar mendera
      • Memastikan nutrisinya tetap terpenuhi dengan menu makan padat gizi dan tambahan suplemen vitamin sesuai kebutuhan
      • Menjaga semangatnya dengan berbagai aktivitas, salah satunya dengan buku agenda ramadhan juga aktivitas-aktivitas seru lainnya dengan catatan bukan aktivitas fisik yang menguras tenaga
      • Biarkan anak menikmati prosesnya dengan bertahap, merasa mengantuk, lapar, lemas, serta beri mereka kesempatan mencoba

      Baca Juga: Persiapan Ramadhan untuk Anak Usia Belum Sekolah

      Sama seperti ketika kita kecil dahulu, puasa mungkin bisa menjadi hal yang menyenangkan bisa juga menjadi hal yang melelahkan. Begitu juga bagi anak-anak ini sekarang. Mendampingi anak berpuasa itu bukan tentang mereka yang bisa ikut berbuka bersama kita ketika magrib tiba tapi tentang menumbuhkan kesukaan mereka pada ibadah ramadhan dimana salah satunya adalah berpuasa. Juga tentang kita yang belajar tetap tenang dan mengendalikan diri dalam mendampingi proses mereka tersebut.

      Maka, selamat berpuasa dan selamat menahan diri mendampingi!



      Salam, Nasha

      Perempuan dinilai lebih banyak berbicara dibanding laki-laki. Penelitian menyebutkan dalam satu hari perempuan bisa mengeluarkan hingga 20ribu kata, sedangkan laki-laki hanya sepertiganya atau sekitar 7ribu saja. Hal ini dijelaskan dengan lebih banyaknya gen FOXP2, gen yang menstimulasi otak untuk berbicara, dalam otak wanita. Tidak hanya pada jumlah kata yang dikeluarkan, fakta ini menggiring pada banyak perbedaan terkait pola komunikasinya. Dalam pernikahan, perbedaan itu bisa saja memicu konflik jika tidak dikelola dengan bijaksana. Lalu, bagaimana menyikapi komunikasi berbeda antara suami istri tersebut?


      Berbedanya Perempuan dan Laki-laki 

      Sejak dulu kita sudah meyakini bahwa perempuan lebih banyak bicara daripada laki-laki, meski tidak tahu apa penyebabnya. Namun kini, penelitian sudah membuktikan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan itu bersumber dari otak yang memang berbeda. Salah satunya adalah jumlah gen FOXP2 yang ada pada tubuh perempuan ternyata lebih banyak daripada laki-laki. Gen FOXP2 ini sendiri merupakan senyawa kimia yang relevan dengan kemampuan manusia dalam mengembangkan bahasa atau disebut juga dengan protein bahasa. Akibat jumlahnya yang lebih banyak, perempuan bisa mengeluarkan hingga 20ribu kata per hari, hampir tiga kali lipat dibanding laki-laki yang hanya 7ribu kata dalam satu hari. Ini menandakan bahwa perempuan memang lebih verbal dibanding laki-laki. 

      Selain karena jumlah FOXP2 yang berbeda antara laki-laki dan perempuan, ada bagian otak lain yang terbukti juga berbeda. Misalkan pada laki-laki ditemukan area gray matter yang 6.5x lebih besar dibanding  perempuan, dimana gray matter ini berfungsi dalam memproses informasi ke otak. Disinyalir ini sebagai penyebab laki-laki lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu dibanding perempuan. Sebaliknya, perempuan memiliki white matter, area yang menghubungkan berbagai area gray matter, yang 10x lebih banyak dibanding laki-laki. Ini menjadi alasan kenapa perempuan lebih bisa multi tasking dibanding laki-laki.

      Perbedaan lainnya adalah aliran sinyal pada otak, dimana perempuan memiliki pola aliran yang bolak balik antara otak kanan dan otak kiri, sedangkan laki-laki memiliki aliran yang berputar di kisaran otak kiri saja. Akibatnya, laki-laki berpikir cepat secara logis sedangkan perempuan menggabungkannya dengan perasaan, jadi wajar kalau keputusannya adalah gabungan antara logika dan intuisi. Selain itu, aliran darah ke otak pada perempuan juga lebih banyak dibanding laki-laki. Itu sebabnya perempuan lebih intuitif dan lebih bisa berempati, sekaligus lebih mudah stres dan mengalami gangguan tubuh akibat pikiran.

      Bisa dibilang ini penemuan yang menarik dimana fakta tentang perbedaan sikap ini sudah lama kita yakini, lalu penelitian ilmiah dilakukan untuk membuktikan hal tersebut. Namun dibalik semua itu, saya cenderung meyakini bahwa otak setiap kita mengalami perkembangan dari waktu ke waktu, dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Otak kita akan terus bertumbuh setidaknya hingga usia 25 tahun. Dalam fase itu, ada banyak kejadian dan kepercayaan yang ditanamkan dari orang tua, leluhur, lingkungan, juga kebudayaan tempat kita tumbuh; ada banyak pelajaran dan pengalaman yang kita peroleh. Sedikit banyak ini akan mempengaruhi bagaimana otak kita bekerja hingga seperti apa ia terbentuk. 

      Akhirnya, perbedaan antara laki-laki dan perempuan tersebut juga berpengaruh pada pola komunikasi yang tidak sama, antara lain:

      • Perempuan lebih suka penjelasan dalam kalimat, sedangkan laki-laki menunjukkannya dengan gestur tubuh, yang jika tidak saling mengerti seringnya beresiko meningkatkan kesalah pahaman
      • Perempuan ingin cerita detil sedangkan laki-laki cenderung hanya ingin tahu intinya saja, jadi memang wajar kalau perempuan bicara ada pembuka dan bumbu-bumbu pelengkapnya tidak langsung ke inti pembicaraan.
      • Perempuan berbicara untuk melepaskan emosi, sedangkan laki-laki cenderung untuk memecahkan masalah, sehingga tidak heran saat perempuan curhat hanya ingin didengar sedangkan laki-laki berusaha untuk memberi solusi
      • Perempuan terbiasa fokus pada banyak hal sehingga tidak heran jika bisa melompat dari satu topik ke topik lainnya sedangkan laki-laki terbiasa fokus pada satu-satu topik saja. 
      • Perempuan cenderung lebih terbuka dan ekspresif pada apa yang dirasakan, sedangkan laki-laki cenderung menutup diri dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri. 

      Sebagai seorang istri, ada saatnya kita merasa sulit untuk mengerti suami dan menganggap bahwa pola komunikasi mereka memang begitu adanya. Rasanya semua ingin dibicarakan, rasanya ada konflik ingin langsung diselesaikan; sedangkan suami merasa sudah cukup dengan menunjukkannya, kalau ada apa-apa lebih memilih untuk menyelesaikan sendiri terlebih dahulu baru didiskusikan. Perbedaan ini semakin kentara karena kita tinggal serumah dengan orang yang memang diciptakan berbeda tersebut dan memiliki banyak hal yang harus ditemukan satu jalan tengahnya bersama. Konflik dalam hubungan suami istri seringnya berawal dari perbedaan yang tidak disikapi dengan bijaksana. Jangankan disikapi, bahkan ada pasangan yang enggan mempelajari dan berproses memahami bahwa memang istri ataupun suami naluriah pola komunikasinya memang begitu. 

      Padahal komunikasi adalah jembatan penghubung antara suami dan istri. Kalau jembatannya saja tidak kokoh, bagaimana dengan kualitas hubungan yang dibangun. Pernikahan itu adalah pekerjaan, menjadi suami atau istri itu adalah peran tambahan, ada tanggung jawab didalamnya. Jadi bukan sekedar pergantian status saja. Begitu pentingnya komunikasi, hingga belajar memahami dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan antara suami istri adalah keharusan dalam pernikahan. 


      Menyikapi Perbedaan Komunikasi

      Semakin bertambahnya tahun kebersamaan, kita juga akan semakin memahami sifat pasangan kita. Suami semakin paham bahwa istri, seperti banyak perempuan pada umumnya, adalah sosok yang banyak bicara. Istri juga semakin paham bahwa tanpa banyak bicarapun suami cenderung menunjukkan apa yang ia rasa atau pikirkan melalui tindakan. Harusnya sih begitu. Meski prosesnya tidak akan selalu mulus.

      Dalam keseharian, saya cenderung lebih banyak bercerita dengan banyak tambahan informasi pelengkap. Tapi suami justru sering tidak mengerti dengan banyaknya informasi yang saya sebutkan. Jalan tengahnya, saya jadi lebih menyaring mana yang perlu disampaikan. Namun suami juga perlu memahami bahwa kata-kata itu memang perlu keluar, jadi kalau bingung ya bisa bertanya lagi atau dengarkan saja. Tidak perlu berpikir mencari solusi, cukup dengarkan. Berbanding terbalik saat suami bercerita, hanya bagian inti-inti saja. Saya harus berpuas diri mendengarkan tanpa bisa membayangkan secara rinci bagaimana kejadiannya, tapi suami juga harus melapangkan hati untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pelengkap dalam ceritanya tersebut. Seiring berjalannya waktu, kita akan semakin banyak belajar mencari jalan tengah diantara perbedaan-perbedaan itu.

      Beberapa kiat ini bisa kita coba dalam proses belajar menyikapi perbedaan pola komunikasi antara suami istri


      • Memahami perbedaan bawaan

      Ketahui bahwa laki-laki dan perempuan itu berbeda, dari bawaan lahir hingga bagaimana ia dibesarkan. Semua itu mempengaruhi sifat yang ia miliki. Mungkin kebanyakan laki-laki dibesarkan dengan memikul tanggung jawab lebih berat, sedangkan perempuan dibesarkan dengan lebih banyak bersembunyi dan mengiyakan. Ditambah dengan perbedaan latar belakang keluarga, kebiasaan lingkungan, juga kebudayaan dan etnis. Mempelajari lingkaran yang mengelilingi pasangan akan membuat kita memahami apa saja faktor yang membentuknya yang berbeda dari kita.


      • Berlapang hati menerima

      Perbedaan itu bukan untuk diperdebatkan, tapi diterima. Tidak perlu mencari yang mana yang benar, karena semua sama saja ada kurang lebihnya. Temukan saja mana yang paling tepat menjadi titik tengah dalam pernikahan ini. Kembangkan sifat toleransi, apalagi jika ada banyak perbedaan seperti etnis atau kewarganegaraan. 


      • Bersikap terbuka

      Tidak mungkin dua kepala akan terus sama sedangkan kita terlahir berbeda, tapi dalam pernikahan ada beberapa hal penting yang perlu satu suara. Disinilah pentingnya komunikasi, berdiskusi, belajar untuk bersikap terbuka, mungkin keluhannya memang perlu untuk ditindak lanjuti, mungkin solusi dari pasangan lebih baik. Tidak ada salahnya menekan ego, mengubah kebiasaan kita yang lama untuk mencari titik temu yang terbaik. 


      • Saling mengingatkan visi bersama

      Benturan, rintangan, dan konflik dalam pernikahan itu akan terus ada. Tapi kalau kita punya visi yang sama setidaknya ada pegangan yang sama, ada tujuan yang sama-sama ingin dicapai, sehingga mencari jalan keluar sudah ada koridornya. Bahkan dalam keseharian pun, bisa juga saling mengingatkan.


      • Mau belajar

      Ada banyak media untuk belajar sekarang, baik itu online maupun offline, bisa yang berbayar bisa juga yang tidak. Semua tergantung niat kita untuk terus meningkatkan kualitas diri khususnya kualitas hubungan komunikasi suami istri. Ada berbagai praktik komunikasi yang dikembangkan, ada banyak aktivitas yang bisa membua komunikasi suami istri. Semua bisa dicoba, dilakukan, asalkan ada keinginan.


      Bijak menyikapi perbedaan bisa dibilang sebagai salah satu modal dalam hubungan yang baik. Tidak hanya tertutup pada hubungan suami istri saja, namun juga pada semua hubungan. Tahu bahwa setiap kita terlahir berbeda,  dibesarkan dengan cara dan dalam lingkungan yang berbeda, sehingga menjadi individu dengan pola pikir dan sifat yang berbeda pula. Dibalik semua perbedaan itulah kita bisa belajar saling menerima, saling melengkapi. 



      Salam, Nasha

      Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

      Kenalan Dulu, yuk!

      Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
      PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

      Follow @salamnasha

      POPULAR POSTS

      • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
      • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
      • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
      • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
      • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

      Hubungi Aku di sini

      Nama

      Email *

      Pesan *

      Advertisement

      Label

      family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

      Daftar Tulisan

      • ►  2025 (21)
        • ►  Mei 2025 (2)
        • ►  April 2025 (5)
        • ►  Maret 2025 (4)
        • ►  Februari 2025 (5)
        • ►  Januari 2025 (5)
      • ▼  2024 (41)
        • ►  Oktober 2024 (4)
        • ►  September 2024 (8)
        • ►  Agustus 2024 (5)
        • ►  Juli 2024 (5)
        • ►  Mei 2024 (5)
        • ►  April 2024 (3)
        • ▼  Maret 2024 (5)
          • Rekomendasi Bingkisan Lebaran Bermanfaat yang Lebi...
          • Itinerary dan Estimasi Biaya Weekend Getaway, Libu...
          • Jangan Larang, Tapi Coba Ajarkan Bagaimana Marah y...
          • Kiat Menyiapkan Anak Berpuasa Pertama Kalinya
          • Belajar Bijak Menyikapi Perbedaan Pola Komunikasi ...
        • ►  Februari 2024 (3)
        • ►  Januari 2024 (3)
      • ►  2023 (117)
        • ►  Desember 2023 (10)
        • ►  November 2023 (10)
        • ►  Oktober 2023 (10)
        • ►  September 2023 (10)
        • ►  Agustus 2023 (10)
        • ►  Juli 2023 (10)
        • ►  Juni 2023 (11)
        • ►  Mei 2023 (12)
        • ►  April 2023 (8)
        • ►  Maret 2023 (10)
        • ►  Februari 2023 (8)
        • ►  Januari 2023 (8)
      • ►  2022 (31)
        • ►  Desember 2022 (6)
        • ►  November 2022 (3)
        • ►  Oktober 2022 (4)
        • ►  September 2022 (3)
        • ►  Agustus 2022 (1)
        • ►  Juli 2022 (2)
        • ►  Juni 2022 (3)
        • ►  Mei 2022 (1)
        • ►  April 2022 (2)
        • ►  Maret 2022 (1)
        • ►  Februari 2022 (3)
        • ►  Januari 2022 (2)
      • ►  2020 (13)
        • ►  Desember 2020 (1)
        • ►  November 2020 (1)
        • ►  Oktober 2020 (1)
        • ►  Agustus 2020 (1)
        • ►  Juli 2020 (1)
        • ►  Juni 2020 (1)
        • ►  Mei 2020 (1)
        • ►  April 2020 (1)
        • ►  Maret 2020 (2)
        • ►  Februari 2020 (2)
        • ►  Januari 2020 (1)
      • ►  2019 (6)
        • ►  September 2019 (1)
        • ►  April 2019 (1)
        • ►  Maret 2019 (1)
        • ►  Januari 2019 (3)
      • ►  2018 (5)
        • ►  Desember 2018 (1)
        • ►  November 2018 (4)

      BloggerHub Indonesia

      Tulisanku Lainnya

      Kompasiana Kumparan

      Popular Posts

      • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
      • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
      • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
      • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
      • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

      Trending Articles

      • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
      • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
      • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
      • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
      • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

      Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes