Memulai tulisan ini, perlu perjuangan besar untuk aku menghadapi rasa takutku sendiri, rasa ngeri membayangkan, "gimana ya bumi ini khususnya untuk anak-anakku nanti?"
Membaca berita, membuka
data tentang gimana perubahan iklim sudah sangat mempengaruhi hidup kita, serta
kemungkinan kondisi ini akan terus berlanjut dan semakin parah seiring dengan
aktifitas manusia yang hanya peduli dirinya sendiri. Gak perlu jauh-jauh,
belakangan di bulan ini berita banjir jadi banyak banget kan dimana-mana?
Cerita kehidupan yang terganggu karena hujan gak berhenti, atau hujan sebentar
di tengah-tengah teriknya matahari tapi banjir di depan gedung udah tinggi.
Semakin banyak, semakin sering, sedihnya lagi, ada korban jiwanya. Kita harus
tunggu berita yang kaya gimana sih supaya sadar harus bergerak sekarang untuk
bumi ini?
Kita yang perlu bergerak, karena ini rumah kita, kita yang bertanggung jawab, dan karena apa yang kita rasakan ini adalah akibat dari apa yang kita lakukan. Sebagian besar aktifitas kita menghasilkan polutan, zat yang merugikan lingkungan. Polutan yang berkumpul dalam suatu lingkungan tersebut kita kenal dengan polusi. Semakin banyak kita melakukan aktifitas tidak ramah lingkungan, maka semakin banyak pula polusi yang kita sebabkan. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim.
Berbagai bentuk polusi itu adalah sebagai berikut:
1. Polusi Udara
Penyebab paling
umum karena adanya zat karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Sulfur Oxida
(SOx). Mayoritas zat ini adalah hasil pembakaran bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, batu bara, dan gas. Akibatnya udara yang kia hirup tidak lagi
sehat. Ingat kan, beberapa waktu lalu kita sempat heboh dengan kualitas udara
yang buruk? Terus rame-rame beli air purifier untuk menjernihkan udara. Padahal,
Tuhan udah menciptakan tanaman untuk melakukan tugas itu. Kita babat untuk
hidup di atasnya.
Selain itu, zat
sulfur yang bercampur dengan air pada kadar tertentu akan menghasilkan hujan
asam. Lalu hujan ini akan merusak ekosistem air, hujan, dan apapun yang
terkena. Merugikan kita juga.
Masih ada lagi, akibat
tebalnya #SelimutPolusi di udara itu, panas matahari gak bisa terpantul ke
angkasa. Panas yang terperangkap itu bikin suhu bumi meningkat. Efek
lanjutannya, iklim yang makin sulit diprediksi, es kutub mencair lebih cepat,
punahnya satwa, lapisan ozon rusak sehingga sinar ultraviolet bebas masuk ke
bumi, dst.
2. Polusi Air
Udah tau dong kalau
air adalah kebutuhan dasar kita sebagai makhluk hidup? Kita cuma bisa bertahan
beberapa hari tanpa minum. Air yang kita konsumsi akan menentukan kondisi tubuh
kita sendiri. Bukan hanya air minum tapi air untuk semua kebutuhan kita, di
sungai, rawa, pegunungan, dalam tanah, bahkan air laut.
Pencemaran air
biasanya disebabkan oleh limbah yang dibuang ke aliran air tersebut, mulai dari
pabrik besar hingga rumah kita sendiri. Air cucian pakaian, alat makan, yang
menggunakan zat tidak ramah lingkungan akan mengalir terus pelan-pelan menumpuk
dan mengotori sumber air. Air yang tercemar ini akan menurunkan kualitas hidup
makhluk yang menggunakannya, bisa dilihat dari banyaknya kasus penurunan jumlah
satwa di perairan, warna air yang berubah, hingga bau tak sedap. Dengan air
yang semakin kotor gini, kita mau menjalani hidup yang kaya gimana sih?
3. Polusi Tanah
Tanah adalah tempat kita
hidup, tempat makanan kita hidup. Kalau tanah juga tercemar, berarti apa yang
kita konsumsi, apa yang masuk ke tubuh kita juga udah tercemar. Pencemaran
tanah lagi-lagi disebabkan oleh kegiatan manusia, mulai dari aktifitas pabrik
yang gak bertanggung jawab, aktifitas penambangan yang banyak menghasilkan
logam berat ke tanah, aktifitas pertanian yang menggunakan bahan kimia, juga limbah
tanpa pengolahan dari aktifitas rumah tangga.
4. Polusi dari Polutan Iklim Berumur Pendek
Ini bentuk polusi yang cukup baru diungkapkan, polusi dengan nama asli Short Lived Climate Pollutant (SLCP) ini muncul sebagai akibat dari cara kita mengkonsumsi energi, makanan, kendaraan, serta pendingin ruangan.
Dari grafis tersebut, dapat kita lihat beberapa polutan SLCP ini. Pertama ada karbon hitam yang didapatkan dari proses memasak, pembakaran batu bara itu sendiri, dan juga pemanas ruangan. Lalu, gas metana yang merupakan hasil dari produksi minyak, gas, juga aktifitas pertanian dan peternakan. Selanjutnya, ozon troposferik yang merupakan turunan zat salah satunya adalah metana tadi. Dan gas HFC yang dikeluarkan oleh alat pendingin udara ataupun kulkas. Seiring dengan panas yang kita rasakan, penggunaan pendingin udara untuk meredam dampak itu justru ternyata menyebabkan polusi lagi. Akibat polusi ini adalah meningkatnya resiko penyakit, menurunnya kualitas kesehatan kita, dan menurunnya hasil panen bahan makanan untuk kita makan.
5. Banyak Polusi Lainnya
Polusi Suara, Polusi
Cahaya, Polusi Logam Berat, Polusi Radioaktif, Polusi Visual adalah bentuk polusi
yang disebabkan oleh kegiatan semena-mena kita. Terdengar sepele, namun secara langsung ataupun tidak akan berimbas
pada kehidupan kita juga. Polusi suara contohnya, bisa meningkatkan resiko
penyakit pendengaran. Polusi cahaya, selain mengganggu indra penglihatan kita, juga bentuk kesia-siaan energi, dan bisa mengganggu orientasi waktu satwa untuk makan,
tidur, kawin, bahkan migrasi. Apalagi polusi logam berat hingga radioaktif, efeknya bahkan lebih berbahaya dengan menurunkan kualitas hidup makhluk yang terpapar.
Dari banyaknya bentuk polusi yang kita sebabkan itu, sebagian akibatnya sudah kita rasakan sekarang. Sebut deh, kualitas udara yang buruk, air tercemar, tanah yang gak sehat, cuaca ekstrem, suhu yang terus meningkat. Dengan kebiasaan egois tidak peduli lingkungan yang terus kita lakukan, akan banyak akibat lain dengan skala lebih besar bisa terjadi.
Dampak perubahan iklim tersebut antara lain:
1. Suhu yang Lebih Panas dan Efek Lanjutannya
Ini efek yang paling terasa dan yang paling banyak dampak lanjutannya. Udah sering kan ngeluh panas banget
belakangan ini. Emang betul, secara data suhu pada dekade 2010-2020
adalah suhu terpanas yang pernah tercatat. Peningkatan suhu pada dekade ini
juga jauh lebih cepat daripada dekade-dekade sebelumnya. Selain hawa panas yang
kita rasakan, dampak lanjutannya antara lain cuaca lebih susah diprediksi;
mencairnya es di kutub yang meningkatkan volume air laut; meningkatnya resiko penyakit;
bertambahnya hari gelombang panas dengan durasi juga lebih lama; resiko kebakaran
hutan lebih sering dan lebih sulit padam; kekeringan yang lebih meluas; badai
yang lebih parah; dan masih banyak lagi.
2. Rusaknya Lautan
Air laut akan menyerap panas dan karbondioksida di udara, sehingga meningkatnya volume air laut juga meningkatkan panas dan karbon dioksida yang diserap, menyebabkan semakin panas dan asamnya laut. Kondisi ini mengakibatkan terancamnya kehidupan di laut terutama ekosistem terumbu karang salah satunya seperti di Great Barrier Reef di Australia dimana pada tahun 2022 ini 90% terumbu karangnya mengalami pemutihan, dan ekosistem di kutub salah satunya bisa kita lihat pada cuplikan dari series menakjubkan yang mampu mengubah perspektif dibawah ini.
3. Kekurangan Makanan
Semua makanan yang kita
konsumsi sehari-hari baik itu hewani maupun nabati berawal dari tanaman. Hewan
yang kita makan, sebelumnya juga memakan tanaman kan. Apa jadinya makanan
kita jika air, tanah, laut, dan lingkungan sudah tercemar? Bukan hanya kualitas
yang menurun, tapi jika polusi terus terjadi dengan cuaca dan kekeringan
melanda, resiko gagal panen akan terus meningkat, rantai makanan dan ekosistem
terganggu, sehingga kita juga terancam kekurangan makanan.
4. Punahnya Spesies Flora dan Fauna
Jika polusi cahaya dapat menggangu ritme kehidupan fauna terdengar sepele, gimana dengan perubahan
iklim yang terjadi sekarang? Bukan hanya beruang kutub, pinguin, koala, dan
binatang yang sepertinya hidup jauh dari kita, tapi binatang sekitar kita pun
ikut terdampak. Sebut saja harimau, orang utan, bahkan sekarang hewan endemik kebanggaan
kita komodo tergolong dalam kategori fauna rentan.
5. Kemiskinan
Pada akhirnya perubahan iklim ini juga akan berdampak pada sektor ekonomi, sektor yang sepertinya sangat kita pedulikan. Perubahan iklim secara langsung ataupun tidak, mempengaruhi kegiatan kita. Apa yang kita sebut sebagai bencana alam, akan merusak tempat kita tinggal, akses aktifitas kita, dan menghambat pekerjaan. Di wilayah yang tidak siap dengan perubahan iklim, penduduknya akan lebih terdampak terhadap kemiskinan dan angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dampak nyata yang udah terasa ini dan kemungkinan bertambah parah bikin aku ngeri membayangkan bumi seperti apa yang akan ditinggali anak-anakku nanti. Apa yang harus aku lakukan untuk membuat bumi yang sedikit lebih ramah untuk ditinggali di masa depan? Selain mengurangi penyebab polusi seperti yang udah dijiabarkan diatas, apa ya yang bisa menyerap segala polusi yang akan terus ada ini? Pencarian sepersekian detik di google memberiku jawaban, tanaman. Pohon mampu menyerap polutan yang dihasilkan akibat kegiatan manusia, sesederhana menyerap karbon dioksida dari pembuangan nafas kita. Ingat proses fotosintesis yang kita pelajari di SD kan? Nah, fungsi pohon ini dijalankan dengan sangat masif oleh HUTAN.
Satu yang paling krusial bisa menyelamatkan planet ini secara keseluruhan adalah dengan menjaga hutan. Disebut sebagai paru-paru bumi karena kemampuannya menyerap karbon dioksida lalu menggantinya dengan oksigen. Selain itu, hutan juga memberikan naungan kehidupan flora dan fauna, menjaga ekosistem tetap dalam urutan terbaiknya, sebagai tempat cadangan air tanah, serta tanamannya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
Kemampuan pohon untuk berfotosintesis dan fungsi lainnya itu adalah pengetahuan umum yang kita pahami, tapi kenapa justru makin banyak aktifitas kita yang menghasilkan polusi malah semakin sedikit hutan yang tersisa? Padahal dengan kemampuan menakjubkan itu, jika dimiliki dalam jumlah yang besar, akan lebih banyak polusi yang diserap, efek rumah kaca berkurang, kenaikan suhu bumi tidak akan sedrastis sekarang, dan efek-efek lanjutannya bisa diperlambat.
Langkah-langkah berikut bisa kita kaum #MudaMudiBumi lakukan untuk menjaga kelestarian hutan:
1. Tidak Sembarangan Menebang Pohon
Setelah paham manfaat proses fotosintesis itu, masih mau tebang pohon juga? Kalau emang benar-benar butuh dan terpaksa, jangan sembarangan tebang. Pakai sistem tebang pilih, tebang pohon yang emang udah tua dan hampir mati jadi kasih kesempatan pohon yang masih muda berkembang dan ngasih manfaat buat bumi kita ini.
2. Melakukan Reboisasi
Tanam kembali jenis pohon
hutan di kawasan hutan yang udah rusak, hutan yang kosong, atau yang penuh
alang-alang maupun semak belukar. Fungsi utamanya adalah mengembalikan fungsi
hutan tersebut seperti sebelumnya, sebagai penyerap karbon dioksida juga
sebagai ekosistem bagi flora fauna.
3. Tidak Merusak Lingkungan Hutan
Termasuk didalamnya tidak
membuang sampah sembarangan, tidak menggunakan produk dari perusahaan yang
merusak hutan, juga mengurangi pemakaian kertas. Lingkungan hutan yang rusak
akan menurunkan fungsi hutan tersebut.
Selain menjaga kelestarian hutan,
masih banyak lagi hal kecil yang bisa kita para #MudaMudiBumi lakukan bersama untuk
mengurangi gulungan #SelimutPolusi. Ingat, hal-hal kecil yang dilakukan bersama
dalam jumlah yang banyak juga akan berdampak besar, apalagi terkait dengan
rumah kita sendiri, bumi ini. Udah sadar kan kondisi bumi ini, nah berangkat
dari kesadaran itu yuk ikutan #TeamUpForImpact kita mulai dengan lima langkah dasar
ini sama-sama!
1. Pola Hidup Secukupnya
Apapun yang kita konsumsi itu perlu energi untuk pembuatannya, untuk akhirnya sampai ke tangan kita. Meskipun secara ekonomi suatu barang itu murah, kalau gak perlu ya gak usah. Barang gratisan juga kalau gak perlu gak usah diambil, jangan merasa sayang mumpung gratis. Kalau udah punya, manfaatkan seoptimal mungkin, jangan disia-siakan. Barang itu gak cuma bernilai uang tapi energi pembuatannya. Mulai deh kendalikan diri untuk gak ikutin nafsu doang, gak impulsif, gengsian, dan terapkan hidup cukup, atau hidup minimalis, frugal life, live with less, apapun istilahnya yang penting sadar cukup nya kita dimana. Gak perlu banyak yang penting cukup, gak masalah sedikit yang penting cukup. Geser pandangannya bukan dari jumlah banyak sedikit, tapi butuh cukup. Belajar dari teladan yang sudah ada, Rasulullah SAW.
2. Tidak Menambah Polusi itu Sendiri
Setelah tau apa saja jenis
polusi, bisa dong mulai dikurang-kurangi aktifitas yang bikin polusi itu.
Gunakan lampu seperlunya, mengurangi polusi cahaya yang gak perlu sekaligus
hemat energi. Kalau jarak dekat, pilih jalan kaki atau sepedaan aja, biar lebih
sehat juga. Terus, jangan buang sampah di aliran air, kelola dulu sampahnya
sebelum benar-benar dibuang. Apa yang kita buang akan ditampung sama bumi, jadi
coba pilah agar gak merusak.
3. Pakai Produk Ramah Lingkungan yang Terdekat
Kita gak mungkin
meninggalkan konsumsi sama sekali, tapi kita bisa memilih mengkonsumsi apa. Belanja
dari pedagang terdekat, tentu emisi yang dihasilkan dari pengiriman juga lebih
sedikit. Lebih baik beli langsung dengan wadah sendiri daripada beli online
dengan bubble wrap segulung, mahal sedikit gapapa. Kalau ada bulk store coba
belanja disana jadi minim sampah. Ada pilihan produk yang lebih sedikit limbah, yang gak membahayakan lingkungan, pilih yang itu. Dukung usaha lokal terdekat yang punya concern ke lingkungan.
4. Menanam Pohon
Gak ada satupun poin
negatif dari menanam pohon. Poin positifnya banyak! Paling dekat deh
meningkatkan kualitas udara yang kita hirup. Jadi, jaga yang udah ada dan
tambah tanam sebanyak yang kita bisa, dimanapun ada lahan kosong, langsung ke
tanah atau pakai pot. Mau hasil berbagi sama tetangga, beli sendiri, mulai dari
bibit, yang penting tambah terus pohonnya. Mulai berpikir apa yang bisa pohon berikan dan teruslah menanam pohon sebagai bagian dari sedekah.
5. Manfaatkan Apa yang Ada (Pola 3R)
Ini juga berkaitan dengan mental merasa cukup. Terapkan dan terus konsisten dengan metode reduce-reuse-recycle. Kurangi pemakaian,
dari yang cuma iseng pingin doang jadi punya karena emang butuh. Dimanfaatkan,
pakai sampai gak bisa dipakai, sampai habis. Kalau gak mau lagi dipakai, pikirkan gimana
supaya barang itu tetap memberi manfaat, kasih ke orang lain, jual lagi,
dipermak, diolah lagi. Tanggung jawab pada barang itu sampai akhirnya gimana. Jangan serta merta gak suka langsung buang nambah tumpukan di tempat sampah
ya.
Lima langkah itu adalah dasar perilaku yang bisa banget dikembangkan. Mulai dari mana? Mulai dari kesadaran bahwa bumi ini satu-satunya
rumah yang kita miliki dan kita wajib menjaganya. Untuk kita, untuk anak
cucu kita kelak, #UntukmuBumiku. Dengan kesadaran dan pola pikir yang terbuka
itu, kita akan lebih bertanggung jawab untuk beraktifitas di bumi ini. Sesederhana
menolak kantong plastik saat berbelanja, menolak flyer karena gak perlu
infonya, gak bawa pulang nasi kotak kalau kira-kira gak kemakan, gak ngambil air kemasan pas acara, menghabiskan makanan karena sayang proses pembuatannya juga supaya gak cuma jadi limbah, gak melulu harus ikut tren karena bakal jadi sumber limbah
dan pembuangan energi, serta menunda beli baru karena diperbaiki juga masih
bisa, dan masih banyak banget lanjutan perilakunya.
Dibanding hal-hal kecil tadi tentu lebih berdampak jika ada pergerakan secara luas ya. Bukan hanya ajakan tapi ketentuan. Ada konsekuensi yang mengikat. Hal-hal yang bisa dikendalikan dengan kebijakan untuk mengatur warga dalam skala yang ekstensif.
Kebijakan dalam upaya mengurangi polusi demi mengatasi perubahan iklim ini, seperti:
1. Menginstruksikan Media untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat
Media punya peran yang
besar dalam mempengaruhi bagaimana masyarakat berpikir serta bertindak. Dengan cepatnya penyebaran informasi saat ini, sangat disayangkan, kabar
yang beredar malah konflik negatif kriminal, skandal pejabat, masalah politik, keseharian
bintang ternama yang gak tau manfaatnya apa, dan itu terus diulang
berputar-putar. Padahal ada hal yang bisa sangat relate dengan kita semua,
perubahan iklim ini. Tentang bagaimana kondisi bumi dan apa yang bisa kita
lakukan bersama. Menyedihkan, masih banyak orang yang belum aware tentang
gentingnya situasi ini. Sudah separah ini, tapi masih bisa santai terus
menimbun sampah dan menambah polusi. Media bisa dimanfaatkan untuk mendorong kebiasaan ramah lingkungan, yang bisa dimulai dari aparat negara, agar masyarakat sadar tentang perubahan iklim. Informasi dan himbauan yang terus
ditayangkan berulang diharapkan bisa mengubah perilaku masyarakat.
2. Menerapkan dengan Ketat Peninjauan Sebelum dan Setelah Kegiatan Usaha
Kewajiban perusahaan pada lingkungan sebelum kegiatan usaha dikenal dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), namun tidak semua kegiatan usaha diwajibkan melakukan AMDAL. Padahal setiap kegiatan usaha akan menghasilkan polusi, bagaimana perusahaan bertanggung jawab dengan polusi yang dihasilkan? Sekecil apapun, tetap harus ada pertanggung jawabannya. Bahkan seperti dilansir di jurnal academia, faktanya pembangunan tetap berlanjut meskipun AMDAL-nya tidak sesuai. Miris jika AMDAL hanya dilihat sebagai salah satu dokumen pelengkap, bukan sebagai instrumen penting penjaga lingkungan. Itulah penting adanya kebijakan yang mengatur dengan ketat tentang dampak usaha pada lingkungan ini. Selain itu juga penting adanya peninjauan kembali setelah kegiatan usaha tersebut berjalan. Apakah sesuai atau tidak. Karena tidak sulit menemukan kasus pencemaran akibat limbah perusahaan. Konsekuensi harusnya bukan sekedar adminstratif tapi yang benar-benar memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan. Pelaksanaannya jelas membutuhkan petugas lapangan yang berintegritas dan paham betul urgensi peninjauan ini.
3. Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau
Sama seperti menanam pohon sebanyak mungkin, area kosong bisa dimanfaatkan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH), bisa dalam bentuk Taman maupun Hutan Kota. Karena kota menyumbang emisi dari padatnya aktifitas manusia dan banyaknya kendaraan berbahan bakar fosil. Untuk menghadapi perubahan iklim, yang paling disarankan tentu Hutan Kota, karena manfaatnya lebih banyak dengan dampak lebih besar. Namun, peningkatan area terbuka hijau dalam bentuk apapun harus dilakukan, konsisten untuk terus ditambah dan diperluas. Selanjutnya, membuat ketetapan yang meningkatkan batasan minimum persentase area hijau dalam wilayah perkotaan. Ketetapan ini bisa mulai diberlakukan pada area instansi pemerintahan, dan pembangunan infrastruktur yang tidak merusak lingkungan.
4. Pengelolaan Produk Ramah Lingkungan dan Sampah
Hanya kebijakan pemerintah yang bisa mencapai produsen berskala besar, yang dampaknya juga besar. Disini, perlu adanya kebijakan yang mempersempit ruang untuk produk yang tidak ramah lingkungan dan memberi ruang sebesar-besarnya bagi produsen yang berdedikasi pada lingkungan. Kebijakan ini juga harus diiringi solusi konkrit yang jelas, jangan seperti kasus spunbond. Jika kebijakan sudah menyeluruh, maka harus ditegakkan dengan konsekuensi tegas bagi produsen yang terus menambah polusi tanpa upaya mitigasi.
Selain itu, kebijakan pengelolaan sampah juga perlu dilakukan. Bukan hanya dengan memperbarui bentuk tempat sampah, tapi juga edukasi dan pelaksanaannya yang benar-benar sistematis. Petugas kebersihan yang paham alur kerjanya hingga pengolahan sampah nanti, bukan sekedar mengumpulkan disatu mobil lalu dibawa ke tempat pembuangan akhir. Ditambah dengan kebijakan buang sampah yang diatur hingga ke unit terkecil, RT. Sampah barang layak pakai bagaimana, sampah bahan yang bisa didaur bagaimana, sampah bahan berbahaya, dan pengelolaannya di masing-masing lingkungan seperti apa. Ini perlu diedukasi dan difasilitasi.
5. Mempercepat Pengalihan Energi
Amin, Mirawanty. 2021. Polusi Tanah dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 15
https://www.mongabay.co.id/2021/09/10/perubahan-iklim-dan-ancaman-kepunahan-komodo/
https://ketik.unpad.ac.id/posts/808/dampak-perubahan-iklim-pada-satwa-flora-fauna-dan-kehidupan-manusia-3
https://lindungihutan.com/blog/polusi-adalah-pengertian-dan-dampak-polusi/#rb-1-polusi-udara
https://www.academia.edu/16509200/SUDAH_EFEKTIF_KAH_PRAKTIK_AMDAL_DI_INDONESIA
https://www.lestari-indonesia.org/id/perubahan-iklim/hutan-dan-mitigasi-perubahan-iklim/
https://rumaysho.com/1023-kaya-hati-itulah-kaya-senyatanya.html