• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Memasuki semester baru gini, kita sebagai orang tua udah mulai cari-cari info tentang sekolah yang bakal dimasuki anak. Mulai dari PAUD sampai kampus nanti ya. Tapi 'katanya' yang paling memusingkan itu ya TK ini atau SD, karena masih pertama banget nih, belum ada preferensi sebelumnya, dan anak-anak kan belum bisa rasional memutuskan. Masing-masing keluarga punya karakter dan daftar sekolah yang diimpikan, yang lalu dibatasi dengan biaya ataupun jarak. Sebelum memutuskan unk mendaftarkan anak sekolah, ada beberapa pertimbangan dalam menentukan usia tepat anak mulai sekolah. Karena rasanya sudah tepat maka kami mulai pencarian sekolah. 

Karena kami sekarang domisili di Solo, jadi pencarian udah dimulai dari beberapa bulan lalu. Sekarang udah mulai mengerucut mau yang mana, tapi ini daftar yang aku punya, bisa jadi valid bisa jadi nggak. Referensinya banyak, semua dari internet, kecuali tiga yang disebut nanti.

Untukku sendiri, daftar TK ini aku ambil dari website dengan keyword rekomendasi TK Solo, ataupun daftar TK dengan jarak terdekat dari lokasiku. Kalau data akreditasi, tahun berdiri, dan ketersediaan ISO langsung dari website kemdikbud. Bisa kita cek di http://dapo.kemdikbud.go.id lengkap kok. Kalau daftar sekolah juga bisa dicek di website ini lalu pilih wilayah yang diinginkan. Kalau data pembaharuan mengenai jumlah guru dan fasilitasnya juga bisa dicek di sini terus pilih menu Progres Data/ Data Pokok TK/ lalu klik di wilayah yang kita tuju.


Langkah Memilih Sekolah

Value Keluarga

Sebelum memilih sekolah, hal pertama yang perlu kita lakukan adalah merumuskan value dari masing-masing keluarga yang pingin dicapai, dengan bantuan sekolah. Setelah ketemu nih value utama yang kita dalam pendidikan anak, barulah kita cari sekolah dengan value yang sama dengan yang kita pingin itu. Goal apa yang kita inginkan dengan menyekolahkan anak ke sana. Misalkan kurikulum, nilai unggulan yang diutamakan, visi misi sekolah, metode belajar, dst. 

Misalkan mau kurikulum internasional, cari tau dulu kenapa, lalu pahami konsekuensi pilihan sekolah lebih sedikit, kalau ada kemungkinan pindah, cari sekolahnya lebih sulit. Metode pembelajarannya juga tentu gak seperti sekolah pada umumnya, dan range biayanya cenderung lebih tinggi. Saat kita paham apa yang diinginkan, konsekuensi-konsekuensi yang muncul nantinya gak bakal memberatkan. Jadi, yang paling utama adalah pahami goal dan value yang kita tuju di sekolah itu, karena sekolah adalah partner kita para orang tua dalam mendidik anak, jadi harus sejalan. 


Fasilitas

Setelah filter paling utama itu, baru kriteria lainnya misalkan fasilitas sekolah. Ini termasuk jumlah kelas, kebersihan, atau jumlah gurunya juga. Berapa orang murid yang dihandle oleh satu guru? Kira-kira dengan jumlah segitu optimal gak ya? Beda tingkatan sekolah, jumlah guru juga jadi menyesuaikan ya. Lokasi juga termasuk di kriteria kedua ini. Gedung sekolahnya di mana ya, areanya yang ramah anak gak, jauh gak dari rumah. Jangan sampai ngejar sekolah yang bagus tapi anaknya udah keburu capek di jalan. 

Fasilitas tambahan juga perlu diperhatikan, sesuai dengan faktor penunjang potensi anak. Misalkan sekolah dengan label alam, harusnya punya lapangan dan taman bermain  yang lebih luas serta cenderung rindang dong daripada sekolah tanpa lebel alam. Atau sekolah digital, harusnya punya fasilitas internet yang mumpuni untuk menunjang kegiatan 'digital' ini.


Biaya

Biaya. Ini faktor yang sering membatasi pilihan kita sama TK pilihan ya akhirnya. Pingin sih sekolah yang bagus banget itu, value nya udah cocok banget nih, eh tapi biayanya... :')

Secara umum, untuk biaya TK di Solo,ada biaya Uang Pangkal yang dibayar satu kali saat anak baru masuk (termasuk biaya pendaftaran, uang seragam, uang buku, uang kegiatan tahunan, dsb) dan Uang SPP yang dibayarkan setiap bulannya. Kalau dalam perhitunganku, Uang Pangkal itu bisa diangsur simpannya sejak sebelum anak masuk sekolah (bahkan ada yang dari anaknya belum lahir!), sedangkan SPP diambil dari cashflow bulanan. Ini juga bisa jadi batasan sih, kalau SPP nya gak ganggu cashflow bulanan berarti emang kita mampu di sekolah itu. Kalau nggak yaudah, cari lagi yang lebih affordable buat kita. Karena pengeluaran sekolah itu bukan cuma dua itu ya, mesti disiapkan juga pengeluaran lain-lainnya, ntah kegiatan ekstra, kegiatan kondisional, atau biaya sosialisasi sesimpel kado ulang tahun temennya. Kalau dari awal kita 'maksa' dengan ngepress pengeluaran untuk sekolah ini, resikonya yang lain-lain jadi gak bisa dicapai. Tapi ini kembali lagi ke pilihan keluarga masing-masing, ada yang untuk SPP juga udah ditabung dan disiapkan dari jauh-jauh hari ya gpp juga. 

Baca Juga: Info Biaya SD di Solo dengan Akreditasi A, Lengkap dengan Jadwal dan Pilihan Ekskul

Biasanya sekolah tertentu memadukan kurikulum merdeka saat ini dengan kurikulum pilihan sekolah TK tersebut. Untuk kurikulum TK di Solo sendiri ada beberapa seperti sekolah alam, kurikulum Cambridge, ataupun International Baccalaureate, antara lain:

1.  Al. Firdaus World Islamic School (IB)

- Pendaftaran                                 : 350.000

- Biaya Pendidikan Fasilitas    : 9.938.000*

- SPP Bulanan                                : 840.000

*ada potongan 2jt untuk pendaftaran sampai Bulan Desember


2. Sekolah Alam Surya Mentari

- Pendaftaran                                 : 300.000

- Biaya Pendidikan Fasilitas    : 7.100.000*

- SPP Bulanan                                : 650.000

*tidak ada potongan harga, sistem kuota


3. Sekolah Islam Internasional Al. Abidin (Cambridge)

- Pendaftaran                                 : 300.000

- Biaya Pendidikan Fasilitas    : 9.450.000*

- SPP Bulanan                                : 650.000

*ada potongan 4jt untuk gelombang istimewa dan hubungan saudara


Selain Al. Abidin juga ada Focus Independent School dan Sekolah Kalam Kudus yang tercatat menggunakan kurikulum Cambridge. Juga ada Singapore Piaget Academy (SPA) yang memadukan metode montessori juga Cambridge dalam proses belajar di sekolahnya. Silakan cek lebih lanjut ke website atau sekolah masing-masing ya.

Nah, kalau ini  file daftar TK di Solo yang aku himpun dari berbagai sumber dan aku pake untuk memudahkan dalam memilih TK anakku. Semoga bermanfat ya! ;)


NoNamaLokasiAkreditasiBiaya Masuk*Biaya BulananKeterangan
1TK Aisyiyah Program KhususPurwasari, Laweyan(A) 19743500720O85600236303
2TK Aldercy Islamic SchoolKadipiro, Banjarsari(   )20176000500O81229438771
3Kidsland International SchoolTipes, Serengan(   ) 20106750580O81384849728
4Charis InstituteGilingan, Banjarsari(   ) 20072000Ms. Mega 081229651512
5Sekolah Alam Surya MentariJajar, Laweyan(A) 20057100650Bu Intan
081215010977
6TK Al-Islam 5Serengan, Surakarta(A) 2013
7TK Cita NandaSumber, Banjarsari(   ) 2004
8TK IT Nur HidayahKerten, Laweyan(B) 20087200500
9TK Al-Azhar Syifa BudiPanularan, Laweyan(A) 20039700500Bunda Risa 089654455727
10TK Aisyiyah 20Pajang, Laweyan(B) 2011
11TK DA Jama'atul IkhawanSondakan, Laweyan(   ) 2013
12TK Islam Az-ZahraPajang, Laweyan(A) 2009
13TK Al-IrsyadKedung Lumbu, Ps. Kliwon(B) 20132250350O81358473670
14TK Quran Platinum Gedongan Baru, Colamadu(   ) 2014 - ISO6200500Ust. Dewi 081229753150
15TK Islam Kanita TiaraBaki, Sukoharjo(A) 20003850
16Singapore Piaget AcademyGedangan, Sukoharjo360003000O81776727009
17TK Al AzharArea Sawah, Sragen(   ) 20209000395O82325073192
18TK TelkomKerten, Laweyan(A) 2007O82138315600
19TK Kreatif PrimagamaBanjarsari, Surakarta(A) 2013
20TK Ahmad DahlanSondakan, Laweyan(B) 2014
21TK Al MadinahGumpang, Sukoharjo(A)          - ISOO85800002324
22TK Islam Al-A'rafBaki, Sukoharjo(A) 2014
23TK Siwi KarimahGawanan, Colomadu(B) 2014Bunda Intan 08990760715
24TK Bina MadinaGedongan, Colamadu(   ) 2012O85714415641
25TK Al HudaMalangjiwan, Colomadu(B) 1980
26Rumah Pelangi Garden SchoolMalangjiwan, Colomadu(A) 2015
27TKII Al AbidinBanyuanyar, Banjarsari(   ) 2020650Mrs. Nina 085740057825
28TK Islam MakarimaNgabeyan, KartasuraBu Debby 08562530681
29TK Al-Quran Terpadu BintangkuKarangasem, Laweyan(   ) 2016O85727922079
30TK Tadika PutriJajar, Laweyan(   ) 2015
31Sekolah BIAS SoloBaki, Sukoharjo(   ) 2018Ust. Ika 085728164771
32TK IT Khoiru UmmahMakamhaji, Kartasura(A) 2013
33TK Islam Unggulan Al KhoirBanjarsari, Surakarta(A) 2017O82133911123
34TK Global InterstudyBanjarsari, Surakarta(   ) 2013Ms. Depi 085263731307
35TK Al Azhar Solo BaruBaki, Sukoharjo(A) 2003Bu Umi 088228801660



Salam, Nasha

Dari sebelum punya anak, aku udah ngeh sama isu screen time ini karena kayanya saat itu lagi jadi perhatian dimana youtube mulai gampang diakses dan anak dikasih aja sih biar anteng, biar bisa nyambi. Seperti pemikiran ideal perempuan belum punya anak pada umumnya, aku gak mau ya anakku youtube-an. Eh udah punya anak, 'katanya' pemikiran itu gak mungkin terwujud. 

Udah kucoba, ternyata bisa kok.

Meski sulit ...


Sebelumnya, perlu diketahui rekomendasi screen time anak dari IDAI itu mulai dari anak 2 tahun-5 tahun hanya diperbolehkan 1 jam sehari dengan pendampingan, dibawah usia itu (1 tahun) hanya boleh video call. IDAI memberi kebijakan batasan ini dalam upaya untuk mengurangi dampak negatif dari screen time, antara lain resiko rabun, speech delay, kemampuan sosial, misinformasi, dan kecanduan. 


Terus, gimana cara mengurangi/ meniadakan screen time sekalian?

membentuk kebiasaan anak tanpa gadget


Mindset

Ciptakan Lingkungan yang Mendukung
Kuat Membentuk Kebiasaan

Menurutku, hal yang paling awal perlu dibentuk adalah mindset kita sebagai orang tua. Anggep aja emang tv ataupun hp bukan buat anak. Ekstremnya nih, orang dulu aja (atau kita edh, pas anak-anak) gak ada HP, gak ada TV juga bahkan di generasi sebelumnya. Bisa-bisa aja tuh! Iya, iya, beda zamannya, beda lingkungannya, beda semuanya. Tapi yakinkan dulu kalau bisa kok. Dengan punya pola pikir dasar kaya gini, opsi untuk ngasih screen time ke anak akan hilang. 

Selain untuk menghindari resiko, aku punya pertimbangan lain perkara screen time ini, bahkan aku menunda selama mungkin untuk kenal, dan kalau akhirnya kenal memberi waktu sesedikit mungkin untuk screen time nya. Opsi untuk screen time itu taruh di urutan paling bawah coba. Menurutku, jika dibandingkan manfaat screen time untuk balita gak sebanding dengan kerugian/ resikonya. Kecanduan, tantrum, gak peduli sekitar, sedih banget. Bahkan, manfaatnya apa sih? 

Ada banyak hal lain di luar sana yang bisa dipelajari tanpa gadget, karakter-karakter yang perlu dibentuk tanpa adanya gadget. Sifat-sifat sadar diri, peduli lingkungan, perhatian, empati, sabar, perlu diasah dengan kegiatan-kegiatan 'organik'. Gak usah mikir kegiatan ribet dulu, dikasih toples sama sendok juga anteng kok anak-anak tuh ;)

Selalu ingat, children see children do, jadi penting untuk kita menjadi contoh di sekitar anak. Mustahil kita larang anak untuk main handphone, sedangkan kita membersamai mereka dengan terus-terusan pegang handphone. Begitu juga dengan TV, kalau emang larang anak untuk nonton berarti kita juga gak bisa nonton saat ada mereka. Oh ya, kebiasaan yang gak jarang aku temui itu TV cuma buat backsound suara ternyata punya dampak negatif loh. Anak jadi kesulitan fokus dan gak peka, terus bertentangan dengan kebiasaan mindfull.

Aku sendiri bukan orang yang suka kebisingan, jadi emang gak punya kebiasaan jadiin suara TV sebagai backsound di rumah. Terus, pilihan acara TV yang makin gak cocok buatku bikin aku makin meninggalkan TV, jadi emang gak nyala sama sekali. Aku nonton cuma dari apps berbayar yang diakses dari handphone atau laptop (karena gak punya smart tv juga hihi). Pegang handphone di depan anak-anak pun jadi lebih sadar, bahkan kalau lagi main bareng, aku bilang dulu, sebentar ya ibu ada perlu, ibu kerja dulu ya. Lalu batasi berapa lama. Lama-kelamaan kita jadi terbiasa punya batasan pas pegang handphone, gak asal-asal scroll terus tau-tau udah kebablasan waktunya. 

Bikin aturan dan rutinitas juga gak kalah penting menurutku. Aturannya dari awal disepakati sama orang-orang di rumah, terutama orang tua dan pengasuh anak. Karena ini orang-orang yang paling banyak interaksi sama anak. Pengasuh ini bisa siapa aja ya, mungkin orang tua, mungkin kakek-nenek, anggota keluarga lain atau yang profesional juga, sepakati batasannya dari awal, pemakaian gadget di depan anak gimana, sehingga lama-lama membentuk kebiasaannya.

Lalu, kita atur rutinitas harian mereka dengan kegiatan-kegiatan sehingga opsi kasih gadget jadi gak ada. Jangan mikir ribet dulu kegiatan 24 jam, kegiatan anak kaya mandi makan aja udah lumayan ngabisin waktu kok. 

Kalau di aku, rutinitas harian itu anak-anak kira-kira gini, bangun-mandi-sarapan-bebas-cemilan-bebas-makan siang-istirahat siang-cemilan-mandi sore-bebas-makan malam-bebas-beberes-tidur malam. Waktu bebas yang perlu kita isi kadang juga bisa diisi sendiri sama anak, kalau kita membiarkan mereka memutuskan. Kadang mereka jemur pakaian, kadang jalan-jalan keliling komplek, kadang kegiatan di dapur, nyapu rumah, siramin bunga, petikin daun kering, beberes, main sepeda, bola, lari-lari, gambar, main balok, gunting tempel, dst. Pernah sih bikinin jadwalnya, tapi sering gak works kalau aku ^^" terus banyak magerannya ih. Lebih sering anak-anak aja mutusin mereka mau ngapain, aku fasilitator, dan penengah kalau terjadi kericuhan ;)

ide permainan anak

Ide Permainan Lain

Dalam perubahan itu biasanya yang paling berat adalah hari-hari awal, tiga hari pertama saat kita mengubah kebiasaan screen time nya, anak bakal ngamuk-ngamuk nangis. Keteguhan dan kesabaran kita diuji banget nih. Di waktu ini kita perlu tegas (gak goyah dengan aturan itu) dan berempati sama ketidaknyamanan yang mereka rasakan. Coba rasain, ada yang biasa mereka lakukan sekarang jadi gak ada, mereka tentu merasa bingung mesti ngapain, kesal karena keluar dari zona nyaman biasanya, kesal udah minta tapi gak dikasi, sedih, dll. Berempati dengan segala perasaan anak itu, tawarkan solusi (misalkan dengan ide kegiatan seru lain). Sabaarr. Hadapi dengan sabar, dengan cinta, penuh kasih.

Meski gak lagi bikin jadwal, tapi akan lebih baik kalau kita punya semacam list di kepala kegiatan apa yang bisa diaplikasikan ke anak-anak, atau kalau kreatif ya bisa on the spot aja tiba-tiba kalau anak bosen kita bisa kasih solusi kegiatan. Dan bosan itu bukan hal yang negatif loh ya, kreatifitas itu bisa muncul dari rasa bosan. Biarin mereka bosan, biarin mereka mikir sendiri, kasih mereka ruang untuk berkreasi. Tapi kita juga harus peka ya, kalau anak mainnya udah mengarah ke 'kasar' oh mungkin karena energinya gak tersalurkan dengan baik, bisa diajak aktifitas outdoor atau aktifitas untuk motorik kasar. 

Biasanya sih aku gak membatasi, kegiatan anak tuh ini dan kegiatan orang tua tuh ini. Lebih seringnya, berkegiatan bersama, bahkan mereka ikut milah sampah dan mengompos. Apalagi kalau urusan rumah harian kaya beberes rumah atau masak, mereka bisa-bisa aja kalau mau ikut.


Sabaaarr

Kunci terakhir dan paling penting adalah sabar. Membentuk kebiasaan itu bukan hal yang mudah, apalagi mengubahnya. Kalau anak udah terlanjur candu gadget dengan dampak-dampaknya udah muncul, treatment-nya pasti bakal lebih drama. Tapi semua bisa diusahakan. Kalau gak bisa sendiri, minta dukungan, minta bantuan.
Kalau mengubah, usahakan pelan-pelan dan dengan kesepakatan. Praktiknya akan lebih mudah daripada mendadak dan hanya dari keputusan kita sendiri. Jelaskan kenapa dikurangi, jelaskan kenapa gak boleh, sepakati apa yang kita mau dan apa yang anak mau. Ajak diskusi, komunikasikan. 



screen time anak

Emang, di zaman sekarang ini kita gak bakal bisa lepas dari gadget, apalagi anak-anak nanti. Tapi, di usia balita ini, masih banyak banget hal yang perlu dikejar daripada ngerasa ketinggalan kalau anak gak kenal cocomelon atau tokoh kartun. Karakter-karakter yang aku sebutkan tadi, gak bakal terbentuk kalau anak terbiasa dapat hiburan instant melalui gadget, jangankan anak-anak kita aja sekarang udah makin gak sabaran karena sekarang apa-apa serba cepat. Padahal apa-apa itu ya perlu proses. Dapat informasi cepat karena tinggal klik langsung dari handphone, tapi menguapnya juga cepat kan, beda dengan informasi yang kita dapatkan dengan 'susah payah' melalui buku. Kasus-kasus yang kerap terjadi karena semakin hari rasa empati kita semakin tumpul, karena lebih asik menunduk sendiri daripada memperhatikan kanan kiri. Anak-anak kita akan menjadi manusia dewasa seperti apa nantinya, ditentukan dari sekarang, di masa pengasuhan tahun-tahun awal ini.

Menerapkan Screen Time untuk Orang Tua


Kalau akhirnya memberi gadget pun juga gak masalah. Udah mempertimbangkan manfaat dan resikonya lalu memilih untuk lanjut, ya silahkan. Ingat, tetap berpedoman dengan acuan dari IDAI ya. Dan jangan lupa untuk mendampingi anak dengan screen time nya, minimal tau deh apa yang mereka akses dan lihat disana. Ntah nanti anak-anak kita ini akan dianggap sukses apa nggak di mata dunia, tapi kalau aku cuma ingin mereka jadi 'manusia' yang sesungguhnya manusia, dan dalam perjalannya harus mengendalikan keterikatan mereka dengan gadget/ screen time ini.
Semangat kita wahai penentu generasi bangsa! <3



Salam, Nasha





 


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
  • Kumpulan Quote Resident Playbook, Menginspirasi Tumbuh dengan Bijaksana

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (24)
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ►  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ►  Januari 2024 (3)
  • ►  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ►  Oktober 2023 (10)
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ▼  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ▼  Juli 2022 (2)
      • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Konta...
      • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak...
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
  • Kumpulan Quote Resident Playbook, Menginspirasi Tumbuh dengan Bijaksana

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes