• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Seperti sinopsis yang ditampilkan di laman netflix, drama ini mengisahkan tentang kehidupan orang-orang di Pulau Jeju, yang ternyata bisa membawa kehangatan dan banyak sekali pelajaran :')

Kehidupan orang-orang 'biasa' apa adanya bukan yang mewah seperti banyak ditampilkan dalam drama, tapi seperti semua kisah ada pahit manisnya, dan kita mengarungi kehidupan orang-orang itu lengkap dengan naik turun segala perasaannya. Drama yang terdiri dari 20 eps ini dibagi dalam beberapa episode untuk masing-masing kisah para tokoh.


Mimpi dan Uang

Episode pertama dan kedua menceritakan tentang Han-Su dan Eun-Hui, mantan teman sekolah, yang bertemu kembali di Pulau Jeju. Tapi menariknya cerita gak berpusat di konflik hubungan mereka aja, tapi ada isu-isu lain yang disinggung seperti kondisi keluarga, perihal keuangan, mimpi, dan juga hubungan orang tua-anak. Han Su dengan status sebagai kepala cabang ank, tentu harusnya memiliki kehidupan yang lebih dari cukup, tapi nyatanya dia punya hutang cukup besar. Hutang itu untuk membiayai pelatihan golf anaknya di Amerika. Hidup pas-pas an demi memenuhi mimpi anak, hal yang tidak bisa ia capai saat menjadi anak-anak. Ini bisa bikin topik diskusi baru khususnya bagi orang tua, sampai sejauh mana sih kita akan mendukung mimpi anak? Apa sampai hidup pas-pasan, terpisah jarak, dan terlibat hutang? Ini juga bikin aku sadar sih, tentang arti privilage, tentang apapun emang perlu uang, bahkan untuk menggapai mimpi yang akan lebih mudah dilakukan dengan banyak pintu yang terbuka dengan uang.


Menariknya, ini gak dibahas hanya dari sisi orang tua, tapi gimana kita sebagai anak 'mencukupkan' diri dengan apa yang kita inginkan, untuk sadar kalau kadang hidup emang gitu, dan gak mendapatkan apa yang kita mau bukan berarti gak bahagia. Kita bisa aja hidup lebih bahagia, dengan 'berbelok' dari apa yang sebelumnya kita mau, dengan kehidupan yang lebih hangat, lebih tenang. Kisah pertama ini aja cukup membuka pikiran buatku.


Down Syndrome

Selanjutnya, ada kisah asmara antara Yeong Ok dan Jeong Jun, yang sepertinya ringan dan kurang 'ngena' karena ya gitu aja kayanya, gak tau awal mula ketertarikan, gak paham kenapa bisa mereka akhrinya jadian, tapi ternyata punya isu tersendiri yang dibawa, yaitu down syndrome. Cerita ini bikin kita mikir ulang, meluaskan pandangan juga gimana melihat mereka yang down syndrome. Atau memunculkan pertanyaan, eh gimana ya kita menghadapi mereka yang down syndrome, gimana jika kita bertemu dengan orang yang merawatnya, dan gimana berdamai dengan kondisi yang 'terlihat' meyusahkan itu. Menurutku mengangkat isu ini dengan membawa langsung aktris down syndrome pertama di Korea sebagai Yeong Hui adalah perkembangan yang baik, karena gak semua orang akan kepikiran dan berani melakukan itu ya. Ini juga jadi semacam pintu terbuka bagi mereka, dan menjadikan lingkungan kita menjadi lebih ramah terhadap orang yang istimewa ini.


Kehamilan Remaja

Dari topik itu, beralih ke topik lain yang udah cukup sering dibahas, kehamilan remaja. Hal yang mungkin gak asing lagi, tapi tetap gak bisa dibenarkan. Buatku, cerita ini cukup bikin baper karena penggambarannya banyak dari sisi perempuannya, apa yang terjadi, bagaimana Yeong Ju menghadapinya, reaksi tubuhnya, perasaan penolakan yang dia miliki, mimpi yang terasa semakin jauh, omongan negatif orang, dan hal-hal gak mengenakkan lainnya. Penyesuaian yang mau gak mau arus dihadapi. Karena pernah hamil dan tau rasanya gimana punya anak, aku jadi lebih relate dengan apa yang dia rasakan. Belum lagi Yeong Ju dan hyeong, keduanya adalah murid teladan di sekolah, punya mimpi lanjut kuliah ke Seoul, di lingkungan gak pernah bikin onar, kelakuan selalu dinilai baik.


Penceritaan juga dibikin dari sisi orang tuanya, gimana perasaan mereka, gimana kecewanya, bingungnya, kesalnya, tapi juga ada perasaan bersalah, kasihan, dan sama bingungnya. Apalagi sebagai single parent, jadi bertubi-tubi deh ledakan perasaannya. Nah, lonjakan perasaan kaya gini, ternyata bisa jadi pintu pembuka dari permasalahan di masa lalu antara para ayah single ini, In Gwon dan Du Sik, tentang kesalahpahaman, tentang luka yang gak selesai, tentang hubungan yang bisa diperbaiki, dan tentunya tentang hubungan anak dan ayahnya. Mengandung bawang juga nih.


Kesehatan Mental

Apa lagi ya isu yang cukup ramai?  Kesehatan mental, juga diceritakan disini. Makin bikin kita ngeh, kalau penyakit mental itu ya ada, bisa jadi disekitar kita karena orang yang terlihat baik-baik aja belum tentu nyatanya begitu. Seon A adalah buktinya. Secara fisik dia gak berbeda, lengkap sempurna semua tubuhnya, bisa berbaur, dan sama aja kaya kita semua. Tapi ternyata ada hari-hari dimana dia gak bisa melakukan apa-apa, gak punya tenaga untuk beraktifitas, nah ini udah red flag ya. Kalau ada kondisi di badan kita yang mengganggu aktifitas kita, itu artinya perlu penanganan khusus. Dan sakit mental bukan perkara sepele dengan yaudah sih gak usah stress atau yaudah sih bangun trus kerjain aja gak usah dipikirin. Aku pernah baca, kalau kalimat kaya gini sama aja kaya kita ngomong, yaudah sih nafas aja banyak udara gini, ke orang yang asma. 


Mereka yang udah sakit, gak bisa menyembuhkan diri sendiri. Mereka paling perlu didampingi, dibantu, diberi kesempatan untuk memperbaiki. Ini juga membuka ruang diskusi, gimana ya kalau kita punya pasangan yang sakit mental? Apa yang perlu kita lakukan? Sejauh mana kita bisa membantu? Bukan hanya pasangan sih, tapi kerabat kita pada umumnya. Paling dasar dulu deh, gimana kita harusnya melihat, memahami, sakit mental itu sendiri dan penderitanya. Pelajari dan pahami betul kalau sakit mental itu ya sama kaya sakit fisik, mengganggu dan gak diinginkan. Sama aja perlu upaya untuk penyembuhannya. Kalau ada penderita, jangan disepelekan, gak perlu dianggap aneh, kalau gak tau mau ngapain yaudah diam aja.


Friendship

Gak cukup di isu yang ramai, ada juga isu yang terlihat 'biasa aja' tapi cukup berbekas juga. Tentang hubungan pertemanan, tentang persahabatan antara dua manusia. Indah ya kayanya bisa punya sahabat dekat, yang bisa berbagi segalanya, yang tau semua hal, yang siap siaga untuk membantu untuk mendukung. Hubungan awet dan telah berumur panjang semacam itu bisa berantakan hanya dengan satu kesalahpahaman. 


Namun, sama seperti semua hal lainnya, hubungan pertemanan juga patut diperjuangkan, perlu dirawat. Kita terus bertumbuh, kita berproses, lagi-lagi komunikasi terbuka adalah kunci. Kalau emang peduli harusnya bisa jujur ungkapkan isi hati, kasih tau salahnya apa, yang bikin gak nyamannya mana, ingatkan batasannya dimana, yang bisa diperbaiki apa. Membiarkan dan 'sok keren' memendam luka sendiri malah bisa jadi ledakan di suatu hari nanti. Karena luka mungkin bisa sembuh seiring waktu berjalan, tapi bekasnya akan tetap ada dan semakin dalam malah semakin sulit untuk kita lupa. 


Harapan

Kayanya semua hubungan udah ya, eh belum ding, ada yang jarang banget disinggung nih, hubungan nenek dan cucu yang diceritakan. Menariknya, kalau biasanya nenek adalah tokoh yang digambarkan lemah lembut ke cucu, gak bisa larang jika cucu berkehendak, namun nenek Chun Hui buatku adalah nenek yang galak, yang skeptis apalagi berhadapan dengan anak-anak yang lugu. Padahal cucunya cuma sementara tinggal sama dia, dan cucunya juga baik-baik aja.


Kalau disini yang aku pahami adalah gimana nenek Chun Hui ini akhirnya bisa kembali berharap, bisa percaya sama takdir yang baik. Emang ya gak semua yang terlihat kuat itu nyatanya baik-baik aja.


Orang Tua

Terakhir, drama ini ditutup dengan konflik orang tua-anak yang dari awal udah diperlihatkan yaitu antara nenek Ok Dong dan Deong Sok. Dari awal yang dilihatin gimana Deong Sok ini bawaannya marah dan ngamuk terus kalau bersinggungan sama ibunya, Ok Dong, padahal ibunya  terlihat diam gak berdaya khas orang sepuh gitu ya. Tapi pas tau sedikit-sedikit ceritanya Dong Seok tentang ibunya ini, aku sih kebawa kesel juga ya. Sampai akhir juga gak ada pembelaan apa-apa atas kelakuakan ibunya ini, tapi somehow aku ngerasa sedih dan lebih ngerti aja. Bukan membenarkan, tapi lebih memahami apa yang dilakukan ibu Ok Dong ini ke Deong Sok dulu, dan memahami juga kenapa Deong Sok ini bisa memperlakukan ibunya kaya gitu. Sedih aja atas apa yang dilalui dua orang ini sehingga mereka jadi menderita dan melampiaskannya dengan tidak tepat, yaitu menyakiti.


Aku jadi inget pernah baca kalau orang yang terluka itu bisa kejam untuk melukai juga. Jadi sekarang kalau lihat orang dengan kelakuan 'buruk' aku jadi pingin tau luka apa ya yang bikin dia bisa segitu kejamnya? Apa ya yang berusaha dia tutupi dengan melampiaskan ke menyakiti orang gitu? Jadinya aku bukannya marah, malah kasihan. Sedih juga kalau orang itu harus melalui hal berat sampai dia jadi begitu. Aku percaya setiap kita adalah orang baik, Allah ciptakan kita dengan baik dengan kondisi masing-masing. Dalam kondisi itu, kita tetap punya pilihan untuk tetap baik, tapi kadang luka tertentu, pengalaman, latar belakang, lingkungan, gak tau, yang bikin pilihan jadi baik malah jadi pilihan terakhir yang paling sulit.


Drama ini (dengan perjalanan panjang dan kisah orang-orang didalamnya) bikin aku makin sadar kalau kita gak akan bisa menilai keseluruhan orang lain. Sama aja semua orang tuh, gak usah berlaku eksklusif dan gak perlu membeda-bedakan juga. Setiap orang punya luka dan masa lalu yang pernah membentuk dia. Punya masa sekarang yang terlihat secuil sama kita, dan punya masa depan yang kita gak pernah tau akan gimana nantinya. Manusia dengan hakikatnya sebagai makhluk sosial, butuh orang lain untuk bisa berfungsi optimal, sadari kalau kita emang butuh orang lain dan orang lain mungkin butuh kita, that's why we need to work on a relationship ntah hubungan apapun perlu diperjuangkan dan itu juga kenapa kita perlu jadi orang yang baik. Baik bagi diri kita sendiri, baik ke orang terdekat, baik lalu semakin luar bahkan sampai ke orang asing yang cuma papasan di jalanan. Saling menghargai, saling mengasihi <3


Salam, Nasha

Cerita penyapihan anak kedua dan anak pertama itu beda ya ternyata. Waktu menyusui dan menyapih anak pertama aku gak ada galau-galaunya, muluuus sekali jalannya, no drama. Tapi beda cerita dengan anak kedua, lebih galau, ada dramanya, ada ceritanya, dan memang lebih melelahkan ya :')

menyapih anak kedua

Perjalanan Menyusui

Kalau dulu santai aja menyimpulkan menyusui itu gampang kok, tapi sekarang, eh perjuangan banget ya menyusui itu. ingin bertukar peran aja sekali-sekali :')

Saba ini, dari awal-awal menyusui kan udah ada ya dramanya, baca disini. Nursing strike itu kali ya yang bikin aku bener-bener all out buat menyusui Saba. Dengan segala posisi, dengan waktu yang gak menentu, pokoknya terserah yang penting mau nyusu. Jadinya keterusan sampai sekarang. Setelah umur setahun pun dia masih bangun tengah malam buat nen. Aku waktu itu sih gak masalah, karena mikir yaudahlah daripada gak mau, ya mendinglah buat bantu boost bb nya. Tapi kenyataannya itu gak sehat juga. BB nya juga segitu-gitu aja. Dia nyusu juga bukan karena butuh, tapi lebih ke kebiasaan aja. Hal ini juga gak baik kan buat waktu istriahatnya, kwalitas tidurnya, yang jadi terganggu, harusnya bisa tidur lelap lama jadi kepotong-potong. Sistem pencernaannya juga, harusnya malam itu ya istirahat eh malah diajak kerja lagi. Efeknya juga 'sepertinya' ke perilaku anak, yang somehow jadi moody-an. Masuk akal sih ini jadi salah satu faktor pengaruh ke perilakunya, kita aja yang tidurnya keganggu-ganggu pas bangunnya bisa moody ngerasa kaya gak puas gitu kan, apalagi anak-anak gak ngerti apa-apa gitu.

Nah, aku baru galau dengan pola nyusu Saba ini di umur dia 20 bulanan. Dia yang dikit-dikit nen, ngerengek nen, digangguin nen, ngantuk nen, jadi bikin aku nyadar eh ini dia nen bukan karena butuh ya. Dia nen mah karena gak tau aja harus apa. Which is ini bukan hal baik ya menurutku, harusnya di umur dia itu, dia udah mulai paham bedanya kondisi badannya. Kalau ngantuk ya tidur, kalau lapar ya makan, kalau haus ya minum, kalau gak nyaman ya ngomong atau coba cari cara lain peluk misalkan. 

Pingin nyapih, tapi takut gagal :")

Belum apa-apa udah nyerah duluan. Jadilah aku nangis-nangis berdoa, berkeluh kesah ke Allah. Ada hari-hari aku menyusui dia dengan air mata loh. Ada malam-malam aku sholat dengan derai air mata. Sungguh. Aku minta dikuatkan, minta dimudahkan, atau ya berkeluh kesah aja cape banget nyusuin ini Ya Allah :')



Menyapih Tiba-tiba Dimulai

Setelah mulai bertekad untuk ngurangi atau menghilangkan nen siangnya (yang tentu saja gagal maning), suatu malam mendekati umur dia 2 tahun, Saba ngikutin Gesang mau minum susu kotak. Terus, aku nyeletuk aja bilang, kalau minum susu itu gak nen lagi ya. Ia pun mengiyakan. Baik, coba kita lihat, apakah aku sanggup..

Tentu aja ya, karena udah kebiasaan dia abis minum susu kotak gitu perlahan ngantuk dan minta nen. Terjadilah itu, aku nolak, pelan-pelan, loh kan tadi katanya kalau udah minum susu kotak gak nen lagi. Dia masih senyum-senyum aja tuh. Beberapa kali kaya gitu, sampai dia udah ngantuk berat dan mulai rewel, akhirnya aku nyanyiin sholawatin sambil digendong ayun-ayun. Terima kasih duhai pinggang. Akhirnya dia tidur sekitar jam setengah sebelas, lumayan ya telat dua ja setengah dari jadwal biasa, dan sekitar dua jam dia rungsing karena gak tau mau ngapain buat tidur.

Apakah sudah berakhir cerita malam pertama itu? Tentu belum, bestie. Tengah malam sesuai kebiasaan, dia bangun. Karena gak bisa nen (udah terlanjur aku ih) dia nangis, kasian, nangisnya nangis pelan sedih gitu bukan nangis teriak meronta-ronta gitu loh, terpotek hati ibu. Pingin aku kasih aja, tapi udah terlanjur tapi gimana ya tapii.. di tengah kegalauan aku mutusin ngasih apa nggak itu, dia udah ketiduran duluan.

Paginya, dia bangun dengan ceria. 

Aku pikir dia bakal bad mood, gloomy gitu, alhamdulillah nggak.

Tidur siang ini rasanya lebih gampang sih, karena dia cape juga kali ya, ngantuk juga, dan udah kebiasaan juga. Jadi ya sesuai jadwal biasanya aku ajakin ke kamar, aku alihkan perhatiannya dengan aktivitas di kasur kaya baca atau ngobrol-ngobrol atau nyanyiin aja. Terus pas dia ngantuk tapi masih belum dapat posisi dia minta gendong. Karena pinggangku udah gak memungkinkan lagi, aku ajak pangku peluk gitu, dia mau, gak lama akhirnya dia tidur. Meski lebih telat dari jam biasanya, gapapa.

Nah, di siang ini payudaraku mulai membengkak. Gak nyaman sama sekali. Pakai bra aja sakit, tapi kalau gak pake luberan asinya jadi ke baju :')

Gini amat ya menyusui tu ternyata.

Malam Kedua dan Seterusnya

Dengan payudara bengkak dan nyeri banget itu, Saba cuma mau digendong sama ibu. Dan dengan kondisi pinggang yang demikian, jadilah aku peluk pangku sambil diayun-ayun dinyanyiin. Lama-lama ketiduran juga nih anak. Syukur kakaknya gak rewel juga nih :')
Malam kedua ini lumayan sih daripada malam pertama, tidurnya sekitar setengah 10. Ibu jadi pingin party merayakan proses penyapihan ini. Tapi sayangnya anaknya keburu bangun di tengah malam, berualng lagi proses peniduran itu, ajaibnya dia ditawarin nen udah gak mau loh. Akahirnya ketiduran lagi di pangkuan ibu.
Begitu berulang di siang dan malam hari-hari selanjutnya. Tidurnya jadi lebih molor daripada biasa dan prosesnya jadi lebih panjang. Kadang bisa ketiduran aja langsung, kadang mesti digendong pangku gitu, sesanggupnya aku aja. Karena aku gak mungkin lagi gendong dia sambil berdiri gitu, jadi ya nikmati aja udah dia nangis gitu. Aku paham sih, dia gak mungkin instant dapetin cara untuk tidur sendiri, karena biasanya dia bergantng sama nen. Aku cuma bisa bantuin dia untuk menemukan lagi kenyamanan sebelum tidur itu.

tips menyapih mudah

Kesimpulan Menyusui

Dengan selesainya masa menyusui kedua anak ini, satu hal yang perlu selalu diingat oleh siapapun (baik menyusui atau nggak) adalah bahwa

  • Menyusui itu Perjuangan.
Gak mudah. Prosesnya panjang, butuh komitmen, butuh persiapan jiwa, raga, biaya, dan banyak hal yang jadinya digeser prioritasnya.
You named it. Paling perlu ini:
  • Komitmen

Bagaimana pun kondisinya, halangannya, prioritasnya agar tetap bisa menyusui. Ada masalah, ada rintangan, langsung konsul sama yang lebih ahli, jangan asal putusin sendiri. Ada konselor, ada dokter, ada buku, ada bergaam banget pilihan sekarang.
Meski harus dipompa, meski berjauhan, meski.. meski... tantangan di tiap ibu yang ada aja. Apapun peran ibunya. Ntah pikiran yang meronta-ronta karena gak bisa apa-apa, merasa terikat dengan menyusui, hadapi. Mulai dari pola pikir, pahami kalau menyusui juga adalah aktifitas meski terlihat cuma sodorin payudara sambil rebahan. Aktifitas memberi nutrisi pada bayi, memberi dia kenyamanan, melekatkan hubungan, bisa disambil dengan mendoakan, atau nasehat ringan. 
Perlahan kalau pola pikir menyadari betapa berharganya aktifitas menyusui, hal-hal lain akan 'terlihat' lebih ringan. Meski pinggang ya tetep aja pegel ya. Leher juga bisa kaku juga. Tapi seenggaknya, gak ditambah dengan keluhan pikiran yang ngadi-ngadi.

  • Siapkan tubuh ibu sendiri

Selesaikan dulu urusan dasar, kaya sholat dan makan. Belum sholat tu kan bikin gak tenang ya, karena takut tar waktunya kelewat lah, ketiduran lah, dst. Pas adzan meski anak udah minta nen, sholat aja dulu. Begitu juga makan, kalau udah jadwalnya makan, walaupun belum lapar-lapar amat ya makan aja. Kalau laparnya barengan sama anak minta nen ya makan dulu. Seenggaknya kalau kenyang, pikiran lebih tenang. Gak usah berlagak berkorban mendahulukan anak, tar nya malah gak optimal. Isi dulu diri sendiri, baru bisa memberi.

  • Support dari orang sekitar

Ini antara bisa dan nggak dikontrol ya, tapi seengaknya bisa kita usahakan, dengan ngobrol, ngobrol, edukasi, edukasi, sumber informasi banyak banget, pilih yang terpercaya. Paling penting tentu ayahnya anak, lalu merembet ke orang tua/ mertua, karena biasanya mereka yang cukup pengaruh dengan kalimat, kamu dulu jg gitu sehat-sehat aja kan.
Ajak ke dokter anak, ajak ke konselor laktasi, share link dari dokter/konselor itu, share link artikel, ngobrol lagi, belajar cara ngomong (dengan I sentence misalkan).
Pinginnya sih yang orang-orang ini udah ngerti dari sananya ya, tapi kalau kenyataannya nggak, ya mudah-mudahan perjuangan kita buat kuat minta support dan ngasih tau ini dianggap sebagai amal mengASIhi juga ya :')

Ending Menyusui - Tips Menyapih

Kayanya di minggu kedua, Saba udah mulai dapet nyamannya tidur sendiri. Dia bisa guling-guling cari posisi, atau ketiduran pas lagi dibacaim, atau kadang minta dipeluk terus ketiduran juga. Gak kebangun lagi di tengah malam ataupun di tidur siangnya. Ditawarin nen udah gak mau. Jadi, aku benar-benar mengehentikan kebiasaan menyusui sampai tertidur ini, bukan dengan mengalihkan ke botol dot misalkan. Bahkan dia gak mesti minum susu, seperlunya aja. 

Just like any other experiences, kuncinya ada di sounding-sounding-sounding dan doa-doa-doa-doa-doa.Dari umur dua puluh bulanan itu, aku udah berkali-kali ngomong ke Saba, nyusunya cuma sampai umur dua tahun ya. Tar gak nyusu lagi ya, kalau lapar-makan, kalau haus-minum ya, kalau ngantuk-tidur ya. Begitu terus diulang-ulang. Anak-anak ini ngerti kok. Mungkin itu kenapa waktu pertama dia sapih, dia gak nangis meronta-ronta minta, tapi nangis sedih perpisahan :"

Tips selanjutnya, jangan tarik ulur. Kalau udah maju lanjutkan, jangan sampai mundur. Aku aja yang gak rencana gitu, maju terus kepalang tanggung sampe tiba-tiba udahan aja.

Minta support. Dari awal rencana aku nyapih, udah sounding ke suami nih, tar Saba tidurnya digendong ayah ya. Eh taunya, anaknya gak mau. Maunya cuma sama ibu, padahal dia anak ayah banget. Akhirnya aku semacam paham, oh ini hubungan antara ibu-anak yang harus juga diakhiri oleh ibu-anak dengan baik. Aku mulai menyusui ini dengan niat yang baik, jadi harus diakhiri dengan baik juga, oleh aku dan anakku.  Apakah itu artinya gak ada yang bisa dilakukan buat mendukung? Ya tentu ada, dukung ibunya. Pijit, kasih hadiah, dengarkan keluhannya, semangatin, bilang terima kasih, bawain makanan, hadir, temani, be there, and those things that you need in your love language. 

Lakukan bertahap. Ini step yang aku skip di Saba, tapi aku lakukan (tanpa niat, karena ikutin maunya dia aja) di Gesang. Di Gesang, sebelum dia totally sapih, dia udah gak nyusu lagi di siang hari, udah gak kebangun lagi di tengah malam, terus makin lama (sejak umur setahunan) menyusunya makin sebentar. Jadi aku cma stop yang 1x sehari itu, yang sebelum tidur malam itu doang. Bahkan payudaraku gak bengkak saat nyapih Gesang, karena udah berkurang-kurang juga frekuensi dan kuantitasnya ya.
Pada akhirnya, menyusui memang perwujudan peran utama antara ibu dan anak. Tapi layaknya dalam setiap cerita, peran pendukung juga sangat penting. Pendukung utama jelas ayah, penanggung jawab utama nafkah keluarga. Asi adalah nafkah untuk anak kan. Lalu, orang tua dari orang tau alias kakek-nenek. Karena setelah jadi orang tua pun, kita gak berhenti jadi anak, sehingga doa dan dukungan orang tua tetap penting. Komunikasikan dengan baik, minta doa. Para ahli. Semua ilmu itu datang dari Allah, dan ada orang-orang yang memang belajar lebih banyak di subjek ini. Percayakan ke mereka. Emang ini anak kita, tapi ilmu kita gak sampe segitunya. Pengalaman kita belum seberapa. Dengarkan dan lihat dengan lebih luas.
Orang lain? Peran pendukung lain-lain, yang kadang bisa mendukung, kadang juga nggak. Pilih sebijaknya. Karena ini perwujudan peran kita sebagai ibu, memang kita yang harus paling kuat, paling bertekad, paling berjuang. Hanya harapan yang bisa kita tiupkan agar perjuangan kita ini cukup dan dinilai baik oleh Allah.
aamiin. aamiin. aamiin.




Salam, Nasha.



 Yeom Mi Jeong, Yeom Chang Hee, dan Yeom Gi Jeong adalah bertiga bersaudara yang kemudian memiliki tetangga, seseorang yang juga bekerja untuk ayah mereka, Gu Ja Gyeong. Keempat orang ini digambarkan tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.



Cerita dibuka dengan permasalahan utama ketiga bersaudara ini yaitu letak rumah yang terlalu jauh, sehingga mewajibkan mereka untuk mengurangi kegiatan sosial sepulang kantor agar bisa pulang ke rumah tidak terlalu larut. Mereka bahkan juga patungan ongkos untuk pulang ke rumah.


Episode-episode awal serial ini berjalan pelan mengisahkan permasalahan-permasalahan lain yang mereka hadapi, yang menakjubkannya (untukku) terasa sangat dekat. Seperti kita pernah berada di posisi tersebut. Relatable. Dialog-dialog yang dibangun juga seperti ungkapan perasaaan dari apa yang pernah aku alami, juga (katanya) sebagian besar penonton. Mungkin ini alasan utama kenapa drama ini terus masuk top 10 Netflix selama tayang.


Dalam perasaan terkungkung kehidupan itu, Yeom Gi Jeong, si anak bungsu, yang paling pendiam diantara saudaranya, mencoba menuangkannya dalam tulisan berjudul "My Liberation Notes" atau Catatan Pembebasanku. Meski awalnya ia juga tidak tau ingin terbebas dari apa, ingin bagaimana, ia hanya merasa tidak bahagia, meski juga bukan tidak bahagia. Sampai ia dan kedua rekan kantor lainnya membuat Klub Pembebasan. Mungkin kesamaan awalnya, mereka hanya orang-orang yang ingin terbebas dari kewajiban bersosialisasi dalam klub kantor. Berpura-pura menikmati, padahal tidak. Menambah kegiatan bertemu orang lain, padahal sudah lelah. Akhirnya mereka membuat klub sendiri.

Dari klub itu, aku belajar bahwa perasaan, masa lalu, pengalaman, itu perlu dibicarakan atau dituliskan. Dengan mengungkapkan, kita jadi sedikit lebih paham tentang diri kita sendiri. Kita sedikit mengerti. 


Beda lagi dengan Yeom Chang Hee, yang meskipun terus mengeluh dengan pekerjaannya namun ia tetap berusaha melakukan yang terbaik, bahkan kadang hal-hal diluar kewajiban kerjanya. Ia terus bertahan. Tokoh Yeom Chang Hee ini mengingatkan kita untuk yakin, percaya pada takdir. Meski kadang terlihat tidak masuk akal, percaya dan jalani. Kita tidak akan pernah benar-benar tau jalan terbaik mana yang sudah Tuhan siapkan.


Selain itu, scene-scene Yeom Chang Hee ini betul-betul diluar dugaan. Meski kadang ia bisa menjadi penengah yang sangat baik dari berbagai konflik keluarga ataupun teman-temannya, ia juga mampu menghibur, sangat menghibur, dengan pilihan tindakannya. Bahkan adegan paling memorable buatku salah satunya adalah adegan konyol Yeom Chang Hee ini.


Kalau si kakak tertua, Yeom Gi Jeong, permasalahan utamanya adalah asmara. Bahkan dia sampai bertekad akan menyukai sembarang orang sebelum musim dingin. Eh, taunya dapet yang beneran dia suka. Ya, tokohnya ini emang digambarin agak nyebelin sih, aku bahkan sampai ending gak terlalu suka sama Gi Jeong ini. Tapi ya tetep ada pelajaran yang bisa diambil dari dia. Gimana dia berani mengungkapkan apa yang dia rasa, aku ingat dialognya yang bikin aku mikir, kira-kira gini, kita kan ngomong suka, bilang sayang, bukan bulang benci, bukan ngajak berantem, kok malu? Loh iya ya, kok kita malu sama hal baik sih? Trus, Gi Jeong ini berubah banget sejak punya pacar, yang membuktikan kalau emang kita saat mencintai, saat diri kita penuhi dengan cinta, kita bisa menjadi orang yang lebih baik.




Kehidupan ketiga saudara ini ya gitu-gitu aja. Pergi pagi, kerjaaa, pulang, kelelahan. Sampai seseorang bernama Gu Ja Gyeong masuk ke kehidupan mereka. Pekerja dan pemabuk berat, yang tidak diketahui asal-usulnya. Cara mereka memulai interaksipun sangat unik. Lebih tepatnya, Mi Jeong yang memulai. Dia tiba-tiba minta tolong sama orang yang gak dia kenal ini, lalu mengajak supaya mereka saling 'memuja'. Dari hal yang gak terduga sama sekali itu, mereka akhirnya sama-sama mencoba mengisi hari dengan hal yang baik, ibaratnya menunjukkan rasa sayang kan, bukan kebencian, bersikap baik. Secara gak sadar, dari hal yang gak disengaja kaya gitu aja, mereka jadi terbawa untuk mengisi diri mereka sendiri dengan cinta. Coba deh, saat kita kasih perhatian, menunjukkan kasih, ketulusan sama orang lain, kita bakal lebih bahagia. Bukan hanya tentang pasangan ya, tapi secara umum. Kita menolong orang lain, membukakan pintu, tersenyum, hal-hal kecil yang bikin beberapa detik kita lebih menyenangkan. Kumpulan moment-moment itu bikin kita lebih ringan menjalani hidup. Spread love.

Yeom Mi Jeong ini digambarkan sebagai orang yang diam, penurut, gak banyak tingkah, tapi ternyata punya banyak hal yang dia pendam sendiri. Kalimat-kalimat dia, pemikiran yang dia sampaikan, bikin kita mangut-mangut, atau kebingungan, atau justru bertanya-tanya. Bikin kita merenungkan ulang tentang hidup secara keseluruhan. Ingin kita isi dengan kebencian atau kasih sayang, kita yang tentukan. Only hold things that matter. Bersyukur dan ikhlas kali ya bahasa lebih tingginya.

Bahkan di pekerjaan pun, karena kita yang jalani ya kita yang tentukan, mau ngerjain apa. Mau lepaskan karena sudah terlalu menyiksa, ya lepaskan. Mau istirahat dulu? Ya silahkan. Its your life, you the one who responsible of it. Pekerjaan juga bukan hanya berarti sesuatu yang kita sangat suka, yang kita passion, tapi kalau kita jadinya gak enjoy, ya let go. Cari hal yang kita enjoy jadikan pekerjaan. Hobi atau kesukaan bisa hal yang berbeda, gapapa.

Karena kemaren nontonnya sepotong-sepotong (per episode) aku jadi gak terlalu paham nilai apa yang mau disampaikan penulis. Meski setelah tamat pun, aku gak yakin juga apa persepsiku sama penulisnya sama, tapi ini yang aku dapat (dan ingat). Aku jadi pingin nonton ulang dan bisa diskusikan topik-topik apa aja yang bisa diobrolin. Seru deh kayanya!


Salam, Nasha.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (21)
    • ►  Mei 2025 (2)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ►  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ►  Januari 2024 (3)
  • ►  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ►  Oktober 2023 (10)
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ▼  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ▼  Juni 2022 (3)
      • It's a Wrap for OUR BLUES - Drama Korea Rekomendas...
      • Menyapih Minim Drama: Pengalaman dan Tips Sukses M...
      • Refleksi Diri dengan My Liberation Notes, Kita Per...
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes