Kalau dulu ulang tahun adalah tentang perayaan, banyaknya kue ataupun kado yang diberikan, bahkan bisa dihitungin siapa aja yang dateng dengan kue dan ucapan selamat, wah, tapi kalau sekarang makin bertambah usia makin banyak yang dipelajari, makin banyak nilai yang aku pingin pegang, aku jadi makin mengerti kenapa semakin tua orang semakin sedikit yang merayakan ulang tahun. Bahkan mau dilewati gitu aja. Mungkin sebagian merasa kalau itu bukan hal yang perlu, atau baru sadar kalau pesta ternyata bukan hal yang dinikmati, apalagi buat kaum yang kalau rame energinya malah terkuras.
Tapi mengingat momen kelahiran berapapun usianya adalah hal yang perlu (menurutku)
Karena kita cenderung manusia yang mencari momentum, maka di tanggal kelahiran, jadikan ini momen untuk kita melihat kembali perjalanan diri kita sendiri.
Oh, aku pernah disitu ya dulu.
Oh, aku udah sampai sini ya.
Oh aku di jalan ini supaya bisa ke sana ya.
Eh, kayanya kalau aku pingin ke sana, jalannya bukan yang ini deh.
Eh, ternyata jalanku ini gak pernah aku bayangin dulu loh, tapi gapapa aku suka.
Atau malah, jalan aku sekarang bukan yang aku mau, aku gak suka, apa ya yang bisa aku lakukan?
Refleksi diri ini bisa bikin kita lebih sadar sama hidup sendiri. Mensyukuri, menjalani, menikmati, di momen dan waktu waktu singkatnya, dalam setiap aspeknya. Bebaslah mau dominan dan prioritas yang mana, bisa relasi, silaturahmi, finansial, karir, barang kepemilikan, nilai hidup, keluarga, hobi, passion, apapun. Beberapa atau semua sekaligus. Hidup dengan niatan sepenuhnya, bukan sekedar autopilot habisin waktu dengan rutinitas.
Gak usah panik mikir yang ribet dulu lihat jauh-jauh.
Dari mulai bangun pagi aja, pelan-pelan disadari diresapi oh aku masih hidup hari ini, berdoa, pagi ini aku pingin apa ya, aku bakal ngapain aja ya supaya bisa dapat 'a sense of fulfillment' katanya. Gak usah buru-buru pegang hp dulu.
Terus makan dengan sadar, pikiran dan raga di waktu dan tempat yang sama. Nikmati setiap suapan, setiap kunyahan, setiap yang dimasukka ke tubuh itu, ada utuh di sana untuk beberapa menit itu aja.
Pegang gadget juga jelas dulu niatnya apa, mau ngapain, batasannya sampai mana, supaya kita punya kontrol penuh sama diri sendiri, gak jalan otomatis terus.
Selain itu, aku sendiri kalau lihat ke depan gini,
Salah satunya, aku pingin belajar terus karena aku senang mencari tau hal baru, aku suka dengan perasaan saat aku mengetahui sesuatu atau menguasai hal baru, oh jadi aku perlu rencana mau apa aja dan menyiapkan juga waktu dan biayanya, Untuk itu, aku perlu disiplin ya, aku perlu breakdown mau apa aja dan targetnya gimana, gak lupa perlu atur keuangan juga ya.
Atau karena aku mau kuat lari-larian bareng bocah, berarti aku perlu melatih otot buat terbiasa gerak, jadi aku perlu membiasakan olahraga ya.
Atau, aku mau jadi ibu yang gak marah-marah deh ke anakku. Oh berarti aku perlu belajar tenang ya, gimana mengelola emosi ku. Secara luas, aku perlu cari tau tentang mental health juga ya. Pelan-pelan diselami, dicari tau, lalu dijalani kebiasaannya. Kalau soal ini, aku sedang belajar untuk gak gampang terpengaruh sama emosi orang lain. Menyadari kalau aku gak punya tanggung jawab atas apa yang orang rasakan, melepaskan keterikatan emosi sedekat apapun hubunganku dengan orang itu. Kalau orang kesel, gak ikutan kesel. Kalau ada yang tantrum, aku gak perlu ikutan trantum juga.
Lebih sadar sama hidup itu, juga berarti lebih fokus ya. Semacam gak beban sama omongan orang, gak takut sama penilaian sekitar, jadi bisa berani mengungkapkan, menyampaikan apa yang dipikirkan, dirasakan, dan berani menghadapi feed back nya, suka ataupun gak disuka. Karena dari awal kan udah jelas goalnya apa, stepnya apa, jadi lain-lain ya udah jadi aksesoris biar lebih rame aja.
Mikir ke depan, lihat jalan di belakang, menyadari apa aja ya yang udah kita terima. Apa ya yang udah aku lakukan atas apa yang aku terima itu. Mensyukuri seutuhnya atas berkah diri sendiri. Bukan bersyukur karena merasa lebih beruntung daripada orang lain, tapi bersyukur ya utuh bersyukur aja tanpa perlu perbandingan.
Pas ditulis gini kok kayanya berat banget, panjang banget ya, padahal hari-hari ya biasa aja. Ujung-ujungnya ya ini bukan hal instant, bukan tentang apa yang tampak, karena ini tentang pola pikir, tentang titik di mana semua bermula :)
Di tahun ini, juga aku memberanikan untuk menulis tentang Gempa Padang 30 September tiga belas tahun lalu di sini. Tanpa niatan khusus sih, untuk membuka diri aja dan menyudahi hubungan antara ulang tahunku dan gempa yang traumatis itu. Supaya kalau aku ingat 30 September ya udah sebagai tanggalan biasa aja, yang sama kaya tanggal lainnya ada banyak momen dan kenangan di dalamnya.
Aku ingin setiap tahun bisa merefleksi diri sendiri seperti ini sih, mereview perjalananku, supaya bisa hidup sadar dengan penuh syukur. Tenang, damai, juga penuh kebaikan. aamiin.
Salam, Nasha