• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Ajang kontestasi pemilihan presiden sudah semakin dekat menuju akhirnya, dengan agenda debat terakhir pilpres pada 4 Februari mendatang. Tema yang dibahas kali ini adalah tentang kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi. Sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki anak, ada banyak harapan kita untuk anak-anak khususnya pada akses pendidikan dan kesehatan mereka, agar dapat diwujudkan oleh pemimpin negeri ini kelak. 



Sekilas Visi Misi

Sebenarnya ada keengganan sendiri bagi saya membahas politik, hal yang rasanya jauh dari keseharian namun juga ternyata sangat dekat dalam kehidupan. Bagaimana keputusan pemimpin nantinya dapat mempengaruhi kehidupan kita juga, apalagi jika kita masih banyak menggunakan fasilitas umum, yang adalah hasil dari pajak kita juga. Apakah mereka mengelola uang kita itu untuk kita juga atau untuk kelompok tertentu saja, jika untuk kita lalu untuk apa mereka menggunakannya. Sederhananya seperti itu, tapi ada banyak elemen lagi kenapa kita perlu peduli pada pemilihan pemimimpin republik ini.

Ketiga calon memiliki berkas visi misi yang cukup tebal bisa kita pelajari, dengan paslon pertama 148 lembar, paslon kedua 88 lembar, dan paslon ketiga 156 lembar. Benar, kita tidak bisa 100% mempercayai apa yang mereka tuliskan karena kemungkinan diwujudkannya juga bisa dibilang fifty fifty, namun setidaknya dengan ada dalam berkas tersebut, kelompok para paslon ini sudah memikirkannya. Ada satu langkah yang sudah terwujud daripada tidak ada sama sekali.

Pada berkas paslon pertama, tertulis bahwa visinya adalah Indonesia Adil Makmur untuk Semua. Sedangkan, paslon kedua merumuskan visinya sebagai Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045. Terakhir, paslon ketiga menyampaikan visinya berupa Menuju Indonesia Unggul: Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari. Dua dari tiga paslon tersebut menyelipkan kata adil dalam visinya, yang bisa disinggung pada debat terakhir nanti karena berhubungan dengan inklusivitas.

Mengerucut pada misi, masing-masing calon memilik gagasan yang baik khususnya pada pendidikan, kesehatan, serta kesejahteraan sosial, yang merupakan salah satu dari fokus saya sebagai orang tua. Seperti paslon satu yang merumuskan bidang tersebut dalam misi kelima, Mewujudkan Manusia Indonesia yang Sehat, Cerdas, Produktif, Berakhlak, dan Berbudaya. Paslon kedua, menuangkannya dalam misi keempat yaitu Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas. Misi paslon ketiga yang berkaitan dengan pendidikan dan kesehatan, ada pada misi pertama dan kedua yaitu Mempercepat Pembangunan Manusia Indonesia Unggul yang Berkualitas, Produktif, dan Berkepribadian dan Mempercepat Penguasaan Sains dan Teknologi Melalui Percepatan Riset dan Inovasi (R&I) Berdikari.

Misi kelima paslon satu dijabarkan dalam tujuh belas agenda, yang diantaranya menyebutkan tentang layanan kesehatan, vaksin dan obat yang terjangkau, kesehatan ibu bayi dan tumbuh kembang anak, kesehatan mental, serta kesejahteraan tenaga pendidik dan biaya terjangkau untuk pendidikan, dsb. Paslon kedua merinci misinya tersebut dalam program-program seperti makan siang dan susu gratis di sekolah, pembangunan RS lengkap berkualitas juga sekolah unggul terintregasi di kabupaten, meningkatkan dana riset dan inovasi, dsb. Dan paslon ketiga mengusulkan pemeriksaan kesehatan menyeluruh catin, revolusi menu makanan berbasis pangan lokal, meningkatkan layanan juga sarana prasana kesehatan, peningkatan kualitas tenaga kesehatan dan pendidikan, memperkuat pendidikan mental rohani, dsb. 

Bagaimana, sudah cukup jelas? Jika belum, kita sama. Ya namanya juga visi misi, sifatnya seringkali normatif saja. Tapi penjelasan untuk masing-masing visi tersebut ada dalam berkas setiap paslon. Lengkapnya rencana mereka seperti apa bisa kita lihat didalam berkas tersebut. Kembali lagi, narasi tersebut tidak bisa benar-benar kita percaya akan mereka kerjakan dalam lima tahun masa kepemimpinan, setidaknya apa yang benar-benar penting bagi kita, bisa kita kawal dan tuntut untuk diwujudkan nantinya. Masih ada lembaga-lembaga lain, yang mudah-mudahan bisa kita percaya, turut melakukan pengawasan yang sama. Atau setidaknya kita bersama-sama sebagai rakyat, bisa melakukannya. 


Harapan yang Sebenarnya

Sebagai orang tua yang memiliki anak dengan masa penggunaan fasilitas negara lebih panjang terutama untuk pendidikan dan kesehatan, harapan warga pada umumnya cukup sederhana, yaitu bisa hidup aman tanpa mengkhawatirkan biaya kesehatan dan pendidikan, karena  terjamin oleh negara dengan layanan yang memang bisa dipercaya. Jika dirinci, saya mendukung untuk terwujudnya beberapa harapan ini:

  • Jaminan Layanan Kesehatan

Kita mengenal lembaga BPJS Kesehatan yang melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional yang diperuntukkan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang dari waktu ke waktub jumlah pesertanya terus meningkat hingga mencapai 95% pada Desember 2023 lalu. Bisa dibilang program ini berjalan dengan baik meski dengan banyak cacat yang perlu diperbaiki. 

Menurut saya, sistem rujukan yang diberlakukan memang sedikit merepotkan, tapi juga bukan masalah besar, dengan catatan semua faskes yang terkait memang bekerja sesuai dengan ketentuan. Tidak membuat administrasi yang berbelit, apalagi dengan layanan yang tidak ramah. Maka penting bagitenaga kesehatan untuk menguasai ilmu kesehatan serta memiliki keterampilan komunikasi yang baik sehingga juga bisa menenangkan pasien yang mempercayakan kesehatan pada mereka. 

Kualitas tenaga kesehatan juga perlu beriringan dengan jumlah yang memadai diseluruh wilayah Indonesia. Angka-angka perbandingan antara nakes dan warga di Indonesia khususnya di daerah luar Jawa cukup memprihatinkan dan mayoritas tidak sesuai dengan standar WHO. Idealnya jumlah dokter itu 1:1000  dengan penduduk, tapi nyatanya hanya mencapai 0,47:1000 untuk seluruh Indonesia. Ini perlu menjadi perhatian, karena dokter adalah elemen penting dalam kesehatan penduduk, bukan hanya gedung saja yang terus diperbanyak.  

Lainnya pada kesehatan, menurut saya adalah pembiasaan pola hidup sehat mulai dari menu makanan sehat yang digalakkan dalam berbagai program pemerintah, edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan dari lingkungan yang bersih, pencegahan dengan vaksin (yang mudah didapatkan dengan gratis atau biaya terjangkau),  pendampingan orang tua (bukan ibu saja) dari program kehamilan, serta dukungan bagi para orang tua untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak. 

  • Pendidikan yang Terjangkau

Sudah beberapa tahun ini, pemerintah telah mengelola dana yang didapat dari pajak warga menjadi fasilitas sekolah negeri gratis. Diseluruh Indonesia, peserta didik bisa mengakses pendidikan formal tersebut tanpa mengkhawatirkan biaya. Sayangnya, bagi sebagian kita, kualitas pendidikan tersebut masih belum sesuai dengan harapan. Diantaranya pada perbandingan jumlah guru dan murid yang tidak sesuai, fasilitas sekolah yang belum memadai, dan kualitas pengajaran yang belum terbukti berhasil meningkatkan kemampuan peserta didik. Apalagi beberapa kasus miris belakangan juga terjadi diarea sekolah.

Perlu diakui bahwa akses pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari kata merata. Ada sekelompok masyarakat yang menghendaki pendidikan lebih baik daripada sekedar yang ditawarkan sekolah negeri, tapi terkendala pada biaya yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tantangan global menuntut anak-anak ini untuk memiliki kemampuan adaptif, tangguh, melek teknologi, tanpa melupakan akar karakter kita sebagai bangsa yang bergotong royong, dermawan, dan peduli. Perlu kerja sama orang tua dan pihak sekolah untuk membentuk generasi hebat sesuai dengan cita-cita menuju Indonesia Emas 2045. 

Sejauh ini, pendidikan masih menjadi persoalan karena pendidikan yang ditawarkan pemerintah terlihat belum memenuhi standar yang diperlukan dalam menghadapi perkembangan teknologi dan akselerasi informasi. Anak-anak perlu oengajaran dari rumah untuk menanamkan nilai-nilai baik, membentuk karakter mereka, hingga siap nantinya diisi dengan berbagai pengetahuan yang sesuai dengan bidang yang mereka minati. Lagi-lagi, ini juga dimulai dari kesiapan pasangan orang tua menjadi teladan dan mendidik anak-anak. Bagaimana mungkin orang tua bisa mengajarkan jika mereka sibuk mencari uang demi memenuhi biaya sekolah nantinya. Ini dikembalikan pada penguatan peran negara dalam mnyediakan fasilitas pendidikan yang berkualitas, terjangkau, dan berorientasi pada anak sesuai tahap tumbuh kembang mereka.

Jika kita lebih jauh bicara tentang SDM, inklusi, kesejahteraan sosial, dan teknologi, sebenarnya semua gagasan akan saling berkaitan. Sama seperti mendidik anak, yang harus kita mulai dengan mendidik diri sendiri terlebih dahulu agar bisa menjadi teladan; mendidik bangsa juga berlaku demikian. Pejabat publik perlu melihat ke diri mereka masing-masing, apakah layak tampil dan menjadi percontohan bagi ratusan juta masyarakatnya? Jika pendidikan dan kesehatan dianggap penting, maka mulai dengan menerapkan gaya hidup sehat dan memamerkannya kepada rakyat. Makan olahan pangan lokal. Perlihatkan karakter yang sesuai dengan apa yang dibuat dalam gagasan. Rangkul minoritas. Tindak lanjut dengan tegas pelanggaran-pelanggan yang menyederai kesejahteraan sosial. 

Saya sebenarnya berusaha melepas diri dari ketergantungan pada negara, karena selama ini merasa berjuang mandiri saja. Coba lihat air yang diminum. Tapi ya tidak bisa juga seterusnya begitu, karena kita berhak kok. Tanpa paksaan, kan mereka memang orang yang 'mau-maunya' ngurusin kita, jadi sekalian kita tuntut maunya kita itu seperti apa.  Karena kadang apa yang mereka tawarkan itu bukan yang sebenarnya kita butuhkan atau inginkan. Tidak muluk seperti negara maju dengan penduduk sepersekian dari jumlah kita, tapi setidaknya dengan sumber daya yang jauh kali lipatnya, kita harusnya juga bisa mendapatkan hak-hak dasar tanpa ditilap dimana-mana. Bisa merasa aman karena tahu pendidikan gratis yang mengurangi kekhawatiran bagaimana anak bisa memperbaiki kualitas hidup mereka, yang tidak perlu pusing bagaimana saat sakit karena tinggal pergi berobat saja, yang tidak takut menampakkan diri karena meski minoritas tapi kita tetap diterima dengan tangan terbuka. 

Jadi, gunakan segala akses yang ada untuk mencari tahu mana yang paling sesuai dengan kita. Salah satunya melalui website bijakmemilih.id yang cukup kompatibel untuk kita melihat berkas yang disematkan masing-masing paslon lengkap dengan rekam jejak mereka dan partai pengusungnya. Semoga dalam kurun waktu dua mingguan ini kita sudah menentukan pilihan dari beberapa kandidat yang tidak sempurna tersebut. Semoga bisa mendukung kita mendapatakan kehidupan khususnya kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.



Salam, Nasha

Jika kita lihat sekilas genrenya, Welcome to Samdal-Ri ini tergolong drama, romansa, juga komedi romantis. Namun setelah menamatkannya, genre-genre itu tidak bisa mewakili keseluruhan kisah serial ini. Begitupun jika kita menganggap ini hanya kisah antara Cho Yong Pil (Ji Chang Wook) dan Cho Sam Dal (Shin Hye Shin), karena lebih dari itu, ada para warga kampung Samdalri didalamnya dengan peran masing-masing. Setelah tayang keenambelas episodenya di Netflix minggu lalu, drama ini berhasil mengisahkan tentang bagaimana hidup yang beranjak dari luka dan kuat bersama orang-orang yang ada di sekeliling kita. Really worth to watch on your weekend!


Pengenalan Tokoh dan Latar Belakang

Tayang di netflix setiap weekend, drama ini terus berada di Top 10 Serial TV sejak awal tayangnya sepanjang enam belas episode tersebut, dengan rating tertinggi di episode terakhir yang menembus angka 12%. Bisa dikatakan endingnya cukup memuaskan.

Welcome to Samdal-Ri berlatar belakang kehidupan warga di Desa Samdal-Ri di Pulau Jeju dengan kisah berpusat di Cho Sam Dal dan Cho Yong Pil, bersama dengan ktiga sahabat mereka, dan keluarga mereka masing-masing. Lahir dihari yang sama dan tinggal berdekatan, membuat Sam Dal dan Yong Pil sudah tak terpisahkan sejak mereka masih anak-anak. Hingga mereka dewasa dan memutuskan untuk merantau ke Seoul, mereka bersepakat untuk mengubah hubungan persahabatan itu menjadi hubungan asmara. Beberapa waktu hubungan itu berjalan seperti hubungan asmara pada umumnya, hingga suatu ketika hubungan itu kandas tiba-tiba. Tidak ada yang tahu pasti alasannya. Warga desa berspekulasi bahwa Sam Dal memustuskan Yong Pil karena ingin melanjutkan sekolah ke luar negeri. Sedangkan adik kakak Sam Dal tahu bahwa Yong Pil lah yang memustuskan hubungan mereka berdua.

Konflik bermula ketika Sam Dal, yang telah sukses menjadi fotografer tenar di Seoul terjerat kasus perundungan terhadap asistennya. Bagaimanapun ia berusaha menyangkal, publik tidak berpihak kepadanya. Karena tidak sanggup menghadapi tekanan publik dan kejaran wartawan di Seoul, ia berserta kakak dan adiknya yang juga ikut terpublikasikan, memutuskan untuk pindah ke rumah mereka di Desa Samdalri, Jeju, setelah delapan tahun tidak pernah pulang.

Dari sinilah cerita terus bergulir, dengan bertemunya Sam Dal dengan Yong Pil, orang yang paling ia hindari. Kemudian ia juga harus bertemu kembali dengan sahabat yang tak sanggup ia hubungi, Bu Sang Do, Oh Gyeong Tae, dan Cha Eun Woo yang dulu pernah sama-sama pernah merantau ke Seoul tapi pulang dan melanjutkan hidup di Jeju. Satu per satu potongan cerita mulai terungkap kebenarannya, mulai dari alasan Sam Dal dan Yong Pil putus padahal terlihat masih sama-sama menyukai satu sama lain, hubungan orang tua keduanya, hingga kehidupan haenyeo (wanita penyelam) di desa tersebut.


Sebenarnya, saya mengawali tontanan ini tanpa ekspektasi apa-apa, hanya ingin menikmati hiburan yang tidak terlalu 'berat.' Kehadiran Ji Chang Wook yang tidak perlu diragukan lagi kualitas perannya jadi nilai tambah juga. Apalagi dengan latar belakang kehidupan di pesisir pantai, visualnya pasti memanjakan mata. Tapi diluar dugaan, drama ini punya potongan pelajaran yang berhasil diperlihatkan pelan-pelan selagi kita menikmatinya.


Nilai-nilai Cerita

Mungkin saat membaca sinopsisnya kita akan berpikir bahwa serial ini adalah tentang romansa lama yang bersemi kembali antara Cho Yong Pil dan Cho Sam Dal, tapi menurut saya inti ceritanya justru bukan pada mereka, tapi pada orang tuanya. Ibu Yong Pil dan Sam Dal adalah dua sahabat yang sama-sama bernama Mi Ja dan sama-sama bekerja sebagai haenyeo, wanita penyelam yang menangkap hasil laut untuk diperjual belikan. Di Korea sendiri, haenyeo telah menjadi mata pencaharian seelama ratusan tahun, khususnya di Jeju sehingga dikategorikan sebagai warisan budaya tak benda kemanusiaan. Keselamatan mereka bergantung pada alat keselamatan sederhana dan perkiraan cuaca.

  • Berdamai dengan Duka

Disaat Yong Pil dan Sam Dal duduk di bangku SMA, ibu Yong Pil yang menyelam bersama ibu Sam Dal tewas dilaut saat sedang melaksanakan pekerjaannya sebagai haenyeo. Sebagian orang menyayangkan peringatan cuaca yang tidak konkrit, sebagian lagi menyalahkan ibu Sam Dal karena ialah yang bersikeras menyelam ditengah kondisi cuaca yang tampak tidak biasa. Sejak saat inilah, hubungan kedua keluarga yang biasanya sangat akrab menjadi renggang dari waktu ke waktu. Inilah yang menjadi pemicu bagaimana hubungan mereka setelah dewasa tersebut berjalan. Ayah Yong Pil, tidak bisa merelakan kepergian istrinya. Puluhan tahun ia hidup dengan menyimpan dendam pada ibu Sam Dal. Ia bahkan memohon pada Sam Dal untuk menyudahi hubungannya dengan Yong Pil. Ia terus menyalahkan ibu Sam Dal atas kepergian istrinya. Tidak pernah mau bertegur sapa, tidak mau terlibat sama sekali, benar-benar hidup dalam kebencian karena menganggap memaafkan sama dengan melupakan. 

Saya menikmati duka yang pelan-pelan dikuak dari tokoh ayah Yong Pil ini. Ada perasaan sebal, ada sedih, ada juga iba bagaimana seorang yang berduka bisa begitu menderitanya. Tapi ini juga mengingatkan kita bahwa jangan sampai kita terlalu fokus pada derita kita sendiri hingga lupa pada orang-orang disekeliling kita yang masih ada, yang mungkin sama-sama berdukanya. Selain ia sebagai suami yang ditinggalkan, ada juga Yong Pil yang kehilangan ibunya, ada Ko Mi Ja yang ditinggalkan sahabatnya. Mereka sama-sama berduka, tapi memprosesnya dengan cara berbeda. Mereka melanjutkan hidup bukan karena tidak bersedih, tapi mereka hanya mencoba untuk tetap kuat dan tegar menerima kehilangan.

Patah hati juga saat Yong Pil mengutarakan bahwa ia selama ini juga menderita, memendamnya dalam diam, karena menganggap ayahnya tidak peduli akan perasaannya, karena ayahnya hanya sibuk meratapi dukanya sendiri. Ini bisa jadi pelajaran untuk kita juga, untuk mengungkapkan saja apa yang kita rasakan. Mungkin seperti ayah Yong Pil, ada orang yang perlu disadarkan dengan diperlihatkan juga luka yang orang lain punya, mungkin ia akan paham jika tahu bahwa ia tidak berduka sendiri, bahwa kita bisa saja berduka bersama-sama, dan itu bisa menjadikan kita lebih kuat menerima kenyataan yang ada. 

  • Bangkit Setelah Terjatuh

Kejatuhan karir Sam Dal yang tiba-tiba sedikit banyak menyadarkan kita tentang kemungkinan kehilangan apa yang sudah susah payah dibangun dalam sekejap. Segala kerja keras yang diupayakan, runtuh karena kejadian yang tidak terduga. Ini cukup menyadarkan juga bagaimana sentimen negatif dan komentar publik bisa berdampak begitu besarnya. Jika tidak berhati-hati bisa jadi kita menjadi salah satu pengguna yang terbawa arus, ikut-ikutan meninggalkan komentar negatif pada orang lain, tanpa tahu kejadian sebenarnya. 

Namun yang lebih berkesan justru adalah bagaimana Sam Dal mengatasi hal tersebut. Ia melakukan apa yang bisa ia lakukan, ia menyanggah, walaupun tidak ada yang mendengarkan pembelaannya kala itu. Ia tetap mendatangi mantan asistennya tersebut. Hingga akhirnya pulang ke Jeju pun, ia tetap mencoba untuk bangkit kembali. 

Begitu juga dengan Yong Pil yang memutuskan untuk bekerja memperkirakan cuaca sejak insiden yang menimpa ibunya. Ia menjadi pegawai yang begitu cermat bekerja untuk melindungi orang-orang dikampungnya. Meskipun sering datang kesempatan untuknya melebarkan sayap karir, ia terus menolak karena ada hal lain yang ia perjuangkan. Selain itu, kegemarannya bernyanyi juga tetap disalurkan dalam berbagai acara masyarakat. Mungkin banyak yang menyayangkan keputusan Yong Pil karena menolak kesempatan keluar kampung, tapi sebenarnya jika kita tahu apa yang benar-benar kita inginkan dan bisa menikmati apa yang kita kerjakan, tidak masalah, tidak peduli bagaimana orang lain memandangnya.

  • Orang-orangku

Pada akhirnya, ini juga kisah tentang orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kita. Bagaimana mereka telah membantu kita menapaki kehidupan yang tidak selalu mulus ini, bagaimana mereka bersedia repot-repot membantu kita menghadapi permasalahan. Adegan yang cukup mengharukan saat warga desa ikut pusing berdiskusi dan bekerja sama untuk membantu Sam Dal menghadapi wartawan yang sampai ke Samdal-Ri. Termasuk para sahabat yang meskipun sebelumnya delapan tahun tidak berhubungan, tapi tetap kompak saling membantu. Hingga bagaimana ketiga kakak beradik ini bahkan Ha Yul yang masih belia mengkhawatirkan Ko Mi Ja. Ini memberi kita pesan bahwa kita tidak sendiri. Betapapun kuatnya kita dan kerasnya kita berusaha sendiri, kita tetaplah butuh bantuan. It takes a village to raise a dragon. 

Untuk hubungan orang tua dan anak, kita bisa berkaca pada hubungan Ha Yul dan ibunya Hae Dal, hubungan ibu Ko Mi Ja dan Sam Dal, serta hubungan Yong Pil dan ayahnya, Sang Tae. Bahwa anak akan tumbuh melihat bagaimana orang tuanya. Yong Pil menahan deritanya sendiri dan hidup untuk menjaga orang lain, karena ia melihat bahwa ayahnya juga berduka sendiri dan menahan diri untuk berbahagia. Sam Dal jadi ikut hidup dalam perasaan bersalah, karena ibunya hidup dalam penyesalan karena merasa bersalah atas kematian sahabatnya yang juga adalah ibu Yong Pil. Terakhir, Ha Yul yang bercita-cita ingin menjadi perenang karena ingin meneruskan impian ibunya yang pupus karena mengandung dirinya. Ia melihat selama ini ibunya terus menomorsatukan dirinya sehingga ia berbuat hal yang sama. Disadari atau tidak, anak akan meniru orang tuanya, maka hal terbaik yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah berbahagia dengan diri sendiri dulu, karena kitalah yang paling tahu apa yang membuat kita bahagia. 

Sesuai dengan tema yang diangkat Sam Dal dalam pameran debutnya, ada orang-orang yang ada disekeliling kita, yang tetap ada tidak peduli bagaimana keadaan kita. Keterpurukan mungkin momen yang tidak menyenangkan, tapi disini kita bisa melihat siapa yang pergi meninggalkan dan siapa yang benar-benar hadir dan siap untuk kita repotkan. Mereka yang benar-benar percaya siapa kita sebenarnya. Mungkin perlu waktu yang tepat untuk kita menyadari bahwa kita begitu diberkati dengan hadirnya orang-orang ini.


Serial ini diakhiri dengan penutup yang memuaskan bagi hampir seluruh tokohnya, setidaknya memuaskan bagi kita yang menonton, karena alurnya mungkin sudah hampir bisa ditebak dan  masing-masing karakter tokohnya yang cukup masuk akal. Para tokohnya menjalani kehidupan yang lebih baik. Jadi ini memang cocok untuk mereka yang mencari tayangan tanpa rumit-rumit memikirkan jalan cerita, yang ingin visual indah, yang menghibur, tapi tetap ada makna. Tanpa ada adegan dengan tense tinggi dan konflik yang dramatis, serial ini memang layak ditonton di akhir pekan, dan dinikmati perlahan-lahan. Selamat menyaksikan!



Salam, Nasha

Bagaimana perjalanan mingu-minggu awal tahun ini? Berjalan sesuai yang kamu mau? Atau seperti aku, tiba-tiba muncul kejutan yang ada-ada saja? Tidak apa, sama seperti yang sudah lewat sebelumnya, kali ini kamu juga akan bertahan.

Mungkin kamu sempat bertanya-tanya, sedih, bingung, sempat berang juga, kenapa aku lagi sih? Bagaimana mungkin aku mendapat seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan yang terus bergaung dikepala, tapi tidak juga kamu temukan jawabannya. Mungkin karena memang tidak pernah ada jawaban, hanya perlu kamu terima dan lakukan.

Ingat kan, kalau kita hanya diminta berjalan bukan sampai di tujuan? Berusaha saja, hasilnya tinggal serahkan? Mungkin kejutan-kejutan tidak mengenakkan itu datang bukan untuk kamu selesaikan, hanya untuk kamu kerjakan. Menguji sejauh mana kamu akan bertahan. Sejauh mana kamu akan tetap melakukan hal-hal benar, meskipun ternyata hasilnya tidak sesuai dugaan. Iya, kadang terasa menyesakkan, bagaimana hasil terasa mengkhianati usaha. Tapi tidak, sekali-kali usahamu tidak akan sia-sia.

Tujuan yang sudah kamu tetapkan sejak lama atau baru kamu tahun ini kamu tetapkan, sudah tergambar rapi dikepala bahkan juga buku agenda. Tampaknya ini menjadi waktu yang tepat untuk melihat-lihat ke belakang dan ke depan. Kadang membuatmu terharu dengan apa yang sudah ada di tangan, meski lebih seringnya membuatmu ingin berlari lebih kencang, sesegera mungkin meraih apa yang masih jadi angan.

Dalam pelarian itu, mungkin pernah terbersit pertanyaan bagimu, kenapa masih belum sampai juga? kenapa lama sekali harus aku berlari. Sentakan yang menurunkan semangatmu. Namun, kamu teringat pada orang-orang yang ingin kamu bahagiakan, kamu jadi bersemangat lagi. Tak lama, datang kendala yang menyirnakan semangat itu. Lalu kamu teringat lagi kemungkinan indahnya tempat sesampainya disana, jadinya kamu bersemangat lagi. Begitu naik turun terjadi biasanya. Tidak apa, naik turun hasratmu itu tidak berarti apa-apa, selain bahwa kamu hanya manusia biasa. Makhluk yang diciptakan dan diminta terus bersabar dalam upaya. Bertahanlah, jika tidak kuat kamu berlari, cobalah berjalan. Jika berjalan juga terlalu melelahkan, istirahatlah barang sebentar. 

Sembari berjeda, coba lihat kiri dan kanan. Bukankah tempat yang saat ini kamu huni, adalah apa yang dulu pernah ada dalam mimpi? Bawaan yang kini menyertai, pernah ada dalam daftar yang kamu ingini. Tidak terasa, namun kamu sedang menjalani impian yang dirimu dulu pernah dambakan.

Sebelum kamu lanjut berlari, izinkan aku mengingatkan bahwa untuk sampai ke garis tujuan tidak hanya butuh lari yang kencang, tapi ada sejumlah faktor penentu lainnya. Bisa jadi asupan makanan, sorak sorai penonton yang menguatkan, sepatu, jalanan, juga cuaca. Ada yang bisa kamu ukur, separuh lainnya tidak. Banyak perkara yang tidak bisa kamu kendalikan rupanya. Tidak apa, terus bergerak saja, buat dirimu bangga dengan mengerahkan seluruh upaya. Urusan sudah sampai atau belum, itu bukan bagian dari rencana kerja. 

Teruslah melihat pada titik yang memang kamu inginkan. Titik yang kamu sendiri tentukan, bukan titik yang berbondong orang mengejar. Kamu yang tau mengapa kamu ke sana, kamu yang tahu itu ada di mana, hanya kamu yang tahu dan mengerti. Teruslah berlari. Lanjutkanlah apa yang kamu usahakan. Asal tidak lupa kamu perhatikan diri, tidak lupa apresiasi setiap hari bahwa kamu sudah bergerak dengan seluruh energi. Ingatlah, bahwa ada seorang teman yang mendoakanmu dari kejauhan, semoga kamu bisa menemukan kegembiraan dalam setiap keadaan, dan semoga kamu bisa tetap berbahagia dalam upayamu mencapai tujuan. 


Dari aku, yang hingga kini masih mengais serpihan bahagia


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (21)
    • ►  Mei 2025 (2)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ▼  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ▼  Januari 2024 (3)
      • Harapan Orang Tua pada Pendidikan, Kesehatan, hing...
      • Welcome to Samdal-Ri: Kisah Hangat dari Jeju, Aku ...
      • Untukmu yang Sedang Berupaya, Dari Teman yang Meng...
  • ►  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ►  Oktober 2023 (10)
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ►  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes