• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Merasakan emosi yang sangat kuat, seperti sangat khawatir, sangat sedih, overthinking, juga sangat waspada terhadap kejadian tertentu, bisa jadi itu pertanda trauma. Aku saking gak jelasnya yang dirasakan, dan punya ciri-ciri mirip dengan yang aku sebut diatas sempat berpikir apa aku trauma ya? Tapi trauma kenapa? Definisi trauma itu cukup mengerikan, dari apa yang aku temui dari hasil berselancar di internet. 

Apapun definisinya, kali ini aku ingin menghadapi diriku sendiri sembari menjajaki apa yang terjadi pada aku dan masa laluku. 

Photo by Monstera in Pexels

Contoh Kasusku

Salah satu hal yang sejak dulu ingin aku taklukkan adalah nyetir mobil sendiri. Aku sudah dua kali ganti SIM A, pernah ikut kursus mobil dulu diusia legal punya KTP. Terus gak pernah nyetir mobil sendiri, karena entah kenapa sejak dulu mama gak pernah izin. Gak usahlah, kamu disupirin terus aja, katanya. Aku yang gak nekat-nekat amat yaudah juga. Toh, masih banyak opsi lain, nebeng sama teman misalkan. Jelas aku juga tidak diizinkan bawa motor sendiri.

Sampai suatu waktu, aku mempertanyakan apa ya yang bikin aku kok gak maju-maju buat mulai nyetir ini. Kan aku udah bisa. Aku pingin hadapi lah segala rasa yang ada itu, karena aku sering sampai kebawa mimpi. Biasanya ceritanya aku lagi nyetir terus ada aja kejadian aneh gara-gara keteledoranku. Jangan sampai yang mengerikan deh, tapi tetap aja duh, buah overthinking nih. Akhirnya, berbuah restu suami dan orang tua, dimulailah cerita aku dibalik kemudi.

Apakah setelah itu lancar jaya? Tentu nggak. Karena ada aja kecelakaan kecil yang aku alami. Iya, kecil. Jangan sampai yang besar. Apalagi yang sampai berhubungan sama orang, naudzubillah. Aku nabrak tembok jalan lah, aku nyerempet tiang parkiranlah, aku ngeluarin mobil susah payah sampai diomelin kang parkir lah. Kadang aku masih overthinking malam hari dengan ada mimpi, atau tiba-tiba deg-degan gak jelas pagi harinya. Tapi karena ini nyetir dan bisa berbahaya, jadi aku pastikan dulu aku bisa tenang sebelum jalan, kalau nggak ya cari opsi transportasi lain. Kalau gak membahayakan sih, menurutku kita perlu pelan-pelan secara berkala menghadapi ketakutan itu ya. 

Masalahnya kenapa aku sampai sebegitunya. Aku tidak merasa punya trauma apapun dengan kecelakaan mobil. Aku pernah jadi penumpang saat mobilku tabrakan, dua kali yang aku ingat, saat masih sekolah. Keduanya gak melukaiku, memang cukup bikin rusak mobil sih. Tentang perasaanku kala itu, hanya kaget, bingung, dan yasudah, kami menyudahi keduanya di kantor polisi. Aku kembali seperti biasa. Kalau menyaksikan kecelakaan sepertinya lebih banyak, tapi semua sepertinya berhenti sampai disitu. Aku melanjutkan apa yang aku kerjakan.  

Aku tidak tahu dengan pasti apakah aku memang alamiah memiliki ketakutan atau kecemasan berlebih, atau apa yang pernah aku alami cukup mempengaruhiku, atau kombinasi keduanya. Sekarang yg aku pahami adalah pertama, mungkin ini alasan kenapa ada batas usia untuk pemegang SIM dan kenapa ada psikotest untuk mendapatkannya (walaupun test nya rada-rada ya). Kedua, untuk aku, cerita perjalanan menyetir bisa menjadi refleksi dari perjalanan mentalku, lebih dari kemampuan menyetir itu sendiri.

Photo by Andrea Piacquadio in Pexels

Pelajarannya

Apa yang ingin aku sampaikan dengan cerita ini adalah bisa jadi kita punya trauma atau kesan mendalam atas kejadian yang kita lalui. Tidak perlu hal mengerikan, hal sepele yang membuat ritme jantung jadi berlari lebih kencang daripada biasanya. Mungkin kita hanya perlu mengungkapkan, menceritakan, seperti yang coba aku lakukan sekarang, bertanya keadaan pada orang yang mengalami atau ke diri sendiri, dan mengatakan tidak apa, semua akan baik-baik saja. Kejadian yang telah terjadi tidak mendefiniskan diri kita, tidak menentukan apa yang akan kita lakukan dihari yang akan datang. 

Selain itu, dari beberapa artikel kesehatan yang aku baca, perasaan yang kita miliki itu perlu kita terima sebagai hal yang valid. Entah merasa takut, cemas, khawatir, jantung berdebar, hingga mual. Tekanan itu disadari dan perlahan kita terima pelan-pelan. Jika itu menyangkut suatu hal, kita bisa melakukannya dengan cara berikut:

- Tenangkan diri 

Menenangkan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara sederhana, diantaranya menarik nafas dalam-dalam, minum air putih dengan perlahan, atau jalan kaki. Alihkan energi dari tekanan itu ke aktivitas lain. Atau coba tips mengatasi overthinking dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ dengan mengaktifkan indra, sebut apa yang dilihat, apa yang didengar, bau yang tercium, apa yang diraba.

- Hadapi rasa itu

Jika takut, latihan untuk menghadapinya. Jangan terus-terusan menghindar. Ukur resikonya, lalu kerjakan, hadapi. Mungkin akan terasa sulit awalnya tapi akan berkurang seiring frekensi dihadapi. Pelan-pelan tidak apa, selangkah demi selangkah.

- Pikirkan bagian positif

Biasanya ketakutan terjadi karena bayangan hal buruk yang mungkin terjadi. Cari tahu data persentase kemungkinan buruk terjadi mungkin akan membantu. Lalu, lakukan tindakan pencegahan agar hal buruk yang ditakutkan tidak kejadian. Saat rasa itu kuat menekan, coba bayangkan hal-hal baik, yang indah, yang bisa menenangkan, agar tidak terus menambah kepanikan. 

- Rutinitas hidup sehat dan teratur

Bagaimanapun kebiasaan berupa pola makan gizi seimbang, cukup istirahat, dan berolahraga akan membantu keseimbangan hormonal di tubuh yang juga bisa membentuk diri yang tenang. Hal baik yang kita konsumsi akan menghasilkan hal baik, dan energi yang disalurkan juga baik akan membantu pikiran agar bisa lebih bijaksana.

- Berserah

The last but not least adalah menyadari kalau tidak ada yang bisa benar-benar kita kendalikan. Menyadari bahwa kita bisa berupaya dan terus berdoa, apa yang terjadi sesudahnya tidak bisa kita kendalikan. Sama juga dengan ketika dirasa upaya kita terbentur dengan ketidaktahuan, ketidakmapuan, boleh kok minta tolong profesional. Bahkan konsultasi untuk perasaan juga gak masalah kan, apapun yang kita rasakan.

Photo by Карина Каржавина in Pexels

Sebagai ibu, ini juga reminder buatku untuk bertanya ke anak-anak juga orang dewasa (termasuk suami sendiri), kamu gimana? bagaimana perasaanmu? Untuk sering-sering berkomunikasi dan bisa saling terbuka. Karena aku gak akan tau, kejadian mana yang akan anak-anak ini ingat dan apa yang mereka rasakan tentang itu. Aku juga gak bisa pastikan bagaimana semua yang terjadi saat ini akan berpengaruh pada mereka nantinya. 

Jangan lupa, apapun yang kamu rasakan, yang aku rasakan, adalah valid. Tidak bisa diganggu gugat dengan perasaan orang lain. Kalau kamu merasa takut, ya memang itu menakutkan buatmu. Begitu juga saat kamu merasa gembira, itu memang hal yang menggembirakan kamu. Bagaimana kita menangani perasaan itu kan yang penting. Saat takut, jangan sampai menghalangi kita melakukan. Saat kesal, jangan sampai menyakiti. Bukan perasaan yang perlu dikendalikan, tapi apa yang kita lakukan.



Salam, Nasha


Referensi:

https://www.helpguide.org/articles/ptsd-trauma/coping-with-emotional-and-psychological-trauma.htm

https://www.wikihow.com/Overcome-Trauma

https://www.mentalhealth.org.uk/explore-mental-health/publications/how-overcome-fear-and-anxiety

https://www.alodokter.com/segera-tanggulangi-trauma-sekarang-juga

https://www.halodoc.com/artikel/kenali-lebih-dalam-soal-trauma-dan-cara-mengatasinya

Makin hari makin kesini, makin kuat kebutuhan kita sebagai orang tua untuk menerapkan pola hidup sehat ke anak. Penyakit yang makin banyak jenisnya, anak yang semakin rentan, dan gaya hidup yang makin luas ragamnya. Ada yang saking gak mikirnya ngasih minuman sachet ke anak yang belum umur setahun, ada juga yang merasa sehat banget sampai balitanya ikutan diet vegan juga. Keduanya sama gak tepat dan sama berbahayanya. Batas sehat bagi anak itu tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Menerapkan pola makan sehat untuk anak itu ada ilmunya, ada caranya, dan itu berkembang terus. Menyontek isi piringku yang dikeluarkan Kemkes misalkan. Ketika aku sekolah dulu, makan itu tentang empat sehat lima sempurna. Sekarang judulnya, isi piringku. Disana dijelaskan tentang kebutuhan makan dan pedoman gizi seimbang lengkap, bisa baca disini

Nah, saat kita udah berniat untuk menerapkan pola yang sehat pada anak, masih saja ada kondisi yang membuat pelaksanaannya jadi lebih menantang. Mulai dari perbedaan cara dulu dan sekarang, aku bahas penyebabnya nanti. Sampai kenyataan kalau anak yang dijaga makannya terlihat jadi lebih gampang sakit saat makan sembarangan walaupun hanya sedikit. 

 

Photo by RODNAE Productions in Pexels

Dulu Gak Begitu Gapapa

Komentar ini biasanya dimulai dari proses MPASI. Aku mulai MPASI saat lagi marak bubur nogulgar alias tanpa gula garam. Sebenarnya ini cukup ekstrem, karena secara medis penggunaan gula dan garam untuk bayi itu diperbolehkan, namun dalam batas yang ditentukan. Misalkan untuk anak dibawah dua tahun, dalam sehari hanya diperbolehkan maksimal 25gram sehari serta garam 2gram/ 0.8gram sodium. Gula dan garam tidak hanya didapat dari tambahan gula atau garam yang kita masukkan ke makanan ya. Tapi dari nasi sendiri juga sudah mengandung gula dan garam tanpa perlu ditambahkan lagi. 

Perkara menu juga sempat diperdebatkan, karena ada aja yang begini, kamu dikasih pisang doang tuh dulu gapapa. Sekarang kembali diingatkan bahwa anak perlu banyak nutrisi dari beragam makanan, maka dari itu makanannya harus menu lengkap yang terdiri dari karbo, protein, lemak, juga vitamin dan mineral. Nasi lauk sayuran lah, dengan porsi yang disesuaikan. Usia pemberian makan juga berulang kali dijelaskan, enam bulan ya atau sesuai anjuran dokter tiap anak.

Bukan hanya perkara MPASI, makanan dewasa juga ada banyak komentar. Seputar gula garam aja, dulu penambahannya pada masakan adalah hal yang sangat wajar, makin kesini diketahui kalau gula garam itu perlu diminimalisir. Karena banyak resiko penyakit akibat penggunaan gula garam berlebihan, hipertensi atau diabetes misalkan. Selain itu, pola diet yang beragam juga membuat banyak batasan dan pantangan, yang orang dulu gak paham karena ilmunya memang belum sampai sana. Mana paham dulu kalau ternyata tubuh perlu probiotik, makan ya makan aja. 

Prioritasnya sudah jauh berbeda, proses dan perkembangan ilmu juga sudah jauh majunya, maka kalau ada perbedaan dulu dan sekarang ya bagus dong, artinya ada kemajuan. Jadi tidak usah gentar dengan, dulu gak begini atau dulu begitu tapi gapapa. Pelajari dari sumber yang jelas, jangan asal comot info di grup WA atau instagram, lalu pahami penjelasannya. Kalau ada yang kurang jelas bisa konsultasi, baru deh maju terus.

Photo by Alex Green in Pexels

Makan Sembarangan Jadi Lebih Kuat

Ini cukup menyebalkan sih, karena faktanya bisa terlihat begini. Anak yang dijaga makannya, sekalinya jajan sembarangan bisa langsung sakit. Kesannya mereka jadi lemah kan, padahal tidak begitu! 

Makan jajanan atau kemasan biasanya memiliki kadar gula dan garam yang tinggi. Coba cek label kemasannya terus baca sampai kolom gula dan garam (natrium/sodium). Penjelasan singkatnya adalah karena anak yang dijaga makannya memiliki tubuh yang lebih bersih, sekalinya masuk makanan ngasal dianggap kotoran, tentu tubuh akan bereaksi untuk mengeluarkan kotoran tersebut. Keseibangan tubuh terganggu. wajar dong ada reaksi. Bisa dengan diare, bisa dengan demam (sebagai sinyal ada yang tidak beres nih di tubuh), atau reaksi lainnya yang kesannya seperti penyakit. Padahal itu upaya tubuh untuk membersihkan lagi tubuh tersebut.

Nah, anak yang sudah terbiasa makan jajanan/kemasan dengan gula dan garam tinggi, alarm tubuhnya sudah tertutupi dengan hormon gembira yang didapat dari makanan tersebut. Hormon gembira ini diproduksi dengan kadar gula yang tinggi. Pemenuhan gula tinggi yang terus menerus begitu akan membuat tubuh semakin bergantung pada gula. Rasanya aneh kalau tidak konsumsi makanan tinggi gula (nasi, makanan manis). 

Jadi ini anggapan yang keliru. Penumpukan zat yang tidak baik dari makanan sembarangan justru punya efek jangka panjang yang lebih berbahaya. 


Mudah dan Murah

Aneka makanan olahan yang ditawarkan itu harganya murah dan mudah sekali didapatkan. Menyedihkannya, olahan makanan yang lebih sehat justru jarang dan harganya relatif lebih mahal. Tidak mengherankan kan, kalau anak-anak jadi lebih terpapar dengan makanan kemasan yang gak sehat itu?

Ambil contoh sederhana deh, cookies aja. Cemilan gluten yang dibuat dari tepung terigu harganya lebih murah dibanding cemilan non gluten dari pati kentang misalkan, kan? Meskipun bahan tambahan lainnya sama, bisa telur, susu, gula. Apalagi kalau cemilan non glutennya juga tanpa pemanis buatan, perisa sintetik, dan pengawet. Gulanya juga gula kelapa misalkan. Jadi makin tinggi deh harganya. Beda jauh dengan cookies yang dibuat dari tepung terigu, gula, perasa sintetik, coklat, gula lagi. 

Sampai sini berarti betul, ada harga ada kualitas. Tapi apakah yang berkualitas harus yang lebih mahal dan yang mahal pasti berkualitas? Tidak juga. Kita bisa mengolah makanan sendiri di rumah, alternatif paling logis yang bisa kita lakukan untuk menjaga makan anak. Makanan real food adalah pilihan paling tepat untuk dikonsumsi. Membuat menu lengkap sebagai makanan utama dan olahan cemilan untuk selingan. Jangan lupa utamakan pilih dari bahan lokal yang mudah didapat. Tidak perlu ikut tren, yang penting paham apa yang perlu dikonsumsi, dan pilih alternatif yang lebih sehatnya sesuai dengan anggaran masing-masing kita.

Photo by cottonbro studio in Pexels

Menerapkan pola hidup sehat  pada anak memang susah-susah gampang apalagi dengan lingkungan yang masih abai, jadi tantangan sendiri. Serbuan makanan murah dan cepat saji namun minim gizi juga seperti tidak ada habisnya. Menjaga makanan begini memang tidak mudah namun juga bukan tidak mungkin. Caranya coba langkah berikut:


1. Simak apa yang benar-benar perlu masuk tubuh

Kalau mau makan, coba sadari dulu ini untuk apa nih. Memang hal yang dibutuhkan tubuh apa nggak. Kalau lapar ya makan yang benar, bisa lihat grafis isi piringku dibawah ini. Kalau sekedar cemilan untuk isi waktu luang ya buat apa. Mungkin bisa diganti dengan makanan lain yang lebih sehat, buah misalkan. Olahan lain juga boleh kok, sadari dulu, baru terbuka pilihan-pilihan yang lebih disadari mudah-mudahan yang lebih sehat. Rasa gak familiar gapapa, nanti juga terbiasa.



2. Perhatikan label makanan

Kadang pernyataan di label makanan itu cukup lengkap. Misalkan makanan dan minuman dengan kandungan pemanis buatan biasanya tidak dianjurkan untuk anak dibawah lima tahun, ibu hamil, dan ibu menyusui. Hanya saja keterangan ini dibuat dengan huruf sangat kecil, di belakang kemasan, seperti tersembunyi. Kita saja yang harus lebih teliti sebagai konsumen.

Selain itu, perhatikan juga kandungan nilai gizi, udah melebihi batas konsumsi harian gak tuh kira-kira. Kalau berlebihan baiknya gimana, olahraga ditingkatkan misalnya. Tidak lupa, tabel komposisi. Baca apa aja yang akan dimakan, bahan apa aja yang bakal dimasukkan ke tubuh. Produsen bisa aja klaim produknya dengan lebih sehat, mengandung bahan alami tertentu, tapi cuma jadi bagian kecil ya agak percuma juga ya. Perhatikan tiga kandungan awal, itu adalah bahan terbanyak dari makanan tersebut. Kalau bahan awalnya adalah tepung terigu, berarti itu makanan isinya ya tepung, meskipun judulnya kacang. Atau klaim mi sehat dengan sayur, tapi kandungan utamanya juga terigu, dan bahan sayurnya di akhir paragraf serta kandungan natriumnya juga tinggi, ya belum jadi sehat juga, jangan terkecoh dulu sama klaimnya.

Opsi yang lebih sehat kadang tersedia untuk produk makanan tertentu, tapi rasanya jadi sedikit berbeda. Misalkan makanan dengan judul light, yang bisa dibilang rasanya jadi lebih hambar, mungkin karena garamnya dikurangi, bahan utamanya ditambahkan. Sama-sama belum kategori sehat, tapi yang light mendinganlah. Atau minuman light yang kadar gulanya jadi lebih sedikit. Mendingan. Dikurang-kurangi dulu gapapa.


3. Maju Tak Gentar

Terkahir, hal paling utama yang penting diingat adalah ini hidup kita, mereka anak-anak kita, menjadi tanggung jawab kita. Kalau sudah yakin dengan apa yang dipilih, ya jalan terus aja. Meskipun berbeda dari kebanyakan orang. Ingat, jalan yang ramai belum tentu jalan yang benar. Biarin juga deh dikomentarin sama orang. Gapapa kok gak selalu ikut-ikutan. Dilabel gak tahan banting karena sangat dijaga, yaudah biar. Kita kan emang bisanya mengusahakan sehat, nantinya akan tetap sehat apa nggak ya udah bukan urusan kita.

Photo by Mikhail Nilov in Pexels


Aku juga bukan orang yang terbiasa hidup sehat sebenarnya. Makan sayur juga baru dimulai saat hamil. Itupun dulu maunya cuma dijus supaya langsung glek cepat habis. Sekarang mulai makan tiap hari ada sayurnya meski porsinya masih belum selalu sesuai nih sama rekomenasi isi piringku. Buah juga belum utin harian sesuai. Mungkin karena pada dasarnya aku bukan orang yang pemakan ya, tapi biasa jajan. Biasa pingin coba-cobain ini itu. Nah, sekarang udah dikurang-kurangi banget jajannya, ditahan-tahan kalau lihat jajanan buat beli dan cobain, lebih sadar apa yang dimakan. Makanan kemasan dikurangi.

Begitu juga anak-anak ini, bukan berarti gak makan kemasan sama sekali, apalagi aku bukan yang rajin berkreasi dengan masakan juga. Tapi setidaknya, dipilih yang lebih baik diantara yang ada. Pnerapan ini tergantung lingkungan juga, karena aku belum sanggup strict all the time, sembari dijelaskan ke anak ini sehat ini cuma enak dilidah doang. Sounding aja terus, entah ngerti apa belum. Kadang ada yang nawarin jajanan tertentu (ayahnya salah satunya 😏) kadang bisa ditolak kadang ya diikuti juga sambil banyak-banyak doa 😂.Dan juga perhatikan jumlahnya, terus cari cara buat menetralisir lagi. 

Makan sehat buatku bukan berarti gak jajan sama sekali dan makan makanan rumahan terus, tapi memahami kebutuhan dan batasan konsumsi harian aja. Pingin sih benar-benar bersih dan sadar dengan pola makan sehatnya, tapi belum saat ini. Menuju kesana tapi perjalananku masih panjaaang. Semangat!


Salam, Nasha

"Semoga kamu menjadi orang hangat berhati lembut, seperti ayahmu, yang tidak sungkan mengungkap sayang."

Aku ingat kalimat itu pernah aku bisikkan pada bayiku dulu saat ia masih didalam kandungan, hanya kalimat singkat berupa gumaman di pagi hari ketika ayahnya akan berangkat bekerja.

Aku tahu aku bukanlah orang yang hangat, aku justru cenderung dingin dan sulit mengungkapkan ketulusan, berat sekali rasanya melakukan kontak fisik, yang sederhana sekalipun, mungkin itu kenapa aku melantunkan doa seperti itu. Sebagai manusia yang akhirnya jadi banyak belajar saat menjadi orang tua, aku juga belajar untuk bisa meluluhkan hatiku sendiri. Untuk bukan hanya menyebut sayang dalam suasana canda, namun juga benar-benar memaknainya. Memberi tahu orang lain bagaimana aku menyayangi mereka, bersyukurnya aku mereka ada didalam hidupku, serta melakukan kontak fisik yang diperlukan, bersalaman, berciuman, berpelukan, berkasih sayang sesama makhluk Tuhan.



Syukurnya, melakukan kontak fisik dengan anak adalah hal yang tidak sulit buatku, karena hal itu sudah dimulai sejak ia lahir, melalui dekapan pengenalan didada. Tak perlu aku menekan gengsi mengubah yang sudah terjadi. Mulai dari setia menggendong mereka sampai pada bobot yang tidak sanggup aku emban, lalu membiasakan salaman, menggenggam tangan, senantiasa menciumi, memeluk, memangku, juga bermain bersama.


Manfaat Kontak Fisik Orang Tua dan Anak

Ternyata, ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dari interaksi fisik antara orang tua dan anak, antara lain:

- Meningkatkan perasaan bahagia

Sentuhan yang baik atau disebut oleh kidsinspire sebagai sentuhan positif yang tepat, dapat mendorong tubuh memproduksi hormon serotonin dan oksitosin. Kedua hormon ini berperan dalam membantu proses penyembuhan, mengurangi kecemasan dan rasa kesepian.


- Menciptakan perasaan aman dan disayangi

Dengan sentuhan kasih sayang, anak bisa merasakan gelombang cinta dari orang disekelilingnya. Ia bisa merasa getaran ketenangan, sehingga ia bisa merasa aman. Perasaan itulah yang akan membantu anak untuk menjadi lebih tenang serta meningkatkan konsentrasi anak. 


- Meningkatkan kecerdasan anak

Dilansir dari laman exchangefamilycenter anak-anak yang mendapat lebih banyak sentuhan kasih sayang seperti pelukan memiliki otak yang berkembang lebih pesat dibanding anak yang mendapat sedikit sentuhan. Dikatakan bahwa semakin banyak pelukan yang anak dapat, semakin banyak pula otaknya berkembang. Disamping itu, indra peraba adalah indra pertama manusia yang berkembang, stimulasi didapat bayi sejak lahir dari kontak skin to skin, pelukan, hingga kecupan sayang. 



- Meningkatkan kesehatan jiwa dan raga

Anak yang merasa aman memiliki tubuh yang senantiasa memproduksi hormon oksitosin, hormon ini juga akan mendorong tubuh untuk memproduksi hormon pertumbuhan lainnya, misalkan insulin-1 yang membantu perkembangan tulang, jaringan lain, hingga pertumbuhan saraf. Hal ini berdampak pada pertumbuhan anak yang lebih optimal. Tubuh juga akan lebih kuat melawan penyakit yang mungkin masuk. Bukan hanya raga, dengan hormon tersebut, anak juga akan tampil lebih percaya diri dan berani melakukan sesuatu.

Untuk jangka panjang, interaksi fisik orang tua juga dapat mendukung perkembangan emosional anak. Saat kasus tantrum misalkan, gejolak emosi anak bisa dibantu dengan pelukan. Anak bukan dengan sengaja tantrum atau sengaja merusak hari kita, mereka hanya melampiaskan emosi dengan cara yang belum tepat, disinilah kita sebagai orang tua berperan untuk membantu mereka menghadapi luapan emosi tersebut, mengisyaratkan bahwa kita juga tetap hadir dikondisi yang tidak menyenangkan itu. Namun perlu diingat, anak bisa membedakan pelukan agresif yang mengekang mereka atau pelukan menenangkan yang membantu mereka.


- Memperkuat ikatan batin orang tua dan anak

Interaksi fisik yang tepat dapat menghangatkan hubungan, membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi lebih kuat. Hal ini dapat meningkatkan rasa percaya anak pada orang tua dan mengurangi ketakutannya, sehingga nantinya dapat memperlancar komunikasi antara orang tua dan anak. Anak juga jadi lebih mudah bekerja sama.

Dari lahir, anak sudah mengenal sentuhan, seiring berjalannya waktu pertumbuhan mereka akan mengubah bentuk sentuhan itu. Tapi tenang, hal itu tidak akan mengubah perasaan yang diterima anak melalui sentuhan tersebut. 


- Menjadi teladan yang penuh kasih

Perasaan yang diterima anak dan kebiasaan yang ia lihat setiap waktu, akan membentuk pribadi anak dikemudian hari. Ia belajar bagaimana bersikap, memperlakukan orang lain, dan mengungkapkan kasih sayang. Rasa aman dan nyaman yang ia dapat dari rutinitas sentuhan itu dapat membantunya mengendalikan diri, sehingga bisa mengurangi resiko anak terlibat pada hal yang negatif. Kasih sayang yang ia peroleh juga membuatnya dapat berbagi kasih pada orang lain.


Ayo Peluk Sekarang!



Memulai interaksi fisik dengan anak bisa kita lakukan dalam keseharian, seperti mengecup kening/ pipinya saat bangun tidur sembari membaca doa bersama. Saat akan berangkat sekolah atau bekerja, biasakan selalu berpamitan salim cium tangan cipika cipiki dengan saling mendoakan didalamnya. Sepulang sekolah/ bekerja sempatkan berkegiatan bersama, bermain, bisa juga melibatkan aktivitas fisik. Terakhir sebelum tidur. Luangkan waktu meski hanya sebentar untuk bertukar kabar saling bercerita tentang hari ini, bisa sambil rebahan berdesakan, berpelukan bersama.

Dalam waktu 'sibuk' kita, beri anak hak mereka, waktu berkualitas kita, yang hanya tidak seberapa dibanding 24 jam itu. Rutinitas sepele yang benar-benar penuh perhatian pada mereka. Setidaknya ciuman kita yang pertama mereka terima saat bangun tidur, dan pelukan mereka yang mengantarkan mereka saat hendak tidur. Bersama kasih kita, mereka mengawali dan mengakhiri hari. Ritual harian sederhana inilah yang akan terus dikenang anak hingga membangun kepribadian mereka kelak.

Semua manfaat baik ini bisa didapatkan hanya dari sentuhan yang diinginkan, yang diizinkan oleh anak, bukan dari sentuhan yang dipaksakan. Biasakan minta izin pada anak, agar ia paham bahwa tubuhnya adalah miliknya, yang tidak boleh sembarang disentuh oleh orang. Ia berhak dan punya otoritas atas tubuhnya sendiri. Ia boleh menolak dan perlu menolak sentuhan yang tidak pada tempatnya.

Berbicara tentang sentuhan boleh dan tidak boleh, sejak dini kita sebagai orang tua bisa mendidik anak untuk mampu menjaga dirinya, menjaga tubuhnya, khususnya dalam hal ini dari sentuhan yang merugikan, salah satunya dengan lagu berjudul "Ku Jaga Diriku" ini




Nah, gak bakal ragu lagi kan untuk memeluk anak? Yuk, peluk sekarang! 💙

Tulisanku tentang World Hugging Day juga bisa dibaca disini ya.

Referensi:

https://barisan.co/manfaat-luar-biasa-memeluk-dan-mencium-anak/#:~:text=Dikutip%20dari%20Jurnal%20Proceedings%20of,tegang%20dan%20tekanan%20darah%20tinggi.

https://www.kidsinspire.org.uk/blog/the-benefits-of-positive-touch#:~:text=Research%20has%20shown%20that%20positive,Improves%20social%20skills

https://www.exchangefamilycenter.org/exchange-family-center-blog/2020/4/2/the-science-behind-hugging-your-kids5-benefits-for-you-and-your-child#:~:text=Not%20only%20are%20hugs%20good,to%20end%20a%20temper%20tantrum.

Setelah membahas perjalanan skincare hingga tren yang berkembang saat ini disini, sekarang kita bahas tentang produknya, yuk! Isu kriris iklim menjadi salah satu isu penting yang tidak boleh dilewatkan para produsen skincare, itu juga kenapa sekarang tidak lagi sulit kita menemukan produk dengan berbagai klaim ramah bumi. Sebagai upaya kecil kepedulian bahwa apa yang kita konsumsi akan berdampak pada lingkungan. Dibawah ini beberapa merk produk lokal yang diklaim ramah lingkungan dengan produk yang sudah mengantongi sertifikat halal.

Photo by Karolina Grabowska in Pexels


1. Sensatia Botanicals

Sensatia Botanicals adalah produk kecantikan yang bermula dari produksi sabun mandi dari minyak kelapa, pada tahun 2000 di Desa Jasri, Karangasem, Bali. Saat ini memiliki offline store yang tersebar di Indonesia khususnya Jawa dan Bali, serta online store di berbagai platform. Komitmen Sensatia Botanicals dimulai dari pemilihan bahan baku dari alam yang didapat dengan kerja sama pada pihak yang berjalan dengan prinsip berkelanjutan, juga dengan menerima pengembalian botol kosong kemasannya untuk didaur ulang.

Dalam websitenya disebutkan bahwa setiap bahan baku dan produk Sensatia Botanicals telah mendapat sertifikasi halal dari Kementerian Agama RI. Selain itu, perusahaan telah mendapat sertifikasi GMP (Good Manufacturing Practice) dengan lebih dari 300 produknya sudah memiliki izin BPOM. Sensatia Botanicals ini menawarkan berbagai produk untuk beragam keperluan tubuh kamu. Mulai dari pembersih tubuh, paket perawatan wajah berdasarkan kondisinya, sampai produk perawatan kulit bayi. Bukan hanya dalam kemasan botol, beberapa produknya juga disediakan dalam kemasan pouch untuk isi ulang. 



2. Mineral Botanica

Sejak tahun 2015, Mineral Botanica hadir dengan semangat untuk mewariskan hal lebih baik bagi generasi selanjutnya. Perusahaan dimulai dengan ide menyatukan penggunaan mineral dan ekstrak tanaman dengan teknologi untuk menghasilkan produk yang bermanfaat, mudah digunakan, dan harganya terjangkau. 

Komitmen pada lingkungan dilakukan dengan menggunakan bahan yang bisa didaur ulang, tidak mengandung zat kimia berbahaya, dan tidak melakukan uji coba pada hewan. Produk-produknya pun sudah bersertfikat halal MUI sejak 2016 lalu. Bukan hanya perawatan kulit wajah, Mineral Botanica juga menyediakan produk kosmetik dengan klaim ramah lingkungan juga. 


3. NPure

NPure lahir pada 2017 dengan pesan "Pure Beauty in Natural Way" yang mendorong perempuan Indonesia untuk bisa tampil lebih percaya diri dengan kulit yang sehat cantik alami. Produk yang dihasilkan sudah mengantongi izin BPOM, halal, teruji secara klinis, dan tidak mengandung bahan berbahaya seperti paraben, alkohol, dan SLS.

Meskipun masih tergolong baru, NPure sudah berhasil mendapatkan beberapa penghargaan seperti Brand Choice Award for Health and Beauty serta meraih rekor MURI sebagai produk lokal pertama dengan daun utuh pada tiap kemasannya untuk Toner Centella Asiatica. Penghargaan tersebut memacu NPure untuk terus berinovasi dengan menggunakan bahan baku alami yang didapat langsung dari petani lokal, seperti kehadiran seri produk Marigold dan Noni Probiotics. Penjualan produk NPure gencar dilakukan melalui online store yang bisa menembus ratusan ribu produk setiap harinya. 

4. Indoganics

Brand Indoganics ini hadir pada 2015 dengan mengusung konsep clean beauty. Produk-produk yang dihasilkan, dibuat dari bahan alami terpilih dengan mempertimbangkan kebaikan tubuh dan lingkungan. Mereka benar-benar memperhatian bahan apa yang dimasukkan menjadi produk, untuk digunakan pada tubuh, dan berakhir di lingkungan nantinya. Bahkan mereka memiliki daftar bahan kimia yang tidak ada di dalam produk Indoganics ini. 

Karena menggunakan bahan-bahan alami tersebut, produk Indoganics aman digunakan mulai usia dua belas tahun. Dengan pilihan produk beragam mulai dari perawatan kulit wajah, kosmetik, hingga alat kecantikan. Tidak lupa sebagai upaya peduli lingkungan, Indoganics menawarkan beberapa produk yang multi fungsi.



5. SASC (Socially Aware Sexy Cosmetics)

SASC didirikan pada tahun 2017 yang bermula dari ide tentang bagaimana kecantikan mempengaruhi masyarakat dan lingkungan. Beauty With a Cause adalah semboyan SASC yang terus digaungkan agar produknya mampu membuat pengguna merasa lebih cantik dan berdaya. Selain itu SASC juga aktif melakukan donasi dari penjualannya untuk mendukung berbagai komunitas lokal khususnya perempuan dengan semboyan tersebut.

6. Runa Beauty

Runa diluncurkan pertama kali pada 2019 dengan prinsip utama adalah sustainability, dengan terus berinovasi membuat produk kecantikan yang efektif dan berkelanjutan. Menurut mereka, sustainability merupakan upaya yang harus terus dilakukan, bukan terbatas pada menggunakan bahan alami atau kemasan daur ulang saja, namun lebih dari itu, untuk memberi dampak baik pada apa yang dibuat. Terutama pada keseimbangan lingkungan, sosial, ekonomi, serta dampaknya pada diri sendiri dan bumi.

Dalam websitenya, Runa menjelaskan prinsip sustainable yang dijalankan mulai dari pemilihan bahan baku alami yang berkelanjutan dan efektif lalu melakukan uji coba. Mereka juga terus berupaya untuk melanggengkan kerja sama dengan produsen, pemasok, serta petani lokal yang independen. Daur ulang juga terus dilakukan, seperti pada bahan mentah yang diekstrak, dan juga kemasan yang digunakan. Sejak 2021, Runa tidak lagi menggunakan plastik sekali pakai, menggantinya dengan bahan yang mudah didaur ulang, dan sampai kini terus mencari alternatif kemasan yang lebih baik. Bahkan pewarna kemasan juga menggunakan kedelai, agar lebih ramah lingkungan. Dalam semua proses tersebut, juga tidak ada uji coba pada hewan. Hebatnya lagi, produk Runa sudah menggapai pasar internasional yaitu beauty sponge yang terbuat dari sabut kelapa, bahan yang selama ini hanya dianggap limbah. Selain sudah berizin BPOM, sebagian produknya juga sudah dicantumkan keterangan halal.

7. Klen and Kind

Jika brand sebelumnya fokus pada produk wajah, Klen and Kind memiliki produk untuk perawatan seluruh tubuh dengan berbagai bahan baku alami yang diekstrak langsung untuk mendapat manfaat terbaiknya. Berbagai minyak yang ditawarkan merupakan minyak esensial dari tumbuhan yang bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan tubuh.

Klen and Kind dimulai pada 2015 lalu dengan slogan "deliver natural and organics product to every doorstep," dengan Klen and Kind yang bermakna baik pada lingkungan dan bermanfaat untuh tubuh. Mulai dari bahan baku organik yang berkualitas dan kemasannya yang minim plastik.

 

8. The Bath Box

Bath Box juga menyediakan varian produk perawatan seluruh tubuh mulai dari wajah sampai perawatan rambut dari bahan alami. Sejak didirikan pada 2013 lalu, Bath and Box telah menjual beragam varian produknya di berbagai marketplace dan kadang juga menjual secara offline melalui bazar kecantikan ataupun event tertentu. Hampir semua produknya tidak menggunakan bahan pengawet, kecuali body lotion. Begitupun dengan fragrance, ada produk yang unscented, ada juga yang wangi disesuaikan dengan preferensi konsumen, Tapi tenang, fragrance yang digunakan aman karena tidak mengandung phatales dan nitro-musk.

Photo by Karolina Grabowska in Pexels

Sebagai informasi, label halal dikeluarkan untuk setiap produk bukan merk, maka dengan merk yang sama, ada produk yang jelas sudah bersertifikat halal, ada juga yang belum. Meskipun semua brand ini menggunakan bahan alami dari tanaman alias vegan friendly. Kalau mau lebih pasti lagi, kita bisa cek masing-masing produknya di website MUI, atau bisa tanya langsung juga akun sosial media brand tersebut. 

Nah, itu beberapa brand lokal yang menggunakan bahan alami dan berupaya untuk berbisnis sembari tetap menjaga lingkungan. Produk lokal juga berarti memberdayakan masyarakat sekitar kita, serta menghemat energi untuk transportasi. Lebih dekat tentu lebih hemat energi. Perlu kita sadari bahwa apapun yang kita konsumsi akan meninggalkan jejak di bumi, mereka gak hilang begitu aja, tapi jadi tambahan sampah nantinya. Energi yang digunakan untuk menghasilkan produk juga akan mnimbulkan limbah. Pilihannya adalah limbah dan sampah seperti apa yang akan kita tinggalkan, dan sebanyak apa? Sampah yang bisa diterima bumi atau yang akan merusak bumi? Dari situ kita bisa lebih bijak berkonsumsi.

Mungkin apa yang kita lakukan ini gak seberapa, tapi setidaknya kita udah menjaga dengan tidak menambah atau meminimalisir 'kotoran' di bumi dan sebagai upaya untuk mendukung perusahaan yang memang peduli dengan lingkungan. Satu lagi, selain menggunakan produk alami yang tidak merusak, kita juga bisa menerapkan prinsip pakai sampai habis dan skinimalism. Pilih produk multifungsi, dan gak usah gatel beli baru kalau yang lama belum habis. Kalau nggak cocok, coba dialihfungsikan ke orang lain. Ada banyak opsi agar apa yang sudah jadi gak berakhir sia-sia, dan apa yang tersisa bisa dimanfaatkan tanpa jadi beban tambahan yang bisa merusak lingkungan.


Referensi:
https://www.sensatia.com/about/
https://mineralbotanica.com/pages/mineral-botanica
https://npureofficial.id/blogs/news/hello-pures-friend
https://indoganic.sirclo.me/id/article/about-us
https://sascofficial.com/pages/about
https://www.voaindonesia.com/a/produk-produk-kecantikan-lokal-perjuangkan-keberlanjutan-lingkungan-/6266381.html
https://byruna.com/pages/sustainability
https://klenandkind.com/about-us/
https://thebathbox.co.id/about-us


Beberapa waktu lalu, aku menyelesaikan drama Birthcare Center yang baru rilis di Netflix akhir tahun kemarin. Ternyata drakor ini sudah tayang pada 2020 lalu di TvN Korea sana. Wah, aku baru tahu! Drama sepanjang 8 episode ini sukses bikin aku flashback masa sekitar persalinan dulu. Ya hamilnya, ya melahirkannya, ya menyusuinya. Proses yang panjang, dan bisa ya dilalui juga ternyata. 

Photo by Büşranur Aydın in Pexels


Cerita Singkat

Seri ini menceritakan sebuah pusat perawatan untuk ibu-ibu setelah melahirkan. Di sini ada direktur yang mengepalai lembaga, ada para perawat yang mengurus bayi, hingga koki yang memastikan makanan yang disediakan sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu pasca melahirkan agar lancar menjalani proses selanjutnya, menyusui. Semua elemen dirangkai demikian rupa untuk mendukung seorang perempuan memenuhi perannya sebagai ibu. Hal yang setahuku, belum ada di sini. 

Sebenarnya ini ide yang menarik untuk diaplikasikan. Karena kebanyakan, ibu baru melahirkan, juga orang-orang sekitar, akan memperhatikan bayi, lupa bahwa ada seorang lagi yang juga butuh dirawat. Entah karena lukanya, karena perubahan drastis fisik tubuh, karena perubahan hormon, ataupun karena perlunya dukungan menjalani tugas baru ini. Di lembaga Birthcare Cemter ini, bantuan tersebut datang dari para profesional, yang memang mendukung proses transformasi dari perempuan menjadi ibu, dari ibu hamil menjadi ibu menyusui, dari ibu beranak satu ke ibu beranak dua, dst.

Picture of Netflix

Karena ini pusat perawatan, ada banyak ibu dengan berbagai latar belakang disini. Tokoh utamanya adalah Hyun Jin (Uhm Ji Won) seorang wanita karir yang bahkan pecah ketuban saat sedang bertemu klien. Dia tidak mengambil cuti sama sekali, tidak ikut kelas pre-natal hanya digantikan suaminya, Memang tokoh Hyun Jin ini digambarkan sebagai wanita karir yang ambisius sekali. Second lead nya, Eun Jeong atau Sarang Omma (ibunya Sarang) adalah ibu rumah tangga yang melahirkan anak ketiga dimana kedua anak kembarnya menyusui selama dua tahun, dan terlihat tanpa masalah mengurus bayinya disana. Jadi ibu-ibu lain 'mendewakan' dia, curhat, sampai minta tips juga soal permasalahan yang mereka hadapi. 

Dari kedua tokoh ini jelas salah satu isu yang diangkat adalah tentang ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Bukan membandingkan keduanya, tapi menceritakan struggling masing-masing, yang menurutku lumayan membuka mata dan memperluas pikiran kita juga. Tenang, kisah ini diceritakan dengan genre komedi jadi menghibur juga kok.


Working Mom & Stay at Home Mom

Hyun Jin diceritakan sangat workahlic, dia menjadi direktur perempuan satu-satunya dan termuda. Awalnya dia bekerja keras karena tuntutan hidup, tidak peduli pandangan orang lain, tidak peduli sesulit apapun. Dia akan melakukan segalanya demi karirnya. Ditambah dengan pembuktian diri ganda karena dia perempuan. Hal yang tidak semua orang bisa lakukan.

Sayangnya dia tidak terlihat berupaya sekeras itu saat mengurus anak, dalam beberapa sisi ini memang menyebalkan. Apalagi ada seorang tokoh lagi yang diketahui sangat sayang pada anak-anak namun sulit mendapatkan anak. Namun ini juga bukan berarti dia tidak sayang dan mengusahakan yang terbaik untuk anaknya, kan? Sebagai alpha woman seperti itu, pasangannya adalah beta male. Laki-laki yang tidak merasa terancam dengan kehadirannya dan mendukung keinginan perempuan itu. Jadi, kegigihannya itu didukug oleh suaminya, cara mereka menangani bayi juga atas kesepakatan bersama, jadi ya tidak masalah harusnya kan mereka yang menjalani.

Disini juga digambarkan, bagaimana kantor yang sepertinya sangat membutuhkan kita, pegawainya, ternyata bisa berjalan tanpa seorang pegawai, direktur sekalipun. Perusahaan bisa mencari seorang pengganti, perusahaan tetap berjalan baik, hal yang dikhawatirkn Hyun Jin karena berpikir perusahaan akan bergantung padanya ternyata keliru. Dia sempat down karena merasa bukan lagi siapa-siapa. Kemelekatan menjatuhkannya.

Picture of Netflix


Kebalikannya, Eun Jeong melepas karirnya untuk mengurus anak dirumah dimana suaminya adalah seorang atlet nasional. Dukungan dia beri melalui sosial media untuk keperluan sponsor. Awal epsisode digambarkan ia sebagai ibu yang sempurna, tetap tenang dan tampil cantik meskipun sudah punya tiga anak. Seiring cerita baru diketahui bahwa semua tidak berjalan lancar dan semudah yang tampak itu, dia juga sangat berjuang, khususnya menghadapi tingkah balita kembar pada fase aktif dan sulit bekerja sama. Lebih lagi, ia berjuang sendiri, suaminya hanya tahu bahwa semua baik-baik saja. Ada masalah, dia yang selesaikan, bahkan tanpa suami tahu detailnya bagaimana.

Sama dengan Hyun Jin, cerita Eun Jeoung ini juga refleksi dari apa yang umumnya dihadapi oleh masing-masing ibu. Perasaan sendiri, kewalahan, kelelahan, seringkali mendahulukan kepentingan orang lain, tidak merasa diri penting, tidak terbuka dengan apa yang dirasakan. Sampai kehadiran seseorang dihidupnya membuat dia sadar, bahwa dia juga penting, dia bisa lebih bahagia daripada saat ini.

Adegan yang paling membekas buatku adalah saat tengah malam dia membangunkan suaminya setelah menyusui bayi ketiga mereka,

ibu     : tolong sendawakan dia

aya    : tapi aku besok ada pertandingan

ibu    : aku juga besok harus mengurus tiga anak

Ini adegan titik balik yang kuat menurutku. Dari awal dia selalu mendahulukan suami dan anak-anaknya, sempat menyalahkan diri sendiri saat pertandingan suaminya tidak berjalan baik, dan selalu menyampaikan kabar baik-baik saja agar tidak membebani suami, di adegan ini akhirnya dia bisa terbuka dan berbagi beban pada suaminya. Bahwa ini anak bersama, tidak semestinya tanggung jawab hanya ditanggung ibu, biarpun ibu yang secara penuh menjalaninya. Pengingat bagi kita semua, agar bisa terbuka, yakini betul bahwa apapun yang kita lakukan adalah hal penting, karena bagaimana kita memandang diri akan berpengaruh bagaimana orang memperlakukan kita juga. Jadi ini bukan "hanya" mengurus anak, karena merawat anak bukan perkara "hanya."

Mungkin ini kepentingan ceritanya ya, tapi aku sendiri agak menyayangkan jungkir baliknya hidup Eun Jeong ini. Memang dia agak menyebalkan berlagak sempurna padahal dalamnya tidak bahagia, bahkan dia sempat ingin kabur dari anak-anaknya sendiri, namun menurutku pada kenyataan bisa jadi ada ibu seperti Eun Jeong ini. Ibu yang bisa mengurus anak-anaknya dengan baik, yang memiliki hubungan terbuka dengan suami, dan terlihat sempurna untuk aspek-aspek hidupnya. Jika itu bukan aku ataupun kamu ya gapapa juga. Maksudnya, gak perlu menyimpulkan juga bahwa ibu yang terlihat sempurna akan punya cacat fatal didalam hidupnya.

Photo by Rene Asmussen in Pexels

Menyaksikan kehidupan kedua tokoh ini dan tokoh-tokoh lainnya, seringkali kita menghakimi ibu yang bekerja dengan ibu yang egois dan kurang menyayangi anak, juga ibu yang melepaskan karir sebagai bentuk pengorbanan yang disayangkan. Padahal setiap kita hanya memilih jalan yang berbeda-beda untuk kenyamanan diri sendiri. Setiap kita egois kok, kita lebih tenang dengan anak yang diurus sendiri, merasa telah melakukan lebih karena berkorban, juga sebaliknya, merasa lebih gembira karena tidak dirumah terus-terusan, merasa lebih kuat karena bisa menghasilkan dan memberi lebih. Hanya saja, karena perasaan-perasaan itu, kadang menuntun kita melakukan hal yang kurang tepat atau tanpa pertimbangan rasional. Kita ingin perasaan senang karena bisa mengurus anak sendiri, tapi lupa merawat diri, hingga ujungnya melampiaskan emosi ke anak. Kita ingin memberi lebih pada anak, tapi lupa pada waktu yang terus hilang, hingga ujungnya kualitas hubungan jadi pertaruhan. 

Sama juga jika dilihat dari sisi kita sebagai masyarakat, kita melihat hanya berdasar perspektif kita sendiri, tanpa paham latar belakang dan tanpa ingin tahu alasan dibaliknya. Memang, hidup adalah pilihan. Tidak ada keharusan menjalani jalan yang mana, tapi pilihan hidup kadang gak semuanya bisa disukai. Kadang ada yang harus memilih diantara dua pilihan yang sama tidak nyamannya. Kembali lagi pada masing-masing yang menjalani dan menghadapi resikonya, kita hanya orang luar yang tahu bagian luar saja. Terus apa yang bisa kita lakukan?


Dukungan untuk Ibu

Menonton ini meningkatkan kesadaran kita bahwa ibu adalah pasien juga, ibu perlu dirawat, perlu proses belajar, perlu bantuan. It takes a village to raise a child. Switch career ataupun nggak, merawat bayi adalah pekerjaan serius yang tidak mudah dengan proses yang panjang. Tentu akan melegakan jika ibu bisa didampingi.



1. Memperlakukan dengan Lebih Baik

Mulai dengan pikiran yang terbuka, bahwa transisi menjadi ibu bukanlah hal yang mudah bagi semua orang. Setiap kita berjuang di jalan masing-masing, jadi berlaku baiklah apalagi sesama perempuan, sesama ibu. Hormati apapun keputusan ibu untuk mengurus bayinya. Jika ada saran yang diketahui, beri masukan dengan cara yang baik, dan keputusannya tetap ditangan ibu tersebut karena dia yang akan menjalani. Selama dalam batas wajar ya, tidak membahayakan dan tidak menyalahi ketentuan. 

2. Merawat Ibu

Kadang saat setelah lahir, semua mata dan perhatian tertuju ke bayi. Ibu juga sibuk menyusui, mengurus bayi, beradaptasi dengan tangisan bayi, hingga menjawab kunjungan tamu, sampai lupa makan yang benar, membersihkan diri, dan melihat kondisi diri sendiri. Tahu baby blues kan? Ini bukan hanya soal perasaan, tapi juga pengaruh hormon, zat kimia yang ada di otak. Jadi, lakukan dengan ajak ngobrol ibu tentang dirinya, beri apa yang ia butuhkan, tawarkan bantuan untuk mengurus bayi, adalah cara-cara sederhana yang bisa kita lakukan.

3. Suami yang Siaga

Ke mana ibu bersandar jika bukan ke suami? Ibu dan Ayah adalah orang yang sama-sama menyandang status baru, sama-sama belajar, jadi memang sepatutnya mengandalkan satu sama lain. Ada informasi bisa didiskusikan bersama. Mengasuh anak dilakukan bersama, bergantian, keduanya sama bisa sama bertanggung jawab. Asal tidak lupa, bahwa bukan hanya sebagai ayah dan ibu, tetapi juga tetap menjalankan peran sebagai pasangan, sebagai suami istri. 

4. Teman Sesama Ibu

Aku paham saat disebutkan kalau pertemanan di birthcare center itu bisa berlangsung selamanya, karena disana peran terbesar dimulai dan mereka yang ada juga sama-sama berjuang dengan peran baru itu. Pertukaran informasi, berbagi pengalaman, sharing tips, atau sekedar curhat sama orang yang ada dijalan yang serupa bikin ibu merasa gak sendirian. Teman seperjuangan bisa bikin perjalanan ibu jadi terasa memungkinkan. 

5. Aktivitas Lain

Mengurus anak bukan hanya tentang bisa melakukan berbagai hal baru, tapi melakukannya berulang kali. Disatu sisi perkembangan anak terasa sangat cepat, disisi lain aktivitas kita berputar dengan anak sebagai pusatnya, dan itu terjadi dalam waktu yang panjang. Ibu perlu melihat ke titik yang lain, melakukan hal lain, sesekali keluar melihat pemandangan diluar, sesekai merasakan dan melakukan peran lain, istirahat, alihkan tugas. Beri ibu ruang untuk merindukan anaknya. Gak harus selalu ibu yang in charge urus anak, gak harus selalu ayah juga, dialihkan ke orang lain juga gapapa dengan tanggung jawab tetap pada orang tua.

Photo by Sergey Makashin in Pexels

Dukungan apapun bisa kita beri pada perempuan pasca persalinan, bahkan dengan tidak melakukan apapun. Kalau tidak bisa melakukan hal baik yang mendukung, setidaknya jangan tambah beban dengan pertanyaan atau komentar yang tidak perlu. Cukup doakan dari jauh, jadi orang yang baik. Ramah pada ibu juga tindakan baik untuk anaknya kok.  




Salam, Nasha

Isitlah skincare atau jika dialih bahasakan adalah perawatan kulit, mengacu pada rangkaian kegiatan perawatan kulit yang mendukung kesehatan dan kecantikan kulit. Biasanya kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan sejumlah produk yang diaplikasikan langsung ke kulit. Kini, semakin banyak orang (termasuk aku) yang paham bahwa kulit, sebagai organ terbesar ditubuh kita, harus dirawat. Perawatannya tidak bisa hanya melalui asupan makanan, namun juga perlu mengaplikasikan sejumlah produk untuk melindungi kulit dari paparan zat berbahaya/ polutan dari luar.

Ini berarti setiap kita, baik laki-laki ataupun perempuan perlu melakukan skincare. Karena skincare adalah mencegah atau mengobati permasalahan kulit, berbeda dengan kosmetik yang bentuknya menutupi kekurangan kulit untuk sementara. Dari fungsi singkatnya itu, bisa diartikan skincare adalah keharusan dan kosmetik bisa jadi pilihan.  

Photo by Anna Shvets in Pexels


Sejarah Skincare

Ternyata, aktivitas perawatan kulit ini sudah ada sejak berabad-abad waktu yang lalu. Sejarah mencatat, perawatan kulit dimulai sejak zaman Mesir Kuno dengan Ratu Cleopatara yang disebut sebagai ikon kecantikan dari zaman tersebut. Diketahui bahwa Cleopatra menggunakan berbagai macam bahan flora dan fauna untuk merawat kulitnya. Mulai dari susu sapi, madu, hingga daun dan kulit pohon. Bahkan juga menggunakan bahan dari alam seperti tanah liat dan arang. Mereka membuat minyak jarak, wijen, dan kelor untuk mengatasi penuaan. Mereka juga membuat sabun berbahan dasar minyak zaitun untuk menjaga kelembaban kulit, bahkan menggunakan garam dari laut mati untuk eksfoliasi.

Tidak jauh berbeda, masyarakat Yunani Kuno juga melakukan perawatan kulit, seperti menggunakan yogurt untuk mengatasi penuaan, juga menggunakan buah zaitun untuk melembabkan dan eksfoliasi. Biasanya mereka mencampurkan susu dan berbagai buah berry untuk perawatan kulit rutin mereka. Sekarang kita pahami, bahwa susu meangandung AHA yang membantu pengelupasan sel kulit mati untuk kulit lebih bersih dan halus. 

Di Indonesia sendiri, sejarah tentang perawatan kulit masih sulit ditemui, hanya sebatas penggunaan bahan-bahan alami pada keturunan raja. Bahan-bahan tersebut antara lain rempah-rempah, bunga mawar, sirih, ginseng, dsb, yang digunakan untuk mandi para putri raja. 

Photo by MART PRODUCTION in Pexels

Seiring dengan penggunaan bahan yang ada disekitar dengan pengolahan seadanya, pertukaran informasi melalui aktifitas perdagangan, juga meningkatkan penggunaan bahan-bahan untuk tujuan tertentu. Di abad pertengahan, madu marak digunakan untuk peremajaan kulit, oatmeal untuk mengobati jerawat, jus lemon untuk mencerahkan, serta mandi susu untuk kulit yang lebih halus dan cerah. Saat itu, beberapa bahan kimia juga digunakan seperti merkuri hingga zinc oxide, lalu diketahui kemudian bahwa bahan-abahn ini menimbulan alergi dan memiliki efek samping yang berbahaya.

Abad ke-20 adalah masa yang dianggap sebagai ledakan perkembangan skincare. Penemuan berbagai macam bahan dan produk hingga terciptanya berbagai merk kecantikan terjadi pada rentang abad itu. Penemuan bedak bayi, sunscreen, hingga teknologi botox dan transfer panas untuk menghilangkan noda ditemukan pada masa ini. 

Perkembangan penggunaan bahan untuk perawatan kulit ini tidak terjadi begitu saja. Tidak jarang, dulu banyak penggunaan bahan yang ternyata berbahaya, akibat belum adanya alat dan penelitian yang mumpuni bisa mendekteksi efek buruk dari suatu bahan. Namun, perjalanan panjang itu jugalah yang melahirkan banyak sekali pelajaran dan cabang keilmuan, yang akhirnya bisa kita nikmati sekarang. Seperti spesialisasi kedokteran kulit, hingga bahan-bahan aktif yang mampu meredakan berbagai macam keluhan kulit. 


Skincare Saat Ini

Photo by RF._.studio in Pexels


Skincare memang sudah ada sejak lama, namun penggunaannya pada masa lalu dan kini berada pada tingkatan yang berbeda. Kebiasaan skincare dulu dianggap bukanlah milik semua orang. Produk skincare dulu mayoritas buatan Amerika, dianggap tidak terjangkau untuk semua kalangan. Tidak semua orang merasa perlu melakukan rutinitas skincare.  

Lalu, terjadilah globalisasi. Akses kita terhadap segala hal menjadi mudah, kita bisa membandingkan tampilan dengan lebih banyak orang. Apalagi dengan kehadiran skincare yang lebih ramah kantong buatan Korea. Bukan hanya tren budaya, Korea juga dianggap sebagai tolak ukur munculnya skin care make up  yaitu saat kemunculan BB Cream, yang merupakan gabungan dari foundation (kosmetik) dan pelembab (skincare). Selanjutnya, masa pandemi disebut sebagai masa meningkatnya animo masyarakat terhadap perawatan kulit, dengan munculnya banyak keyword yang mengacu pada berbagai bahan dan permasalahan kulit, seperti niacinamide, retinol, kulit kusam, anti aging, dsb.

Aku sendiri mulai rutinitas skincare pada masa pandemi, bukan karena jadi punya waktu untuk melakukannya, tapi bertepatan dengan aku mulai aware dengan diri sendiri, self love katanya. Awal tahun lalu merupakan titik aku memandang diriku dengan sedikit berbeda seperti pernah aku tulis disini. Dulu aku pikir skincare itu cuma rutinitas cewek, jadi heran aja kok cowok sama-sama punya kulit kok gak skincare-an. Ternyata itu anggapan keliru, harusnya cowok juga skincare-an, karena sama-sama punya kulit maka harus dirawat, sama dengan merawat bagian tubuh lainnya. 


Tren Produk Sekarang

Kita yang makin sadar tentang pentingnya perawatan kulit, juga makin sadar apa aja yang kulit kita butuhkan dan apa masalah kulit yang mungkin kita hadapi. Banyak yang bilang, kuncinya adalah sunscreen karena itu adalah proteksi yang paling penting untuk melindungi kulit kita. Apalagi sekarang banyak produsen yang menambahkan berbagai macam bahan untuk perawatan ganda dan perlindungan tambahan selain dari efek UV sinar matahari. Salah satunya adalah blue light protection, yang ternyata bukan hanya berasal dari sinar matahari saja namun juga dari layar digital. Tingginya intensitas kita berada didepan layar, juga memburuknya kualitas udara yang dipenuhi polutan membuat kita ingin produk yang bisa melindungi kulit kita dari bahaya zat-zat tersebut. 

Tidak lupa, krisis iklim yang sedang berlangsung juga menjadi salah satu isu tren skincare. Merawat kulit tidak berarti membuat kita lupa merawat bumi kan. Sehingga tren dari produk yang sekedar menyelesaikan masalah kulit akan bergeser pada produk yang punya concern ke lingkungan, bisa dengan bahan-bahan alami yang diambil tanpa pengrusakan sampai kemasan dipakai yang bisa menerapkan prinsip 3R (Reuse, Recycle, Refillable). Biasanya produsen akan menambahkan label seperti cruelty free, no animal testing, vegan, ethically resourced, organic, biodegradable, earth friendly, natural ingredients, dll. Ditambah pula, produk alami memiliki efek buruk yang minim sehingga peminatnya terus bertambah.

Photo by cottonbro studio in Pexels

Sebenarnya, aku menyesal baru mulai rutinitas skincare di usia dua puluhan ini, tapi disisi lain aku juga bersyukur mulai skincare-an disaat produknya beragam dan banyak pilihan bahan alami. Mudahnya mencari tahu kandungan produk dan manfaatnya masing-masing juga memudahkan untuk kita memilih mana produk yang tepat. Sebagai langkah awal dulu, aku memulia dengan mencari tahu langkah apa saja yang aku perlu lakukan. Mengenal basic step skincare, dengan cleanser-toner-serum-moisturizer-sunscreen. Juga perawatan mingguan seperti masker. 

Untuk produknya, aku pilih range harga dulu, kira-kira mana yang sesuai dengan kemampuanku. Lalu, aku filter bahan yang aku perlukan sesuai dengan masalah kulit, saat awal itu seputar kering, kusam, dan bruntusan. Dari situ baru aku lihat rekomendasi brand untuk masing-masing produk, pilih yang terbuat dari bahan alami sehingga minim resiko, dan preferensi produk lokal. Sejauh ini aku pernah coba produk lokal dan Korea. Selalu dengan prinsip, pakai sampai habis. Karena aku pilih yang cenderung aman, jadi resiko tidak cocokna juga rendah, aku juga percaya produk mungkin akan berhasil saat kita uda menggunakannya pada jumlah tertentu. Satu botol kemasan mungkin. Jadi ya menyenangkan juga punya ritual nyata, menyisihkan beberapa menit sehari untuk tubuh sendiri.

Pada akhirnya, perawatan kulit sepatutnya dilakukan oleh semua kita yang memiliki kulit tanpa terbatas gender. Sesederhana membersihkan dengan sabun untuk menghilangkan berbagai kotoran dan menggunakan cream sebelum keluar rumah untuk melindungi kulit dari berbagai kotoran dan sinar matahari. Karena merawat kulit adalah bagian dari merawat tubuh, dan merawat tubuh adalah bentuk syukur pada Tuhan dan cinta pada diri kita sendiri.




Salam, Nasha


Referensi:

https://www.inbmedical.com/the-evolving-role-of-skincare

https://narasisejarah.id/potret-perjalanan-kosmetik-dan-budaya-bersolek-dari-masa-ke-masa/

https://www.skinandme.com/the-dose/the-history-of-skincare/

https://www.idntimes.com/life/women/tyas-hanina-1/tren-skincare2022

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (21)
    • ►  Mei 2025 (2)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ►  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ►  Januari 2024 (3)
  • ▼  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ►  Oktober 2023 (10)
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ▼  Januari 2023 (8)
      • Sesi Mengenal Diri, Sepotong Ceritaku Menaklukkan ...
      • Maju Mundur Terapkan Pola Hidup Sehat pada Anak
      • Kontak Fisik Orang Tua - Anak serta Manfaat untuk ...
      • Berikut Brand SkinCare Lokal yang Diklaim Ramah Li...
      • Dukungan untuk Perempuan Pasca Persalinan, dari Bi...
      • Perjalanan Skincare Hingga Kini serta Upayaku Meny...
      • Sering Dianggap Pemalu bahkan Ansos, Mungkin Karen...
      • Tentang Surakarta, dari Aku Si Anak Asli Sumatera
  • ►  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes