Love Me, Love You, Love All of Us #HidupCukup

Karena dua kejadian itulah, maka 2021 aku nobatkan sebagai "Year of Love".


Di tahun itu aku sadar kalau selama ini udah kurang sayang sama diri sendiri, gak pehatiin badan gimana, gak gubris pas ada keluhan, maksain badan melakukan apa yang aku mau terus, boro-boro perhatiin apa yang masuk ke badan, ya intinya gak peduli lah sama tubuh sendiri. Emang ya kita itu butuh trigger dulu baru sadar.


Sekarang sejak tobat gini, mau workout gak beban karena ngerasa penyakitan, tapi dinikmati aja karena sejatinya emang badan kita perlu olahraga perlu gerak. Mulai menyudahi makan tengah malam karena pencernaan juga butuh istirahat. Makan apa-apa tuh ya lebih sadar aja mana yang tepat buat badanku dan mana yang enak buat lidahku doang. Mulai skincare-an juga (di umur segini!) dan ternyata seru ya. Aku gak ngerasa repot sama sekali punya rutinitas pagi dan malam dengan diriku sendiri gini. Girang malah!


Sejalan dengan sayang sama diri sendiri, aku juga melihat makin luas ke luar. Ke orang-orang yang aku sayang, yang sayang sama aku. Oh ternyata aku diberkahi ya dengan dikelilingi orang-orang ini. Aku juga belajar untuk bilang i love you, or simply buat mereka tau your existance matters, dan berterima kasih untuk hal-hal sederhana, yang dulu aku jarang banget untuk ungkapkan.

Foto Pemandangan

Lebih luas lagi, aku juga mulai melihat posisi kita sebagai manusia di bumi ini gimana. Salah satu efek keseringan nonton Our Planet juga kali ya.


Ini tuh berkesinambungan banget lah untuk membentuk aku sekarang, antara mulai sadar dengan self love, mulai melihat/ peduli ke luar, jadinya sedikit banyak mempengaruhi nilai-nilai penting yang aku percayai dan yang kemudian aku ingin bagikan, tanamkan (khusunya ke anak-anakku)


Sampai akhirnya sedih dan miris juga sebenarnya sama ke'serakah'an kita sebagai manusia. Efeknya tuh udah nyata banget sekarang, beda dengan campaign yang aku ikut-ikutan sepuluh tahun lalu, yang sebatas kurangi kertas, kurangi listrik, kurangi plastik. Sekarang geraknya harus lebih besar, tuntutannya ya emang ke pemerintah, atau ke kita semua secara bersama-sama. Udah gak bisa ditunda lagi untuk kita gerak bareng, mulai dari apapun yang bisa sekarang. Gak belanja pake plastik, kurangi sampah (makanan sisa, pembalut, popok sekali pakai, apapun yang sekali pakai), tanam pohon, hemat listrik, hemat air, kurangi limbah rumah tangga juga, pakai barang ramah lingkungan, dst. Kalau kita lihat secara keseluruhan, melestarikan alam itu untuk kepentingan kita juga loh sebagai penghuninya untuk jangka waktu yang lama.

Bunga Warna Warni

Bumi ini sangat luas kok, bisa banget untuk kita pakai bersama makhluk lain tanpa mengganggu tanpa merusak hidup mereka, asal kita merasa cukup #HidupCukup


Indah kan kalau kita semua bisa hidup berdampingan dalam damai :')


Dulu aku mah liat binatang bawaannya pingin dimatiin diusir aja cepet, sekarang jadi sadar kalau mereka tuh sama kaya kita, sama-sama hidup, sama-sama butuh makan, sama-sama butuh tempat tinggal. Kita aja yang serakah, perlu rumah yang guede, perlu rumah kadang gak cuma satu, makenya cuma kadang-kadang, tebangin lahan untuk ini itu berbagai keperluan, padahal lahan itu dulunya rumah binatang dan tumbuhan itu loh. Semuanya dijadiin bangunan, trus gak kepikiran kan mereka tinggal dimana. Boleh sih alih fungsi lahan gitu untuk kebutuhan kita, tapi ya secukupnya dan sadar juga tentang hal ini jadi kita jangan semena-mena.


Akhirnya sekarang tuh lihat binatang bawaannya gak kesal lagi, kadang kasihan malah, kalaupun mereka ada gak buru-buru diusir apalagi dibunuh, tapi yaudah berusaha aja biar bisa hidup berdampingan. Ya misalkan kalau tikus mau makan ya gak dendam lagi, makan aja yang di tempat sampah di luar, jangan yang di meja makan. Gak buru-buru langsung cari racun tikus juga, tapi ya tetep tutup segala lubang yang bikin dia masuk rumah. Lebah kalau mau di pohon juga gapapa, asal jangan bikin sarang di bawah meja juga. Ada lalat di dalam juga ya diusir ajalah gak usah langsung dimatiin juga. Iya, mau berdampingan tetep aja ada syaratnya, dasar aku :')



Terus juga jadi memperbaiki pola konsumtif aku, ke-impulsif-an sama hal-hal yang gak terlalu penting, kaya aku dulu terganggu banget sama yang gak seragam, sama yang udah butek, dan gampang tergiur aja sama tren, yang estetik-estetik gitu. Sekarang mah lebih woles, lebih sadar, kalau barang yang aku dapet ini punya perjalanan panjang, dan kalau dibuang juga lebih panjang lagi perjalanannya. Perlahan sadar diri kalau apa-apa gak mesti estetik, apalagi dengan motivasi cuma supaya kelihatan cakep di sosmed. Bukan berarti gak peduli penampilan, kerapian ya, tapi sadar aja gak semua harus diikutin, gak semua harus dibeli. Dan gak terganggu juga dengan ke tidak estetik an menurut standar sosial itu.

Selain itu juga, karena kita yang punya dan pake barang, kita juga yang tau kategori dan jumlah barang yang kita perlu itu apa aja. Kaya misalkan, baju itu bisa dikelompokkan jadi baju rumah, baju pergi, atau baju acara. Perlunya segini. Kalau ada yang mau ditambah, yang lama ini mau diapain. Sadari. Mikirnya mulai dibalik, bukan lemarinya yang kecil, bajunya aja yang kebanyakan.


Secara gak langsung, ini juga memperbaiki gimana aku mengelola uang sih, dan gimana memandang hidup juga, jadi gak melulu punya keinginan punya banyak. Gak ambisi dengan kuantitas, tapi lebih ke kualitas. Hidup yang berkualitas itu ternyata bukan karena punya barang ini itu, tapi yang seimbang. Hidup yang mengisi berbagai lapisan, yang bisa memenuhi diri (ini bukan hanya tentang 'materi') ,yang tenang bersama orang lain, yang berdampingan dengan makhluk lain, yang diisi dengan konsumsi yang baik.


Juga mudah-mudahan jadi bijak bersosmed juga, untuk bisa hidup secara nyata di saat ini. Biar otak gak melulu kebanjiran sama hormon yang instant, biar mata gak melulu lihat yang digital, biar kulit gak cuma bersentuhan sama benda bikinan. Alam itu kaya, sangat kaya. Dinikmati lah.


Lagipula, aku orangnya gampang ke trigger sama yang diposting orang, bisa bikin overthinking. Eh si ini hidupnya udah kaya gini aja, eh si itu kok gtu ya sekarang. Bisa kepikiran aja tuh, gak penting emang! Jadi mulai membatasi juga secukupnya. Dan ya, emang yan diposting tentu hanya yang indah gak, bukan berarti keseluruhan hidup orang itu indah.


Sedikit berjarak dengan sosmed, punya nilai-nilai tadi itu, bikin aku merasa gak lagi 'kosong', bikin aku lebih menikmati peranku, lebih fokus sama apa yang aku kerjakan, gak gampang terpengaruh, dan yang jelas bikin aku lebih enjoy lebih happy.

Dari segala hal inilah aku pikir hal yang paling perlu kita punya itu ya untuk #HidupCukup yang mana ini (menurutku) meningkatkan kualitas hidupku juga.

Aku nulis ini, mostly sebagai reminder di aku juga sih. Dan jadi bahan buat bersyukur juga, kalau aku sudah melewati banyak hal dan berjalan sejauh ini. Hal yang mungkin gak akan aku dapatkan kalau aku nggak di kondisi saat ini.

Emang ya.. Allah itu sebaik-baik perencana.


Salam, Nasha.

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!