• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Pembicaraan tentang alam tidak akan pernah kita urungkan, selagi belum ada kebijakan yang benar-benar menjadi jawaban. Selagi kebijakan-kebijakan yang ada masih melanggengkan energi perusak lingkungan dan justru mempersulit usaha untuk mendayagunkan energi ramah lingkungan. Kita sebagai anak muda, yang katanya memiliki peran penting dalam kehidupan suatu bangsa, yang masih punya perjalanan panjang, harus bergerak cepat dan tepat, mewujudkan harapan kita sesungguhnya tentang kehidupan dimasa yang akan datang.



Harapan Pemuda atas Penangan Isu Iklim

Oktober bisa dikatakan sebagai bulan kita mengingat sejarah bangsa yang tercipta berkat tangan pemuda. Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober tersebut terus diperingati untuk kita semua menyadari pentingnya persatuan semangat pemuda dalam meraih cita-cita bangsa. Merujuk pada UU, pemuda sendiri merupakan warga Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Dengan rata-rata harapan hidup orang Indonesia adalah 60 sampai 75 tahun, berarti jika kita persingkat, masih ada lebih dari setengah perjalanan kehidupan yang akan ditempuh pemuda di tanah Indonesia ini. Inilah mengapa harapan pemuda tentang masa depan yang akan dijalani menjadi kian penting.

Sebenarnya, mewakili salah satu dari jutaan pemuda Indonesia, harapan saya terhadap bangsa ini tidaklah rumit. Hanya ingin mendapatkan hak sebagai warga untuk bisa hidup layak. Namun, mungkin dengan kondisi bangsa kita sekarang, perjalanan mewujudkannya tidaklah semudah itu. Tetapi, jika kita lihat ke belakang, mendapatkan hak kebebesan dengan merebut kemerdekaan dari penjajah saja kita bisa, aplagi untuk mendapatkan hak untuk hidup layak.

  • Hak Dasar Hidup berupa Udara dan Air Bersih

Inginnya hidup di kota besar dengan akses hampir tak terbatas pada semua fasilitas, namun sayang untuk udara sehat saja harus kita upayakan sendiri, salah satunya dengan mandiri membeli air purifier. Itupun terbatas di dalam ruangan saja. Kalau keluar rumah harus siap sedia dengan peralatan medis yang dibeli sendiri, masker. Setidaknya dua itu yang paling dasar perlu kita miliki, dengan kualitas udara tidak sehat tersebut. Ini menjadi hal berbeda dengan kehidupan di daerah dengan kualitas udara pada indikator sehat berwarna hijau.

Namun untuk air bersih, ini menjadi isu yang hampir merata di seluruh Indonesia. Setidaknya dikota manapun kita berada di Indonesia, air yang diminum adalah air mineral kemasan yang perlu kita beli di toko terdekat, kan? Padahal air minum adalah kebutuhan hidup dasar manusia. Sebagian wilayah mengalami kondisi yang cukup parah, mereka kesulitan mengakses air bersih yang bisa digunakan untuk membasuh. Bisa jadi air memang sangat sulit hingga kekeringan, bisa jadi pula airnya keruh, berwarna, atau berbau. 

Kedua hak itu saja dulu dijadikan prioritas dalam pembuatan kebijakan, akan menjadi sangat berarti untuk kita sebagai warga Indonesia. Bisa menghirup udara yang minim polusi, bisa mengakses air bersih, bisa menikmati hak-hak dasar kehidupan tanpa kita berlomba-lomba memenuhinya sendiri.

  • Tempat Tinggal yang Layak

Tempat tinggal bukan hanya rumah namun juga seluruh lingkungan. Polusi yang semakin merajalela juga telah mengotori tanah yang kita injak, mencemari makanan dan minuman yang kita konsumsi, menurunkan kualitas hidup kita dan keluarga. Tumpukan sampah yang tidak diolah selain mengganggu dengan baunya juga menimbulkan berbagai macam penyakit. Lagi-lagi, kita yang perlu berupaya mandiri untuk mengkonsumsi multivitamin agar daya tahan tubuh meningkat. Inginnya mengkonsumsi bahan makanan yang lebih sehat, tapi sayangnya harganya jauh lebih mahal, dan lebih sulit didapatkan. Tentu saja, setelah air dan udara kita berharap dapat tinggal di tempat yang layak huni dengan makanan yang layak konsumsi.

  • Energi Terbarukan

Tentu saja kita butuh energi untuk hidup. Apapun yang kita lakukan, apalagi dengan kepadatan penduduk, tingginya mobilisasi, dengan banyaknya macam kegiatan kini. Pilihan kita untuk tetap bisa beraktifitas dalam jangka panjang adalah dengan menggunakan energi yang terus bisa diperbarui, bukan energi yang bisa habis dan merusak lingkungan.

Kebijakan harus disusun sedemikian rupa agar berpihak pada energi terbarukan. Sumber energi yang bisa habis harus diminimalisir karena dampaknya negaifnya sudah sangat panjang. Lagipula bagaimana jika suatu hari nanti energi tersebut habis? Dengan sisa yang tidak banyak lagi tersebut, sudah sangat mendesak bagi kita untuk mulai beralih ke energi terbarukan, sebut saja sumber energi sumber matahari, panas bumi, air, hingga angin. Kekayaan negeri ini memungkinkan kita utnuk benar-benar bisa mengganti sumber energi ke yang lebih ramah lingkungan. 

  • Pembangunan yang Merata

Dengan luasnya wilayah Indonesia, memang bukan pekerjaan ringan untuk meratakan pembangunan dari pusat ke pelosok, tapi bukan berarti tidak mungkin. Setidaknya harus ada fasilitas minimal yang merata di seluruh wilayah. Pembangunan yang mengutamakan lingkungan yang ditinggali penduduk, artinya pembangunan tersebut haruslah yang ramah lingkungan sesuai dengan kebutuhan penduduk lokal masing-masing. 

Pembangunan merata tidak berarti sama jenis fasilitas yang dimiliki dari sabang hingga merauke, tapi harus menyesuaikan dengan wilayah masing-masing. Wilayah kota misalkan, butuh area pengembangan bisnis, fasilitas umum penunjang dan akses kesehatan dan pendidikan yang terjangkau mendorong kemajuan peradaban disana. Namun, semua itu tidak serta merta dibutuhkan oleh penduduk di area hutan, mereka justru butuh kebebasan untuk bisa hidup tanpa campur tangan dari orang luar. Pembangunannya lebih diutamakan untuk akses kesehatan, pada hal-hal yang diluar dari kemampuan mereka selama ini. 

Membuat kebijakan dengan kondisi yang beragam di Indonesia ini memang cukup menantang, tapi jika kita tahu apa yang kita prioritaskan, dengan jutaan #MudaMudiBumi yang bersatu #BersamaBergerakBerdaya #TeamUpForImpact dengan semangat #UntukmuBumiku, Indonesia ramah lingkungan bukan hal mustahil untuk diwujudkan. 



Iklim Saat ini

Sudah berapa banyak kalimat yang mengeluhkan panasnya hari ini? Atau sudah berapa banyak uang yang dikeluarkan agar kita bisa menikmati suhu yang lebih nyaman dibawah mesin pendingin?

Faktanya, tahun 2021 lalu terjadi peningkatan suhu bumi hingga 0,85 derajat dan diperkirakan dapat menembus angka 1,5 derajat di tahun ini. Es di kutub terus mencair hingga gunung es hampir hilang seluruhnya dan es di kutub pada tahun ini telah mencatat rekor terendah yaitu hanya seluas 1,91 km persegi. Pemanasan global telah menyusutkan jumlah es di kutub sebanyak 12 hingga 13 persen dalam satu dekade terakhir. 

Suhu yang meningkat dan es yang turut mencair dalam jumlah fantastis ini mempengaruhi kehdiupan banyak makhluk. Pertama mereka yang tinggal di kutub seperti beruang kutub, jika biasanya mereka bisa mencari mangsa dengan berjalan diantara es dan sedikit berenang, kini energi yang harus mereka keluarkan untuk berburu menjadi lima kali lipat akibat terlalu banyak air yang harus dilalui untuk mendapatkan binatang seperti anjing laut. Tidak heran jika kita melihat mereka dalam kondisi kurus memprihatinkan.

Panasnya bumi juga membuat laut menjadi asam, akibatnya banyak terumbu karang yang tidak bisa bertahan, menjadi mati dan tidak bisa lagi menopang kehidupan berbagai ikan kecil di sekitarnya. Ini menjadi masalah yang serius bagi ekosistem laut, dimana tanpa terumbu karang, ikan-ikan tersebut akan sulit bertahan hidup, binatang tau kita yang biasa mengkonsumsi mereka juga menjadi kekurangan pasokan untuk dikonsumsi.

Belum lagi kekeringan yang lebih lama dari biasa dan cuaca yang semakin tidak pasti. Perubahan iklim tersebut mempengaruhi siklus kehidupan banyak fauna dan flora. Mereka yang biasanya berburu dan berkembang biak pada jadwal tertentu menjadi harus beradaptasi akibat perubahan iklim, tentu ini bukan hal mudah untuk mereka. Banyak dari makhluk hidup itu yang tidak bisa bertahan dan berujung pada kepunahan. Berbagai efek lainnya telah dirasakan oleh banyak makhluk hidup. Tanaman yang tidak bisa bertahan dengan semakin tingginya suhu, kehidupan binatang di daratan dan perairan yang terus terganggu, hingga berdampak pada kehidupan kita sekarang dan nanti. Iklim saat ini sudah sangat mendesak untuk diperbaiki. 


Para ilmuwan, PBB, juga petinggi berbagai negara termasuk presiden kita bahkan tidak lagi menyebut perubahan iklim saat ini dengan global warming, namun global boiling. Peningkatan suhu yang semakin tinggi akan beresiko langsung pada kehidupan manusia, setidaknya ratusan juga orang akan terancam kekurangan air, belasan persen populasi akan mengalami gelombang panas, serta ratusan rumah di daerah pesisir akan terendam banjir. Bukankah ancaman-ancaman itu perlahan mulai kita rasakan? Bayangkan bagaimana kehidupan kita di masa depan? Bagaimana anak cucu kita bisa tinggal nyaman dengan kondisi yang kian memprihatinkan?

Menangani Perubahan Iklim

Semoga sedikit ulasan tentang iklim dan lingkungan yang siliweran dimedia bisa sedikit mendorong kita untuk beradaptasi demi lingkungan. Sama dengan bentuk perubahan lainnya, mungkin akan terasa asing dan berat pada awalnya, tapi pelan-pelan pasti bisa. Ingat, dampaknya akan sepadan. Bumi membutuhkan tindakan kita. 

  • Ikuti Content Creator ramah lingkungan
Kalau masih bingung mulai darimana, mulai dari apa yang ada di genggaman kita. Gunakan social media untuk bergerak dengan nilai lingkungan, misalkan @lyfewithless atau @pandawaragroup. Melihat konten mereka dari waktu ke waktu bisa mengingatkan kita tentang tindakan apa yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi bagi bumi. 
  • Menerapkan Pola Hidup Secukupnya
Sebut itu minimalis, sebut itu life with less, atau apapun istilahnya, yang jelas kita sadar apa yang kita beli adalah benar apa yang kita butuhkan. Bukan asal karena murah, karena ada discount, atau karena sedang banyak uang. Mampu bukan berarti harus. Dengan tingginya perdagangan belakangan memang lebih mudah untuk mendapatkan barang-barang lucu dengan harga sangat murah, tapi apakah produk lucu harus dimiliki? Sebelum membeli, pastikan bisa bertanggung jawab terhdap barang tersebut. Pakai barang sampai habis, pakai yang ada sampai rusak. Ingat, fungsi diatas estetika. 
  • Tidak Menambah Polusi atau Meminimalisir

Polusi itu ada banyak jenisnya, muali dari udara, air, tanah, suara, dan berbagai polutan lainnya. Apa yang kita lakukan pasti akan mengeluarkan polusi, paling tidak karbon dioksida hasil pernapasan kita. Namun, kita bisa mempertanggung jawabkannya dengan menanam pohon sebanyak-banyaknya, yang akan mengubah karbon dioksida tersebut menjadi oksigen yang bisa kita hirup kembali. Bukan hanya polusi akibat pernapasan, namun berbagai polutan dari aktivitas kita juga bisa diminimalisir dengan tanaman. 

Bukan berarti bisa bebas melakukan apa saja yang menghasilkan polutan, karena lebih penting lagi untuk mengurangi polusi itu sendiri. 

  • Pilih Produk dan Sumber Energi Ramah Lingkungan

Kita sekrang punya akses hampir tidak terbatas pada informasi, sehingga bisa lebih bebas memilih produsen dan produk yang memilii nilai sesuai dengan yang kita yakini. Pilih produsen yang punya concern terhadap lingkungan, pilih produk yang tidak menambah kerusakan lingkungan, kurangi pemakaian barang sekali pakai, pilih produk dengan kemasan seminimal mungkin, coba belanja barang curah, dst.


Tahun ini bisa disebut tahun yang tepat untuk kita mulai keras menyuarakan mimpi dan harapan kita terhadap iklim kedepannya, karena tahun depan akan tejadi pemilihan pemimpin. Yuk sahre mimpi kamu terhadap penangan isu perubahan iklim dan perlindugan hutan!


Salam, Nasha

Hubungan antara dua orang dalam pernikahan selalu menjadi hal menarik untuk dibahas. Apalagi jika bentuk komitmen jangka panjang ini adalah apa yang juga kita jalani. Impian meniti hari bersama hingga tua nanti, terukir indah saat ikrar diucapkan di depan para saksi. Sayangnya, kenyataan tidak sesuai rencana. Tren perpisahan kini melanda pasangan lanjut usia. Pernikahan yang telah terjalin puluhan tahun lamanya mengalami gray divorce. Sebagai pasangan yang masih terbilang muda, kita jadi bertanya-tanya apa itu gray divorce dan kira-kira  apa ya yang bisa kita pelajari supaya tidak perlu mengalaminya? 



Gray Divorce

Tidak ada pasangan yang merencanakan perpisahan, namun tetap saja itu bisa terjadi. Data terbaru menunjukkan pernikahan yang berakhir pada perceraian belakangan justru tinggi pada pasangan berusia lima puluh tahun keatas, yang dikenal sebagai gray divorce. Jadi gray divorce (perceraian abu-abu) berarti fenomena demografi dimana terjadinya peningkatan angka perceraian pada pasangan lanjut usia dalam pernikahan jangka panjang yang sudah dijalani. Orang yang berpisah ini juga disebut sebagai silver splitter atau pemecah perak karena biasanya usia pernikahan mereka sudah mencapai angka 25 tahun. 

Dari datanya, di Amerika saja sekitar 40-50% pernikahan berakhir pada perceraian. Jika kita lihat di Indonesia, dari data tahun 2022 ada sekitar 1,7 juta pernikahan yang tercatat. Ini menjadi angka terendah dalam satu dekade terakhir. Sedangkan tercatat hampir 450 ribu kasus perceraian yang diputus pada tahun yang sama. Ini angka tertinggi selama enam tahun kebelakang. Dari angka itu saja berarti persentase perceraian terhadap pernikahan berada pada angka 26%. Angka ini menjadi semakin memprihatinkan jika dilihat grafik dari tahun ke tahunnya dimana angka pernikahan menurun namun angka perceraian justru meningkat.

Jika dulu perceraian terjadi pada usia pernikahan yang muda yakni dibawah lima tahun atau setidaknya delapan tahun, kini fenomena tersebut bergeser, khususnya pada kasus di Amerika sehingga muncul istilah gray divorce. Banyak peneliti yang mengungkapkan bahwa pernikahan pada tahun-tahun awal adalah masa kritis dari dua orang yang harus beradaptasi dengan pola hidup yang baru, kadang bisa menemukan stabiltas, kadang juga mulai merasa gelisah hingga ketidakcocokan. Dengan perbedaan latar belakang, kebutuhan, serta ekspektasi tersebut, mereka diharuskan berkompromi untuk menemukan jalan tenganya. belum lagi pada usia ini biasanya seseorang juga memiliki fokus-fokus lain seperti sedang membangun karir, proses berdamai dengan masa kecil, juga berbagai rencana jangka panjang. Di masa ini, jika pasangan tidak mampu menjalin komunikasi yang baik maka pernikahan bisa menjadi perjalanan yang sangat berat dengan seringnya pertengkaran, saling mendiamkan atau mengasingkan diri, hingga berujung perceraian.


Studi-studi terus diperbarui sesuai dengan fenomena gray divorce belakangan. Faktor-faktor penyebabnya terus dikaji, karena alasan-alasan diatas yang dikemukakan untuk usia pernikahan muda tidak lagi relevan. Pasangan lanjut usia ini dianggap sebagai orang-orang yang sudah berhasil melewati masa kritis pernikahan, mereka bisa beradaptasi dan berkompromi atas perbedaan diantara keduanya, mereka bertahan hingga puluhan tahun, tidak jarang kita melihat mereka sering menghabiskan waktu bersama dan menumpuk memori romantis. Namun kenapa hubungan tersebut tetap berujung pada perpisahan?

Berbagai teori membahas faktor-faktor ini. Biasanya ada permasalahan yang sudah terjadi bertahun-tahun tapi tidak mendapat penyelesaian hingga sudah terlalu terlambat untuk melakukannya. Salah satu pihak, lebih banyak perempuan, saat memiliki waktu yang cukup untuk memikirkan dan merasakan hubungan yang dijalani dan diinginkan kedepannya, mulai berpikir tentang pilihan-pilihan yang ia punya. Ide tentang perpisahan biasanya muncul saat dirasa kebutuhan emosional tidak bisa terpenuhi dan muncul bayangan pilihan antara hidup sendiri atau terus hidup bersama dengan seseorang yang juga tidak bisa mengisi kekosongan tersebut. Mode autopilot yang dijalani selama ini ternyata tidak cukup. Energi untuk menoleransi loveless dan sexless marriage dilihat tidak lagi sepadan. Apalagi biasanya kondisi itu telah berlangsung selama enam tahun atau lebih. Setelah waktu yang panjang itu, perpisahan menjadi ide penyelesaian yang terasa lebih baik untuk ditempuh. 

Jika dilihat pada kondisi pasangan lanjut usia ini secara umum, pasangan usia lanjut ini biasanya sudah memiliki karir yang matang bahkan bisa berada pada puncaknya, sedang bersiap untuk pensiun. Anak-anak mereka sudah beranjak dewasa, biasanya si bungsu sedang atau telah selesai menumpuh pendidikan perguruan tinggi. Hal yang harus dikejar bisa dikatakan tidak lagi ada, namun ternyata justu itulah faktor utamanya. Mereka pada masa ini mulai mencari hal-hal baru untuk menjadi pusat perhatian, mulai bisa melihat ke hal-hal yang selama ini tidak begitu diperhatikan, termasuk pernikahan. Apalagi tidak jarang pernikahan lama bertahan karena adanya anak diantara pasangan. Saat anak sudah memiliki kehidupan sendiri, hanya ada kedua orang tua yang tidak tahu lagi harus membahas apa, karena biasanya fokus selalu tentang anak. Kebingungan itu bisa memunculkan berbagai perasaan tak keruan dicampur dengan luka-luka yang tidak selesai dimasa lalu. Mereka menganggap tidak lagi ada alasan untuk bertahan. 

Penjelasan ini diperkuat dengan berbagai faktor yang tercatat menjadi penyebab perceraian, dimana yang paling tinggi adalah karena kurangnya dukungan pasangan. Faktor lain seperti ketidak cocokan, kurang kedekatan personal, juga kurangnya komitmen. Faktor-faktor yang bisa dikatakan merupakan buah dari tidak baiknya komunikasi yang terjalin, sehingga adaptasi dan kompromi sebenarnya tidak berjalan baik namun terus diabaikan karena merasa ada banyak hal lain yang lebih butuh perhatian, anak misalkan. Kerenggangan yang terjadi dari tahun ke tahun akhirnya mencapai puncak saat dirasa sudah terlalu terlambat untuk melakukan perbaikan.

Dari berbagai ulasan tersebut, kita bisa berkata bahwa gray divorce ini sebagai perpisahan yang tertunda. Kebanyakan penyebab perceraian pada pasangan lanjut usia ini sudah ada sejak lama, ada yang menyebutkan rinci selama setidaknya enam tahun. Penundaan dilakukan dengan berbagai keyakinan. Pertama, anak yang masih perlu sosok orang tua untuk tumbuh, sehingga ketika anak dianggap sudah mandiri dan dewasa, mereka punya lebih banyak waktu untuk memikirkan diri sendiri dan akhirnya memilih menjalani hidup tanpa pasangan saat ini. Kedua, dulu memikirkan apa kata orang sedangkan masyarakat sekarang sudah jauh lebih terbuka. Perpisahan dalam pernikahan tidak dianggap setabu dekade-dekade lalu. Atau ketiga, keyakinan bahwa waktu bisa menyelesaikan masalah. Konflik-konflik yang ditumpuk dianggap bisa hilang dengan sendirinya, yang mana nyatanya tidak sama sekali. 




Apa yang Bisa Kita Lakukan

Seperti kalimat pembuka diatas, tidak ada hubungan yang mnginginkan perpisahan. itulah kenapa kita di sini, untuk menghindarinya terjadi. Sembari melihat apa ya yang bisa kita lakukan khususnya untuk mencegah gray divorce tersebut? Dari berbagai faktor penyebab dan penjelasan di atas sepertinya kita bisa sedikit tercerahkan bagaimana agar hubungan pernikahan yang kita jalani tidak berakhir dalam perceraian. 

  • Merawat yang Kita Miliki Saat Ini

Meskipun terdengar klise tapi ini merupakan pondasi yang kuat karena seringnya memang kita baru bisa menyadari apa yang kita miliki saat hal tersebut telah pergi. Begitu juga dengan pasangan dan pernikahan. Banyak tips menjaga romansa pernikahan yang bisa kita praktikkan.

Gersho menyebutkan untuk mencoba melakukan satu hal baru bersama, bisa dengan mengikuti hobi pasangan atau mencari kegiatan baru yang bisa dilakukan berdua. Jadwalkan secara berkala. Biasanya kita melewatkan hal-hal kecil karena dirasa tidak memberi dampak, namun kumpulan perkara kecil itu justru yang terpenting. Memberi perhatian tulus pada kondisi sehari-harinya, mengucapkan kalimat romantis, puji dan hargai keberadaannya, sesekali juga beri kejutan. Bahkan tanpa masalah khusus, tidak ada salahnya untuk melakukan konseling pernikahan. 

  • Komunikasi adalah Kunci

Hubungan adalah tentang komunikasi, karena menyatukan dua orang manusia dengan segala keunikan itu bukanlah pekerjaan mudah, dan tidak akan pernah mudah. Namun, kita bisa mengusahakannya. 

Komunikasikan secara dua arah, bicarakan dan dengarkan. Apa yang kita inginkan, apa yang pasangan butuhkan. Dengarkan apa yang menjadi beban pikirannya hari ini, simak apa yang ia rasakan tentang apa yang terjadi. Diskusikan tentang rencana masa depan, impian-impian bersama, sampai ke bagaimana menjelang hari tua. Pembicaraan-pembicaraan ini tidak akan terjadi tanpa adanya obrolan ringan sehari-hari, tentang banyaknya pekerjaan di kantor, tentang rekan kerja yang menyebalkan, tentang atasan yang selalu menuntut, tentang teman yang berkhianat, tentang tetangga yang terlampau ikut campur, atau bahkan tentang keluarga yang kelewat merepotkan. Bicara hal-hal yang terlihat tidak penting adalah hal penting dalam pernikahan. 

Sediakan waktu khusus untuk membicarakan tentang hubungan berdua. Bukan tentang anak, bukan tentang aset, bukan tentang keluarga, namun tentang bagaimana hubungan ini bisa lebih baik ke depannya. Ketahui love language masin-masing, atau praktikkan berbagai ide pertanyaan untuk deep talk atau coba jawab tebak-tebakan psikologi tentang hubungan asmara. Ini bisa menjadi hal yang seru untuk dilakukan, bisa sebagai media refleksi diri sekaligus untuk bisa lebih mengenal pasangan, misalkan dengan bertanya How Can I love You Better Next Week?

  • Mengalokasikan Energi yang Sesuai

Sama dengan peran apapun dalam hidup, peran sebagai suami atau istri juga butuh waktu dan tenaga. Sayangnya kita sering menganggap pasangan sebagai bagian dari kita yang tidak terlalu dipedulikan. Berjalan alami lebih seperti autopilot.

Memberi perhatian, menanyakan kabar, memastikan kebutuhan seseorang bisa kita dukung untuk terpenuhi, atau bekerja sama untuk mewujudkan mimpi itu jelas butuh tenaga. Meluangkan waktu untuk dihabiskan berdua dari terbatasnya waktu yang kita punya, juga bisa jadi terasa melelahkan. Tapi bukankah apa yang berharga itu memang perlu diperjuangkan?

  • Jatuh Cinta Lagi

Ingat apa yang membuat jatuh cinta dulu, hal-hal kecil yang disukai dari pasangan, hal-hal kecil yang menyenangkan pasangan. Ingat dan sering bicarakan, sehingga pasangan tahu apa yang bisa ia lakukan, bagaimana hal-hal kecil yang mungkin kadang tidak ia sadari menjadi hal yang berarti dan justru kita sukai. 

Sebagian menyebutnya sebagai attraction, ada juga yang mengistilahkannya sebagai spark, tidak apa. Selama kita berkomitmen untuk menjaga rasa, menjaga batas-batas interaksi pada pasangan dan orang lain, memelihara apa yang dinilai baik oleh pasangan, baik itu secara fisik ataupun non fisik. Dari penampilan, bagaimana kita memberi perhatian, sikap kita sehari-hari, juga ketulusan perhatian yang bisa kita beri. Ada yang suka dikirimi pesan romantis, ada yang senang diberi kejutn sekecil apapun itu, atau ada yang suka dibelai setiap hari. Menjaga pernikahan juga tentang terbuka pada hasrat sexual, satu-satunya kegiatan yang bisa dan harus dilakukan bersama pasangan. Apa yang baik sudah ada, saat terus dipelihara, mudah-mudahan bisa jadi letupan-letupan kecil hubungan yang akan menjaga kita sampai nanti tua.


  • Kebersamaan

Setiap kita setidaknya punya persamaan, entah itu keyakinan spiritual, bahasa, prinsip hidup, nilai yang diyakini, hingga hobi. Daripada terus menggerutu pada perbedaan, lebih baik temukan hal basic yang menjadi persamaan kita dan pasangan. Fokus pada hal itu, dan ambil keputusan yang berangkat dari sana. Tentukan juga hal apa yang bisa kita lakukan bersama, mulai saja dari sesederhana pekerjaan rumah saat akhir pekan atau menonton bersama lalu membahasnya berdua. Jika terlalu sulit untuk menemukan momentnya, lebih baik dijadwalkan. Mungkin rasanya asing masa pertemuan suami istri dijadwalkan, tapi dengan rentetan kegiatan kita di dunia yang serba cepat ini, tidak ada salahnya kita juga menyesuaikan diri. Daripada moment nya terus hilang sama sekali.


Penting untuk digaris bawahi, grey divorce umumnya terjadi karena adanya kondisi yang tidak nyaman dari salah satu pihak atau justru keduanya yang terus dibiarkan. Kondisi yang awalnya sepele namun lama kelamaan menurunkan hasrat, melebarkan jarak, dan menghilangkan rasa. Jika sudah sampai pada tahap demikian, tidak ada lagi yang bisa dipertahankan hingga berujung pada perpisahan. Maka selagi kita masih punya kesempatan untuk memelihara dan memperbaiki apa yang kini kita punya, lakukan, lakukan agar tidak ada penyesalan. 


Salam, Nasha







Pembahasan mengenai perempuan, kesetaraan, dan apa yang bisa kita lakukan sekarang sepertinya akan menjadi hal yang terus menarik. Sebagai orang tua, kita ingin anak perempuan bisa memiliki kesempatan yang sama. Kita juga ingin anak laki-laki yang bisa berlaku adil menghormati setiap orang tanpa batas gender. Bukan hal yang mudah memang untuk tiba-tiba mengubah apa yang sudah menjadi pemikiran turunan. Tapi dengan anak-anak yang ada di pangkuan, setidaknya kita bisa mulai mendidik mereka dengan kesadaran untuk membentuk laki-laki dan perempuan seperti apa mereka nantinya.  



Label Laki-laki dan Perempuan 

Sebelum lebih jauh membicarakan tentang jenis kelamin, ada hal paling dasar yang perlu kita ingat bahwa tidak ada yang namanya gender neutral. Setiap kita jelas terlahir dalam wujud laki-laki atau perempuan. Tidak ada sanggahan, tidak ada pilihan. Hanya kondisi medis tertentu, dengan probabilitas sangat rendah, yang membutuhkan proses pemeriksaan panjang dan ditangani secara profesional. Jadi secara umum memang kita tinggal menjalankan saja, sebagai laki-laki atau sebagai perempuan.

Harusnya tidak banyak perbedaan diantara keduanya, hanya hal-hal alamiah berkaitan dengan proses reproduksi yang paling kentara. Perempuan mengalami siklus naik turunnya hormon yang berpengaruh dalam aktivitas hamil, melahirkan, menyusui, serta sedikit banyak pada kondisi tubuh itu sendiri. Ini setidaknya baru terjadi di dekade kedua kehidupan, sehingga alamiahnya baik laki-laki atau perempuan itu nyaris sama saja.

Namun, kebudayaan telah memisahkan mereka bahkan sejak dalam kandungan. Kecanggihan teknologi daapat memprediksi dengan cukup akurat, jenis kelamin bayi yang masih di dalam rahim. Dari sana, kita sudah berburu pakaian sesuai dengan label yang ditempel oleh marketing perusahaan besar, pink untuk perempuan, biru untuk laki-laki. Jebakan pemasaran, secara sadar ataupun tidak, sudah membentuk pola pikir kita selama bertahun-tahun. Jenis pakaian yang sama, dipisahkan dengan warna, diperuntukkan secara berbeda.

Apa yang kurang tepat dari sini bisa kita telusur lagi dari sejarah pelabelan warna itu sendiri. Dulu bayi tidak diasosiasikan denan warna, mereka hanya diberikan pakaian berwarna putih atau pastel agar kotoran lebih mudah terlihat. Perjalanan pemisahan warna ini sangat erat kaitannya dengan media dan strategi pemasaran, pada masa setelah perang dunia. Saat mayoritas orang sudah terlalu familiar dengan warna cenderung gelap. Dilanjutkan dengan seorang tokoh kenegaraan yang muncul dalam nuansa pink, warna kesukaannya. Berbagai media kemudian meneruskan tampilan dan pesan pink, lalu semakin masiflah penarasian pink sebagai warna wanita. Video singkat dari Vox  memberi penjelasan yang cukup jelas dan singkat mengenai sejarah tersebut.

Momen itu dimanfaatkan dengan baik oleh berbagai produsen, khususnya di Amerika. Berbagai tagline dan produk khusus perempuan dilahirkan. Barang yang awalnya bisa dikenakan laki-laki dan perempuan kini menjadi asing, sehingga kita merasa perlu membeli lagi. Baju yang awalnya dikenakan si kakak perempuan saat masih bayi, terasa tidak tepat dikenakan oleh adik bayi laki-lakinya. Pembelian meningkat, begitu juga dengan profit perusahaan. 

Hal menarik lainnya adalah berbagai penelitian juga menunjukkan hal serupa. Alamiahnya anak laki-laki tidak cenderung memilih biru, begitu juga anak perempuan tidak akan serta merta memilih pink, hingga usia mereka setidaknya dua tahun. Saat mereka sudah banyak memahami persepsi masyarakat atas dirinya. Pelabelan ini terus berlanjut hingga kita dewasa. Dari apa yang dikenakan hingga yang dipikirkan. 



Sebenarnya tidak apa ada perbedaan perlakuan, karena memang laki-laki dan perempuan itu berbeda, namun batasnya harus jelas dengan basis yang kuat. Misalkan model baju anak perempuan lengkap dengan penutup kepala untuk menutup aurat. Tapi pemisahan warna, apalagi sejak bayi, ini menggiring kita pada banyak pelabelan lainnya. Bahkan pada jenis mainan masak-masak berwarna pink, yang seolah-olah hana diperuntukkan untuk perempuan saja. Padahal, bukankah setiap kita perlu kemampuan memasak dan untuk bisa memberi makan diri sendiri?


Memulai Kesetaraan dari Keluarga

Bukan hanya pemisahan warna yang tidak terjadi secara alamiah, pemisahan aktivitas juga merupakan produk budaya dan keyakinan di masyarakat. Sekali lagi, pemisahan itu tidak apa, karena memang laki-laki dan perempuan itu berbeda, selama dalam konteks yang tepat dan tidak merugikan.

Perempuan secara alamiah memang memiliki keistimewaan untuk hamil, melahirkan, dan menyusui. Hanya perempuan yang bisa menjalani itu. Sayangnya, dari ketiga peran itu kita menambahkan banyak rentetan fungsi lainnya, yang harusnya bukan hanya milik perempuan. Dengan fungsi menyusui, kita sering kebablasan menganggap tugas pengasuhan ada pada ibu saja, atau cenderung menjadi tanggung jawab ibu. Ayah hanya membantu. Dari anak yang biasanya dibersamai di rumah, merembet ke pekerjaan-pekerjaan rumah, sehingga seolah-olah pekerjaan rumah adalah pekerjaan perempuan. Suami yang mengerjakan berarti sedang membantu istri.

Peran pembantu yang disematkan pada laki-laki yang mengerjakan pengasuhan atau pekerjaan rumah ini jelas tidak tepat, karena sejatinya melakukan pekerjaan rumah perlu dikerjakan oleh setiap penghuni rumah dan menjadi tanggung jawab bersama. Begitu pula dengan pengasuhan, anak butuh dirawat bersama oleh ibu dan ayah. Anak butuh kehadiran kedua orang tuanya. Ayah dan ibu perlu tahu perkembangan anak, perlu paham apa yang anak butuhkan, dan perlu mencurahkan waktu, tenaga, dan perhatian yang seimbang terhadap anak-anak.


Baca Juga: Bundo Kanduang, Bukti Menghormati Perempuan Dapat Harmoniskan Kehidupan


Akibatnya perempuan terus diasosiasikan dengan urusan rumah dan anak. Saat mereka berkiprah di luar, tanggung jawab anak atas anak dipertanyakan. Pertanyaan yang tidak akan pernah diajukan pada lelaki karir. Sama halnya saat rumah terlihat tidak terurus, yang dipojokkan adalah perempuan, tanpa mempertanyakan bagaimana peran penghuni rumah lainnya. Dampak tidak mengenakkan dari pandangan ini bukan hanya pada perempuan namun juga pada laki-laki. Laki-laki yang harus tampil kuat dan lebih secara materiil dibanding perempuan, padahal sama-sama dikaruniai perasaan dan bisa jadi memiliki minat yang berbeda dari apa yang masyarakat sangkakan. Memasak tidak menjadikan laki-laki lebih rendah, begitupun dengan menangis. Dengan kesetaraan, semestinya tidak ada lagi tuntutan untuk perempuan harus mandiri bisa menyeimbangkan peran di dalam dan di luar rumah, sedangkan laki-laki terus digaungkan perlu dilayani. Karena sejatinya semua kita perlu mandiri dan pada titik tertentu juga perlu dilayani. 

Maka, untuk memulainya dari rumah, kita perlu melakukan berbagai penyesuaian yang mungkin terasa asing awalnya. Mungkin akan dipertanyakan, dikomentari negatif, atau bahkan diledek sekitar. Jika kita paham dasarnya, maka akan lebih mudah untuk mereka ulang persepsi dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh mengajarkan kesetaraan pada anak tersbeut, antara lain:

  • Nasihat Kehidupan

Bagaimana lagi kita mengajarkan kalau bukan dengan obrolan, dari selipan-selipan nasihat sehari-hari, dari apa-apa yang kita sampaikan pada mereka, termasuk tentang kesetaraan. Prinsip-prinsip kemandirian yang perlu ditanamkan, bukan hanya demi kepentingan kesetaraan, namun untuk anak itu pribadi. Melatih anak mandiri terbukti bisa meningkatkan kesehatan mental dan kebahagiaan anak, dengan seiring berkembangnya kepercayaan diri, kesabaran, hingga self-help mereka. 

Point-point penting yang perlu kita biasakan tentang kesetaraan adalah dengan tidak membedakan warna berdasar gender anak, tidak membatasi aktivitas anak hanya karena gendernya. Tanggapan-tanggapan yang mereka dengar dari orang lain, sanggah dengan kalimat yang jelas dan logis sesuai usia mereka. Ajak anak laki-laki mengerajakan pekerjaan rumah seperti mengurus bunga, ajak anak perempuan berolahraga seperti bermain bola.

Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah tidak selalu mengaitkan ayah dengan uang, tekankan pada peran ayah lainnya. Ini juga membantu mereka memahami bahwa tidak semua aktivitas perlu diukur dengan uang. Bekerja sebagai aktivitas menebar manfaat, sama dengan kerja bakti di lingkungan. 

  • Jadi Teladan

Apalah arti nasihat yang diucapkan tanpa tindakan yang dipertontonkan. Beri contoh bagaimana saling memperlakukan antara laki-laki dan perempuan, antara ayah dan ibu. Saling menghargai dan mendengarkan, saling berbicara dalam suara yang sama. Bekerja sama sebagai sesama penghuni rumah, berkolaborasi sebagai orang tua. Siapkan porsi tanggung jawab pekerjaan sesuai kondisi keluarga, lalu kerjakan bersama, atau kerjakan terpisah dengan pembagian sendiri-sendiri. Anak yang terbiasa melihat kerja sama orang tuanya, cenderung menjadi anak yang juga mudah bekerja sama dengan orang lain dan mudah menerima perbedaan. 

Tumbuh dalam budaya patriarki menjadi beban tersendiri untuk laki-laki, dengan tuntutan menjadi 'si paling', tanpa diberi kesempatan merasakan. Padahal kita semua manusia yang punya perasaan, laki-laki bisa merasa sakit juga sedih. Ayah yang terbuka tentang perasaannya, bisa menjadi contoh bagi anak agar mereka juga bisa terbuka, pada orang tuanya terutama. Akui apapun yang anak rasakan, dengarkan dengan penuh perhatian, dan biarkan mereka memproses itu. Anak laki-laki bisa merasa sakit boleh bersedih sehingga menangis, juga kadang juga bisa lemah. 

  • Setiap Kita Sama

Ini dasar yang perlu kita tanamkan pada anak, bahwa siapapun mereka, apapun latar belakangnya tidak menjadikan mereka superior dibanding anak lainnya. Kita masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, dan tidak satupun kita bisa melihat segala sisi tersebut. Orang yang terlihat serba ada bukan berarti berada di atas kita, begitu pula orang yang terlihat serba kekurangan tidak menjadikan mereka lebih rendah dari kita. 

Pemahaman tentang perbedaan menjadi dasar bagi anak memahami kesetaraan. Kita berhak atas kesempatan yang sama. Kemampuan untuk menerima perbedaan dapat menjadikan mereka pribadi yang lebih lapang nantinya, lebih mampu memberikan hak-hak sesuai porsinya. Mengakui kemampuan dan kapabilitas tanpa terhalang atribut, melihat anggota keluarga sebagai bagian dari masyarakat yang sama-sama memiliki peran yang penting, serta bertanggung jawab pada dirinya sendiri. 



Dampak dari ketidaksetaraan ini sebenarnya tidak hanya dirasakan oleh manusia dewasa di tempat kerja atau saat bereperan di masyarakat, tapi juga pada kehidupan secara keseluruhan bahkan pada anak-anak. Budaya ini disinyalir menjadi salah satu faktor penyebab tingginya angka fatherless di Indonesia, sebagai peringkat ketiga di dunia. Pengasuhan yang menitik beratkan pada ibu membuat sosok ayah jarang hadir bahkan sulit berkomunikasi dengan anak sendiri. Sehingga penting untuk kita sebagai orang tua saat ini, yang sudah terpapar banyak informasi, untuk mengubah sudut pandang, pola pikir, serta perlakuan yang bisa memenuhi kebutuhan anak-anak. Dari keterbukaan tentang kesetaraan gender, pemikiran kita bisa meluas pada kesetaraan lain yang membuka kesempatan setara dan lebih luas bagi mereka di masa yang akan datang.



Salam, Nasha


 



Setiap keluarga memiliki standar tertentu dalam pengasuhan anak. Biasanya ini mengacu pada tujuan pengasuhan itu sendiri, ingin mendidik anak yang seperti apa, serta nilai-nilai apa saja yang diyakini orang tua. Namun pada praktiknya, jarang keluarga atau orang tua yang benar-benar membicarakan hal apa saja yang penting dalam pengasuhan mereka, khususnya saat sedang bersama anak-anak. Lebih banyak pula orang tua yang tidak konsisten dengan pemahaman mereka sendiri, akibatnya anak jadi bingung, orang tua jadi lebih mudah marah. Menyepakati apa yang penting saat bersama anak merupakan hal yang perlu dilakukan agar bisa berkesadaran dalam pengasuhan.


Membersamai Buah Hati

Membersamai merujuk pada kegiatan yang dilakukan bersama, bisa juga berarti menghabiskan waktu bersama. Sedangkan untuk membersamai buah hati, kita bisa mengartikannya sebagai waktu yang kita habiskan bersama dengan anak-anak. Tentunya kita ingin agar waktu-waktu tersebut menjadi waktu berkualitas yang bermanfaat dan membahagiakan bagi anak serta menjadi kenangan manis untuk mereka kelak. Sayangnya tidak banyak orang tua yang benar-benar menyadari ini, hingga satu tahun terlewat, dua tahun, lalu tiba-tiba mereka sudah bersekolah, semakin mandiri, dan semakin jauh.

Benar ternyata, "the days are long but the years are short."

Apa yang kita upayakan sekarang adalah agar kita tidak menyesal dihari kemudian. Menghabiskan waktu bersama sekaligus membentuk karakter mereka. Sebelum hal-hal kecil yang mereka lihat dan dengar menjadi apa yang terus mereka konsumsi yang mempengaruhi pola pikir mereka. Sebelum hal-hal sepele yang mereka lakukan dan terus kita biarkan akan menjadi kebiasaan yang akan mereka bawa hingga dewasa.



Bagaimana Melakukannya

Hal pertama yang perlu kita ingat adalah setiap keluarga punya hak untuk menjalankan pengasuhan yang berbeda-beda. Setiap oranng tua bebas untuk menggunakan cara yang mereka anggap terbaik dalam merawat dan mendidik anak-anaknya, dalam batas kewajaran ya. Dari sini, kita bisa lebih leluasa untuk lanjut terus dengan apa yang kita yakini, tanpa peduli dengan komentar orang lain. Begitu pula, kita tidak akan ikut campur dalam cara pengasuhan orang tua lain. 

Pertama, diskusikan dengan pasangan. Pekerjaan menjadi orang tua adalah peran antara ayah dan ibu, suami dan istri. Bicarakan berdua, jadikan tambahan peran ini menjadi hal yang diseriusi, yang memang akan memakan lebih banyak waktu dan energi. Sadari bahwa menambah peran pasti akan menambah pekerjaan, menambah beban pikiran, menambah banyak hal yang perlu dipersiapkan.  Baru kita bisa lanjtut ke pertanyaanm berikutnya, apa saja yang dibicarakan?

Visi keluarga, tidak mesti dalam kata visi tapi sama-sama tahu apa tujuan membangun rumah tangga ini. Karena dari situ kita bisa melangkah bersama-sma mengarah ke tujuan tersebut. Misalkan, ingin sehidup sesurga. Ingin kembali bersama dikumpulkan di surganya Allah, tentu step-step yang dilakukan akan mengarah ke sana. Pasangan suami istri yang saling mendukung dalam ibadah dan kebaikan, yang saling mengingatkan saat ada kelalaian. Tidak akan menuntut harta yang berlimpah karena utamanya adalah berkah. Anak-anak pun aan dididik dalam koridor yang diridhoi Allah, sesuai dengan ajaran Rasulullah, dst. Jika visinya jelas, ada kondisi apa-apa, semua anggota keluarga bisa mengacu pada visi tersebut.

Benar, menuliskannya jauh lebih mudah daripada mengerjakannya. Rencana diskusi sering juga berakhir perdebatan hingga diam-diaman. Kadang itu bisa dijadikan pengingat pada banyak kemungkinan. Mungkin ada hak-hak dasar yang kita abaikan, mungkin kondisi diri sendiri yang sedang tidak prima, atau mungkin memang pondasi komunikasinya yang belum sebaik seharusnya. 

Kembali pada visi, jika dirasa terlalu jauh atau serius (dan banyak juga orang yang justru menghindarinya), bisa coba dengan memendekkan lagi dalam topik pengasuhan saja. Misalkan pada diskusi ingin anak yang bagaimana? Iya, awalnya memang pembicaraan akan berputar pada kata kunci tujuan. 

Ingin anak yang unggul berprestasi atau bahagia dengan hal yang ia suka? Ada keluarga yang menganggap bahwa prestasi itu yang utama bagi anak karena akan memuluskan masa depannya nanti, agar hidup bisa lebih leluasa punya banyak pilihan. Ada pula keluarga yang lebih santai tidak ingin menuntut anak dan pengasuhannya berjalan seperti air mengalir. Sebagian keluarga menginginkan anak yang berbudi pekerti tinggi, paham nilai-nilai kebaikan, dan bisa bermanfaat bagi sesama. Ini hak masing-masing keluarga. 

Tujuan itu setidaknya menurun pada aturan apa yang diterapkan pada anak hingga kegiatan apa saja yang dibiasakan pada anak. Bersekolah sejak usia dini, mengikuti berbagai perlombaan hingga olimpiade, mendaftarkan mereka ke banyak kursus untuk meningkatkan kemampuan, mengakselerasi keterampilan mereka karena ingin menjadi yang paling. Sebagian lagi menghabiskan sebanyak-banyaknya waktu untuk bermain bersama, tidak memiliki target tertentu. Bermacam-macam tergantung pada tujuan tersebut. 

Bagi saya, rutinitas pribadi anak memang bisa saja mengalir begitu saja, karena secara sadar ataupun tidak, rutinitas tersebut akan mengikuti nilai yang kita yakini. Namun membicarakannya dengan serius akan memberi kita kesempatan untuk mengevaluasi, rutinitas tersebut susah sesuai atau belum dengan arah yang kita tuju. 

Menetapkan prioritas mana yang wajib dikerjakan anak, mana yang perlu, mana yang bisa iya bisa tidak, mana pula yang lebih baik ditinggalkan. Ini termasuk pada aktivitas seperti makan, mandi, hingga beribadah juga screen time.  Sampai sini saja dulu, hal-hal lain bisa mengikuti dengan mengacu pada visi tadi. jika benar-benar kita kerjakan, dan berkala dievaluasi, akan terlihat ke arah mana dan sejauh mana keluarga kita berjalan. 


Saat Bersama Anak

Saya pernah membagi ketentuan ini menjadi sebelum membersamai, saat membersamai, hingga setelah membersamai. Tapi setelah dilihat lagi, yang paling perlu dibicarakan adalah bagaimana saat kita sedang membersamai anak. 



Jika disingkat, untuk point sebelum membersamai, kita perlu merumuskan visi, menyepakati ketentuan, dan membiasakan aktivitas rutin anak. Maka saat bersama anak, yang perlu kita lakukan hanyalah hadir seutuhnya. Memberi perhatian sepenuhnya di waktu-waktu itu, full attention. 

Dari beberapa tahun ini, saya menyadari bahwa seringnya saya 'mengamuk' pada tingkah anak itu bukan murni karena tingkah mereka, namun karena beban-beban yang saya bawa saat sedang bersama mereka. Jadi hal sepele yang mereka lakukan akan memancing emosi saya. Begitu juga dengan mereka, saat kita sedang tidak fokus, mereka akan cenderung lebih bertingkah untuk menarik perhatian. Tidak adil kan, meminta mereka yang mengerti padahal harusnya kita sebagai orang dewasa lah yang harus lebih pandai menempatkan diri. 

Susah memang, karena yang kita lakukan tidak hanya membersamai mereka. Banyak pekerjaan lain yang perlu juga diselesaikan. Prosesnya pun naik turun, kondisi kita tidak bisa selalu prima bersama mereka. Kadang lelah tapi tetap harus bermain bersama mereka. Sepertinya jawaban paling bisa saya sampaikan adalah komunikasi. Dengan terus melakukan sounding, memanfaatkan waktu bersama dengan berkualitas, serta benar-benar memperhatikan pemenuhan kebutuhan mereka. Pelan-pelan anak akan lebih mudah diajak bekerja sama. 

Setelahnya, biasakan untuk melakukan hal apapun dengan anak sampai selesai. Ini penting untuk mengajarkan anak menyelesaikan apa yang ia mulai, dan belajar bertanggung jawab. Ini juga membantu mereka menyadari bahwa segala sesuatu perlu persiapan dan penyelesaian, secara tidak langsung anak akan belajar lebih berkesadaran saat melakukan dan lebih sabar dengan prosesnya. InsyaAllah.

Di rumah, saya punya beberapa hal yang menjadi patokan dan ini secara berkala dibicarakan. Awal-awal tidak terlalu serius, sekaran malah dibuat catatannya. Supaya sama-sama ingat dan bisa saling mengingatkan. Kadang kita mudah sekali terlena, sehingga kalau ada catatan bisa kembali lagi ke track, lihat goalnya, lihat tahap perkembangannya. Jikapun tidak sesuai juga bisa dievaluasi kenapanya.

Kebiasaan yang sedang kami usahakan juga sebenarnya sederhana. Contohnya, dengan anak yang masih dibawah tujuh tahun ini, prioritasnya adalah membuat pondasi karakter mereka sehingga pembiasaan cenderung ke adab-adab kelakuan, bukan ke arah kemampuan akademis. Dari sana, aktivitas yang dibiasakan juga menyesuaikan, seperti ibadah harian, bagaimana berbicara dan berlaku, kebiasaan mengerjakan pekerjaan rumah, kemandirian menyelesaikan urusan tubuh sendiri tanpa bantuan, dsb. Tidak ada catatan sebenarnya juga bisa, tapi dengan mengerjakannya di level serius bukan mengalir saja, mudah-mudahan kami bisa saling mengingatkan dan hal-hal baiknya bisa tercapai.

Hal terakhir yang perlu kita ingat adalah konsistensi dalam menerapkan apa yang telah kita sepakati bersama. Jika ada aturan maka konsisten dengan itu, jika ada jadwal juga konsisten dan jangan lupa menyampaikan pada anak jika ada perubahan. Jangan sampai ada pertentangan antara ayah dan ibu di hadapan anak. Ini akan membuat mereka bingung dan tidak nyaman. Diskusikan di belakang mereka secara berkala, karena mau bagaimanapun ayah dan ibu tetaplah dua kepala yang berbeda isinya. Komunikasi orang tua yang baik akan tercermin dalam pengasuhan. Begitu pula komunikasi yang baik dengan anak juga dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka, modal bagi mereka beranjak dewasa.



Salam, Nasha






Seetelah beberapa bulan memasuki tahun ajaran baru, kita kembali bersiap untuk mencari lanjutan sekolah anak karena umumnya sekolah sudah membuka pendaftaran murid baru sejak bulan September bahkan Agustus. Pada jenjang SD, anak sudah lebih matang sehingga kita punya bayangan yang lebih jelas mengenai kriteria sekolah yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dari banyaknya pilihan SD yang ada di Kota Solo, ada puluhan SD swasta dan sebagiannya mendapatkan akreditasi A. Beberapa pilihan SD Swasta di Solo tersebut terangkum rinci dengan biaya dan pilihan ekskulnya dibawah ini.


Pertimbangan Akreditasi Sekolah

Sebenarnya setiap keluarga memiliki pertimbangan masing-masing dalam memilih sekolah yang sesuai. Kesamaan visi dan tujuan, kualitas pendidikan, fasilitas yang ditawarkan, serta berapa yang perlu disiapkan untuk biaya SD pilihan di Solo ini. Namun unsur-unsur tersebut bersifat subjektif berdasarkan preferensi masing-masing keluarga.

Salah satu pertimbangan yang bisa menjadi acuaan adalah akreditasi sekolah. Penilaian yang dilakukan oleh lembaga resmi pemerintah, BAN-S/M, atas kesesuaian lembaga pendidikan dengan standar pendidikan nasional. Biasanya penlian didasarkan pada seluruh jajaran guru hingga tenaga admnistrasi, profil sekolah, program sekolah, mutu pelayanan, prestasi siswa, sarana prasarana yang disediakan, dsb. Dari sini dapat diambil kesimpulan apakah lembaga tersebut telah memenuhi standar yang ditetapkan atau belum. Hasilnya adalah akreditasi A, B, dan C dimana akreditasi terbaik adalah akreditasi A dengan kisaran nilai akhir sekolah adalah 91-100. 

Jumlah SD Swasta di Kota Solo ini memang masih kalah dibanding SD Negeri, namun peminatnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pilihannya semakin banyak, fasilitas yang ditawarkan juga semakin menggiurkan. Belum lagi pelayanan dan kualitasnya yang memuaskan. Akibatnya, kita sebagai orang tua yang malah kewalahan memilih mana ya SD yang paling cocok. Maka, saya coba merangkum pilihan SD Swasta yang ada di Solo dengan mutu terjamin berkat disandangnya akreditasi A oleh lembaga-lembaga ini.

Baca Juga: Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak


Pilihan SD Swasta Akreditasi A area Solo



Setidaknya ada sekitar 100 SD Swasta dan sekitar 150 SD Negeri yang tersebar di Kota Solo. Untuk Negeri, pilihan sekolah dipersempit dengan adanya syarat zonasi. Sedangkan pilihan SD Swasta menjadi cukup banyak dengan keunggulan masing-masing yang ditawarkan. Syukurnya sekarang mencari informasi tidak lagi sulit, cukup dengan mengandalkan internet untuk melihat website sekolah atau sosial medianya dan data Kemdikbud. Untuk informasi detail juga bisa menghubungi melalui Whatsapp atau telepon sekolah.

Semua data sekolah ini saya dapatkan dengan menghubungi pihak sekolah. Niatnya agar bisa menyiapkan dana yang dibutuhkan saat anak masuk SD nanti, karena biaya masuk SD sekarang lumayan menguras kantong. Dari banyaknya pilihan saya saring mana yang kira-kira bisa terjangkau dari tempat tinggal dan mana yang biayanya masih masuk akal (menurut saya). Informasi seperti jadwal kegiatan dan pilihan ekstra kurikuler kadang sudah ditampilkan dilaman resmi sekolah, kadang juga tidak. Begitu juga dengan biaya yang perlu kita persiapkan. Selain kesesuaian nilai yang dijunjung sekolah dengan visi keluarga, komponen lain yang menjadi pertimbangan saya adalah jadwal kegiatan dan pilihan aktivitas diluar akademik. 

Untuk penghitungan biaya sekolah yang tepat, saya akan menjumlahkan seluruh komponen biaya awal dan biaya tahunan lanjutan untuk memastikan kesiapan. Karena kadang ada sekolah dengan SPP yang terlihat terjangkau, namun mematok angka cukup tinggi untuk biaya pendidikan tahunannya. Ada juga yang terlihat mematok SPP bulanan cukup tinggi, namun ternyata sudah include all, alias tidak ada lagi tambahan biaya-biaya lainnya. Jadi untuk pertimbangan biaya sekolah SD anak di Solo ini, pastikan untuk memperhatikan semua komponennya dengan cermat ya.


  • SD Alam Muhammadiyah Surya Mentari

Jajar, Laweyan, Surakarta - 0271 741155 - WA 089673655011 

Jadwal Belajar: Senin-Jumat 07.00-13.45 (Kelas 1-3), 07.00-14.45 (Kelas 4-6)
Ekstra Intra: Hizbul Wathon (HW), Tapak Suci, Drumband, Renang, Perkusi Etnik Jimbe, Musik & Vokal, Melukis, Qira'ah, Tari, Tenis Meja, Robotik, Futsal, Panahan, Jurnalistik
Kurikulum: Nasional, Muhammadiyah, dan Alam
Unggulan: SAPA (Sekolah Alam Performing Art), OTFA (Out Tracing Fun and Adventure), Outbond, Wahana Flying Fox dan Wall Climbing, Max. 20 anak/kelas, Melayani Kebutuhan Khusus
Biaya Sekolah: Rp 12.900.000 Biaya Tahunan Rp 4.500.000
SPP SD Bulanan: Rp 600.000 (excld. ekskul, katering 185-200rb/bulan

  • SD II Al Abidin

Banyuanyar, Banjarsari, Surakarta - 0271 735039 - WA 081809071934

Jadwal Belajar: Senin-Jumat 07.00-14.00 (Kelas 1-2), 07.00-15.30 (Kelas 3-6).
Sabtu kegiatan ekskul dan remidiasi
Ekstra Intra: Tahfidz, Olimpiade Math & Sains, Scratch Game, Panahan, Renang, Berkuda, Robotik, Futsal, Sains, Martial Art, 
Kurikulum: Nasional dan Cambridge
Unggulan: Double Kurikulum, Trip, Camp, Outing, Talent Show
Biaya Sekolah: Rp 15.550.000 (gel. istimewa pot. 4jt) Biaya tahunan Rp 3.000.000
SPP SD Bulanan: Rp 900.00 (include all)

  • Lazuardi Kamila GCS

Setabelan, Banjarsari, Surakarta - 0271 635694 WA 085640425350

Jadwal Belajar: 07.30-13.30
Ekstra Intra: Tahfidz, Muri-Q, pencak silat, pantomim, perkusi, Budidaya Tanaman, Tari Tradisional, English Fun, Corel Draw, Karate, Komik, Futsal, Taekwondo, Pidato, Dongeng, Vokal serta Art & Craft. 
Kurikulum: Nasional dan Internasional modifikasi Lazuardi, Pengantar Bilingual (Full English untuk Math, Science, English), Melayani Kebutuhan Khusus
Unggulan: Outing, Kemah, Outbond, English Day, 
Biaya Sekolah:  Rp 15.120.000 (gel. 1 Rp 12.945.000) Biaya Tahunan Rp 1.000.000
SPP SD Bulanan: Rp 800.000  (excld. katering, antar jemput)

  • SD Al Firdaus
Punggawan, Banjarsari, Surakarta - 0271 716429 - WA 081327229008

Jadwal Belajar: 07.30-14.00 (Kelas 1-2) 07.30-15.30 (Kelas 3-6)
Ekstra Intra: Panahan (wajib), Badminton, Futsal, Taekwondo, Math, Sains, English, Content Creator, Robotic, Vokal, Lukis, Angklung, Jimbe, Tahfidz, Tadarus, English, Jawa, Social Emotional Learning, Literasi, Visual Art, Pramuka ICT
Kurikulum: Nasional dan Internasional iB
Unggulan: Sekolah inklusi percontohan nasional,2022 Sekolah Penggerak
Biaya Sekolah: Rp 18.366.000 Biaya semesteran Rp 3.195.000
SPP SD Bulanan: 1.122.000 (include all)

  • SD Muhammadiyah PK Kotta Barat
Purwosari, Laweyan, Surakarta - 0271 712158 - WA 081559956017

Jadwal Belajar: 06.30-14.30 (Kelas 1-2) 06.30-15.15 (Kelas 3-6)
Ekstra Intra:  Mewarnai, Menggambar, Tari, dan Kriya Mama (Wajib Kelas 1)
(Opsional) Coding, Tari, Seni, Quran, English, Musik, Renang, Cooking, Badminton, Panahan, Berkuda, Teater, Pencak Silat, Futsal, Fotografi, Khitobah, Robotik, Sains, Jurnalistik, Sepatu Roda 
Kurikulum: Nasional
Unggulan:  Nilai Muhammadiyah, seangkatan 3 kelas masing-masing 28 anak dengan 2 wali kelas
Biaya Sekolah:  Rp 13.750.000-Rp 14.250.000 Biaya Tahunan: -
SPP SD Bulanan: Rp 1.400.000 (include all)

  • Focus Independent School
Manahan, Banjarsari, Surakarta - 0271 725257 WA 081282735283

Jadwal Belajar: Senin-Jumat 07.45-13.00 (Kelas 1-2) 07.45-13.40 (Kelas 3-4) 08.00-14.30 (Kelas 5-6) 
Ekstra Intra: Basket, Visual Art, Comic Strips  
Kurikulum: Nasional dan Internasional Cambridge
Unggulan: Double Kurikulum, Fasilitas sekolah
Biaya Sekolah: Rp 21.000.000 Biaya Tahunan Rp 5.500.000
SPP SD Bulanan: Rp 1.700.000

  • Al Azhar Syifa Budi 
Panularan, Laweyan, Surakarta - 0271 725306 - WA 087803435440

Jadwal Belajar: 07.00-13.00 (Kelas 1-2) 07.00-14.00 (Kelas 3-6)
Ekstra Intra:  Pramuka, Menulis, Melukis, Karate, English, Robotic, Futsal, Musik, Panahan, Jurnalistik, Qira’ah, Khitobah, Math, Sains
Kurikulum: Nasional dan Al-Azhar
Unggulan: Moving Class System, Aktivitas Life Skill dan Outdoor, Sistem Belajar Child Center dengan max. 25 anak/ kelas.
Biaya Sekolah:  Rp 19.130.000 Biaya Tahunan Rp 3.500.000
SPP SD Bulanan: Rp 700.000

  • SD IT Nur Hidayah
Kerten, Laweyan, Surakarta - 0271 724379 WA 081328340924

Jadwal Belajar: 07.00-14.00 (Kelas 1-2) 07.00-15.30 (Kelas 3-6) Sabtu 07.30-12.30
Ekstra Intra: Pramuka (Wajib Kelas 3-5), Tahfidz, Wushu, Tapak Suci, Taekwondo, Jimbe, Robotik, Lukis, Dokter Cilik, Komputer, Karawitan, Jurnalistik, English, Tenis Meja, Kewiarausahaan, Vokal/Nasyid   
Kurikulum: Nasional 
Unggulan: Pendidikan Islam Terpadu 
Biaya Sekolah: Rp 15.650.000 Biaya Tahunan Rp 1.000.000 (Perkiraan kegiatan dan buku)  
SPP SD Bulanan: Rp 950.000

  • SD Bina Widya
Pucangsawit, Jebres, Surakarta - 0271 638285 WA 08981310362

Jadwal Belajar: 07.00-13.20
Ekstra Intra: Pramuka (Wajib), Tari, Melukis, Karate
Kurikulum: Nasional 
Unggulan: Berbasis Tiga Bahasa (Indonesia, English, Mandarin) 
Biaya Sekolah: Rp 8.500.000 Biaya Tahunan Rp 2.500.000  
SPP Bulanan: Rp 800.000

  • SD Ta’mirul Islam
Bumi, Laweyan, Surakarta - 0271 724020 WA 081393242274

Jadwal Belajar: Senin-Sabtu (Jumat libur) 07.15-12.40 - Tahfidz dan Sains 07.15-15.00
Ekstra Intra: Seni, Coding, Tilawah, Perkusi, Rebana, Kaligrafi, Bhs Arab, Karawitan, Panahan, Karate, Futsal, Teater, Papercraft, Music, Cooking, PMR, Broadcasting, Badminton, English, Sains, Murotal, Literasi
Kurikulum: Nasional 
Unggulan: Pilihan Program Reguler, Digital Sains, dan Tahfidz, 2022 Sekolah Penggerak
Biaya: Rp 8.200.000 - Rp 9.050.000 Biaya Tahunan: -  
SPP: Rp 450.000 (minimal)

  • SD TQ Al-Mujahidin
Banyuanyar, Banjarsari, Surakarta - WA 085179575883

Jadwal Belajar: Senin-Kamis 07.00-15.00 (setelah ashar) Jumat 07.00-11.00 (sebelum dzuhur) Sabtu - ekstra kurikuler
Ekstra Intra: Public Speaking, Pramuka, Handycraft, Taekwondo, Pencak Silat, TIK, Futsal
Kurikulum: Nasional 
Unggulan: Pilihan kegiatan beragam, Target Lulusan Hafal 6 Juz Quran dan Hadits Arba'in, serta Aktif Berbahasa Inggris dan Arab
Biaya Sekolah: Rp 6.500.000 Biaya Tahunan: 3.850.000 
SPP SD Bulanan: Rp 255.000




Itulah beberapa rincian informasi biaya SD di Solo tahun 2024/2025 dengan pertimbangan jam belajar dan pilihan kegiatannya. Biasanya akan ada kenaikan biaya sekitar 5-10% setiap tahun etrgantung kebijakan masing-masing sekolah. Satu hal lagi yang perlu diketahui adalah tidak semua SD Swasta dengan Akreditasi A ada dalam daftar diatas. Begitu pula, SD yang tidak menyandang akreditasi A bukan berarti tidak bisa menjadi pilihan. Ini murni keputusan masing-masing keluarga. Dari survey awal di SD-SD tersebut, pendaftaran gelombang awal (rata-rata hingga Oktober atau awal November) biasanya akan mendapat potongan uang pendaftaran sehingga lebih meringankan untuk biaya dan lebih menenangkan juga karena tidak berebut quota jumlah siswa nantinya. Tulisan ini juga terbuka untuk tambahan informasi lain. Semoga bermanfaat!



Salam, Nasha





Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (21)
    • ►  Mei 2025 (2)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ►  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ►  Januari 2024 (3)
  • ▼  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ▼  Oktober 2023 (10)
      • Dari Anak Muda, Kepada Pembuat Kebijakan, tentang ...
      • Mengenal Gray Divorce dan Apa yang Bisa Kita Pelaj...
      • Mengajarkan Kesetaraan pada Anak dan Bagaimana Per...
      • Membersamai Buah Hati, Sepakati Aturan Dasar agar ...
      • Info Biaya SD di Solo dengan Akreditasi A, Lengkap...
      • Kenapa Kita Perlu Peduli pada Binatang dan Bagaima...
      • Mental Health Day: Jaga Mental yang Sehat dengan B...
      • Rekomendasi Toko Kue di Solo:Tampilan Sesuai Keing...
      • Pernikahan dan Membangun Keluarga Ideal bagi Gen Z
      • Hari Senyum Sedunia: Latih Senyum dan Gestur untuk...
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ►  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes