• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Dengan menurunnya grafik kasus covid19 mungkin sebagian orang udah mulai berani gak maskeran lagi yaa. Aku sih, meski mulai sedikit santai, tapi tentu masih parnoan. Dan yaudahlah maskeran juga gak semenyusahkan itu.


Berhubung aku pingin maskeran tapi tetap kelihatan ok, aku paling suka model masker yang KF94 ini. Apalagi ni diklaim lebih efektif daripada masker medis biasa atau masker kain ya. Biasanya masker KF94 ini disandingkan dengan masker KN95. Untuk modelnya aku prefer si KF94 ini sih.

Sebelumnya, KF94 ini artinya Korean Filter, yang artinya masker ini dibuat dengan standar Korea dengan tingkat filtrasi atau penyaringan masker hingga 94%.

Semakin beragamnya jenis masker yang beredar, semakin bingung kan mau pilih masker yang merk apa. Buatku pertimbangannya antara lain:

- Termasuk masker medis atau tidak karena aku tetap prefer masker KF94 yang medis atau surgical mask

- Ada tidaknya izin edar, ini wajib ya supaya aman dipake.

- Merknya baru-baru ada ini atau udah lama, terus review-reviewnya gimana

- Harga, masuk akal apa nggak. Kalau yang terlalu murah juga kan bikin curiga kok bisa murah banget gitu, aman gak ya. Tapi yang mahal juga jadi bikin penasaran, eh kok berani sih naro harga setinggi itu emang kelebihannya apa banget?

Baru deh setelah dicoba ketahuan nyaman nggaknya, cukup lembut gak, ketebalannya pas gak, diwajah pas gak, pas nafas bikin sesak gak. Loh, kok jadi banyak.

Nah, dengan beragam peritmbangan diatas, ini beberapa rekomendasi masker medis KF94 yang aku golongkan sebagai masker kelas menengah dengan harga satuannya dibawah lima ribu!



Onemed

Ini masker medis KF94 pertama yang aku beli. Harga box nya sekitar 50rb, dengan variasi warna hitam, putih, abu-abu, hijau tua, pink, biru muda, dan cream. Ini merk dagang yang somehow cukup familiar di aku, ternyata emang bikinan pabrik alat-alat kesehatan dari Surbaya sejak 2002.

Masker ini tergolong terjangkau ya, karena jadinya cuma2rb per item dengan warna yang variatif. Maskernya gak terlalu tebal juga gak terlalu tipis, terus cukup lembut juga, dan dipake lumayan nyaman. Aku kurang sreg nya cuma dibagian pinggirannya kalau kelamaan pake.

Softies

Masker ini keluaran merk besar Softex, yang udah ada sejak 50 tahunan yang lalu, meskipun bikin masker ini kayanya mulai pas pandemi. Terus pas aku cek range harganya juga masuk akal, akhirnya aku memutuskan coba juga.

Dan emang bener, maskernya lumayan banget, dengan harga sekitar 60rb per box isi 20pcs. Bahannya lebih lembut dari OneMed, ketebalannya sih sama ya. Tapi variasi warnanya gak sebanyak OneMed, cuma ada warna putih, hitam, pink, biru muda (edisi Japanese), dan hijau (edisi Ramadhan)

BAGUS

Pertama kali tau ada masker merk Bagus ini karena dikasih, waktu itu yang masker medis biasa. Dan itu nyaman banget,lembut  dengan tali karet yang lebih lebar jadi gak nyakitin telinga. Lalu, pas mulai banyak yang produksi modelan KF94 ini, aku jadi cobain juga deh. 

Aku beli 1 box isi 20pcs dengan harga sekitar 60rb. Sayang pilihan warnanya cuma hitam, putih, pink.. Seller yang sedia merk ini juga gak sebanyak merk-merk sebelumnya, gak tau kenapa. Untuk dipake, maskernya juga nyaman, lembut, karet telinganya lebih besar dibanding masker merk lain, jadi emang lebih nyaman di telinga. Tapi, maskernya sendiri lebih lembut Softies ya menurutku. 

Fivecare

Aku tergoda beli ini pure karena variasi warnanya dan harga yang terjangkau. Gak tau merknya, dan gak tau juga ini perusahaan apa, karena aku cari infonya kok susah ketemu ya. Tapi tenang, masker ini udah ada ijin edar kok. Aman ya.

Kayanya ini yang paling mahal diantara yang lain, harganya sekitar 70rb per box dengan variasi warna terbanyak yaitu 14! Waw! Ada hitam, putih, merah, lilac, abu-abu, kuning, pink, coklat, orange, biru muda, cream, hijau, mint, tosca. Kalau dari tampilannya sih, masker ini somehow lebih tegap gitu ya, Lah dikata baris berbaris. Bahannya juga pas dipegang lebih terasa tebal, jadi lebih yakin safe aja gitu, tapi gak sesak kok, tetap nyaman. Dan gak bikin gatel juga pinggirannya.

Kalau prefensi aku sih ke Softies ya, meskipun beda-beda tipis sama yang lain, tapi ini yang paling lembut. Nah, suamiku sih lebih suka Fivecare. Aku bisa tergoda juga sih, dengan lucu-lucunya warna yang ditawarkan itu. Jadi semua kembali ke selera masing-masing ya. Yang penting jangan lupakan yang penting, keamanan.

Selain masker 'menengah' diatas, aku juga penasaran nih sama masker-masker muahal. Setau aku masker beredar yang paling mahal itu merk 3M ya. Tapi belum pernah beli, karena selain mahal aku gak merasa pantas pake itu. Bukan nakes, bukan garda terdepan, siapalah aku pake 3M sagala. 

Tapi ada satu nih yang mencuri perhatian aku dengan harganya yang mayan bikin terkejut tapi peruntukannya umum. Apalagi variasi warnanya banyak buanget. Gemes!



Pokana

Aku tau merknya ini dari popok bocah ya. Cuma tau kalau popoknya ada yang reguler (harga masuk akal) dan ada yang premium (masuk ke top list popok termahal). Nah, kemaren setelah memberanikan diri ikut acara nikahan, aku kepingin cobain masker Pokana ini. Ada yang sachetan isi 2pcs dan yang box isi 12pcs. Kalau dihitung satuannya bisa lebih dari 10ribu.

Warnanya ada buanyak banget ternyata. Dan lucu semua, aku gemash! Karena arah warna bajuku ke gold dan light brown gitu aku belinya warna nude brown. Lucu deh. Dan emang ya ada harga ada rupa. Aku pake seharian tuh nyaman banget, gak masalah, gak sesak sama sekali. Berdesakan dengan kerumunan juga tetap ok. Bahannya lembut, ketebalannya pas, diwajah pas, dan nyaman banget! Pingin nyoba yang special edition warna gradasi itu, tapi belum menemukan alasan penguatnya selain karena lucu doang, jadi ya ntar-ntar deh! ;D


Salam, Nasha.


Gak bisa move on kalau cuma bahas bukunya doang. Jadi ini satu postingan tentang kebudayaan mereka yang aku tangkep, dari buku Bringing Up Bebe, dan gara-gara barengan sama nonton serial Emily in Paris. Jadi aku (merasa) makin nyambung sama kebiasaan dan kebudayaan Prancis ini. Coba kita lihat ada apa aja ya.

bringing up bebe

Pertama, mereka sepertinya gak terlalu meromantisasikan hubungan pernikahan (pun peran menjadi ibu). Karena itu hanya satu bagian dari diri kita, salah satu peran, it's not define who you are. Seorang istri, seorang ibu, ya sama aja perlakuannya dengan wanita pada umumnya. Inget kan, Sylvie boss-nya Savouir yang terlihat indepeden kemana-mana itu ternyata juga adalah seorang istri! Mau dia istri apa bukan, itu gak ada hubungannya sama kerjaannya kan.


Kedua, menjadi istri, ataupun ibu, gak bikin perempuan Prancis jadi kehilangan diri mereka sendiri. Makanya abis lahiran mereka akan buru-buru me'normal'kan kembali bentuk badan mereka. Bahkan perempuan Prancis tidak akan terlihat hamil jika dilihat dari belakang.


Ketiga, termupeng, perempuan Prancis berhak atas waktunya (dan didukung untuk itu). Mau balik kerja, silahkan. Mau santai-santai liburan saat weekend silahkan. Mau having adult time, party, juga silahkan. Semua sudah sepaham dengan kebutuhan itu, dan mendukungnya. Bye nyinyiran tetangga! Mulai dari pemerintah dengan menyediakan tenaga pengasuh ataupun tempat penitipan anak yang bersubsidi dan bisa diandalkan. Fasilitas kesehatan yang memadai untuk lahiran dengan aman selamat, bukan ideal seperti yang kebanyakan kita pahami sebagai normal-sakit ya. Lalu kunjungan setelah lahiran, bahkan juga dari psikolog, yang menandakan aware-nya mereka dengan kesehatan mental ibu pasca lahiran. Juga masa cuti yang lebih lama dan juga ada cuti berbayar.

Re-edukasi after birth nya, yang tidak hanya fokus ke bayi namun juga ke ibu dan ayah. Jadi pembahasannya bukan hanya tentang bagaimana merawat bayi ya, tapi juga bagaimana mengembalikan tubuh ibu dan bagaimana mengembalikan keseimbangan hubungan suami-istri antara ibu dan ayah. Keren ya! Hal yang sangat penting namun sering kita lewatkan. Ya gimana mau ngasuh anak kalau ayah dan ibu gak 'terisi' satu sama lain?!


buku parenting terbaik


Keempat. Walaupun mereka terlihat 'acuh' dengan peran ibu atau istri ini, tapi mereka memahami apa yang benar-benar penting. Bagi orang Prancis, priotitasnya adalah diri sendiri, pasangan, lalu anak. Mereka tidak akan 'sok-sok' mengorbankan waktu sendiri, waktu pasangan, dengan dalih 'demi anak' padahal yang anak dapat kemudian hanyalah orang tua yang stres, banyak mengeluh, dan mudah marah. Mereka paham, untuk mendapatkan ketenangan saat menghadapi anak, mereka harus mengisi dulu  kebutuhan diri sendiri (call it me-time, couple-time, social-time) Hal yang di kita kayanya masih tabu ya, coba ngacung dulu yang jalan sendiri atau berdua suami tapi malah kepikiran anak dan merasa bersalah? Padahal beberapa jam tanpa anak itu akan mengisi energi positif kita untuk bersama anak setelahnya loh. Coba!


Kelima. Suami-istri bekerja sama dalam pengasuhan, bukan sekedar retorika. Perempuan Prancis lebih tenang karena mereka memahami ini dengan sedikit berbeda. Bekerja sama gak berarti apa yang bisa dilakukan ibu juga bisa dilakukan ayah. Kadang mereka menertawakan 'ketidakmampuan' suami, tanpa mengeluhkan, namun menyadari bahwa beberapa pekerjaan memang lebih baik saat dilakukan oleh istri. Mereka mengakui kehebatan diri mereka sendiri. Namun, di sisi lain mereka juga tidak lupa mengapresiasi, mereka 'saling' mengapresiasi, saling berterima kasih. Fokus atas usaha apa yang telah dilakukan, bukan pada kekurangan atas hasilnya.


Keenam. Secara umum, Prancis mengajarkan anak dengan terbuka, apa adanya. Mereka jujur mengatakan kalau mereka tidak mungkin mengasuh, melayani anak terus menerus, maka anak juga diasuh orang lain. Mereka butuh adult time, sehingga anak punya jam tidur lebih dulu daripada orang tua. Orang tua tidak melulu melayani anak, sehingga anak punya aturan, punya batasan. Dan anak diminta berperilaku sesuai di masyarakat, sebagai anggota masyarakat, sehingga yang paling awal mereka diajarkan untuk memberi salam.

Di Prancis, kisah-kisah juga apa adanya. Tidak melulu, tentang yang baik akan beruntung dan yang jahat akan celaka, lalu happy ending untuk semua. Mereka menggambarkan realita. Karena hidup ya emang gitu. Dalam hidup, si baik dan si jahat gak jelas, kita semua pernah melakukan hal baik, tapi kadang juga nggak baik. Dan itu gak serta merta bikin kita jadi si baik lalu mendapat keuntungan kan. Kadang malah setelah berbuat baik, kita dapat celaka, atau setelah berbuat tidak baik malah kita dapat untung. Dan gak semua perbuatan bisa dikategorikan baik dan tidak baik. Kontekstual. Ada cerita tentang kisah anak dari buku ini, yang juga nyambung dengan adegan Emily nonton film Prancis bareng Luc.


Ketujuh. Gimana Prancis memperlakukan manusia pekerja dengan lebih 'manusia'. Di Prancis, seperti yang dijelaskan di buku, waktu libur Prancis lebih lama daripada Amerika, dan mereka juga punya cuti hamil yang dibayar. Jadi emang lebih memungkinkan bagi ibu untuk kembali bekerja di Prancis dengan tenang.

Di Emily, juga digambarkan gimana orang Prancis hidup, yang benar-benar hidup bukan sekedar hidup untuk bekerja. Mereka menghargai hubungan diatas keuangan, dilarang bekerja saat weekend, tidak membicarakan bisnis saat pesta. Jadi gak ada ceritanya tuh cuti tapi masih ngecek kerjaan.



Jadi, itu beberapa hal yang bisa diambil dari kebiasaan orang Prancis yang bisa kita pelajari ya. Meskipun tetap aja Prancis gak terlepas dari banyak kekurangan. Namun, hal-hal diatas rasanya perlu kita catat daripada melulu belajar ke Amiriki. Ups! Ingat, ambil yang baik buang yang buruk. Semangat belajar!


Salam, Nasha.

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (24)
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ►  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ►  Januari 2024 (3)
  • ►  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ►  Oktober 2023 (10)
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ▼  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ▼  April 2022 (2)
      • Rekomendasi Masker KF94 yang Terjangkau Aman dan N...
      • 7 Perkara yang Bikin Mupeng sama Prancis (from Bri...
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ►  Februari 2022 (3)
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes