Refleksi Diri dengan My Liberation Notes, Kita Perlu Ruang Bebas Sendiri

 Yeom Mi Jeong, Yeom Chang Hee, dan Yeom Gi Jeong adalah bertiga bersaudara yang kemudian memiliki tetangga, seseorang yang juga bekerja untuk ayah mereka, Gu Ja Gyeong. Keempat orang ini digambarkan tidak puas dengan kehidupan mereka masing-masing.



Cerita dibuka dengan permasalahan utama ketiga bersaudara ini yaitu letak rumah yang terlalu jauh, sehingga mewajibkan mereka untuk mengurangi kegiatan sosial sepulang kantor agar bisa pulang ke rumah tidak terlalu larut. Mereka bahkan juga patungan ongkos untuk pulang ke rumah.


Episode-episode awal serial ini berjalan pelan mengisahkan permasalahan-permasalahan lain yang mereka hadapi, yang menakjubkannya (untukku) terasa sangat dekat. Seperti kita pernah berada di posisi tersebut. Relatable. Dialog-dialog yang dibangun juga seperti ungkapan perasaaan dari apa yang pernah aku alami, juga (katanya) sebagian besar penonton. Mungkin ini alasan utama kenapa drama ini terus masuk top 10 Netflix selama tayang.


Dalam perasaan terkungkung kehidupan itu, Yeom Gi Jeong, si anak bungsu, yang paling pendiam diantara saudaranya, mencoba menuangkannya dalam tulisan berjudul "My Liberation Notes" atau Catatan Pembebasanku. Meski awalnya ia juga tidak tau ingin terbebas dari apa, ingin bagaimana, ia hanya merasa tidak bahagia, meski juga bukan tidak bahagia. Sampai ia dan kedua rekan kantor lainnya membuat Klub Pembebasan. Mungkin kesamaan awalnya, mereka hanya orang-orang yang ingin terbebas dari kewajiban bersosialisasi dalam klub kantor. Berpura-pura menikmati, padahal tidak. Menambah kegiatan bertemu orang lain, padahal sudah lelah. Akhirnya mereka membuat klub sendiri.

Dari klub itu, aku belajar bahwa perasaan, masa lalu, pengalaman, itu perlu dibicarakan atau dituliskan. Dengan mengungkapkan, kita jadi sedikit lebih paham tentang diri kita sendiri. Kita sedikit mengerti. 


Beda lagi dengan Yeom Chang Hee, yang meskipun terus mengeluh dengan pekerjaannya namun ia tetap berusaha melakukan yang terbaik, bahkan kadang hal-hal diluar kewajiban kerjanya. Ia terus bertahan. Tokoh Yeom Chang Hee ini mengingatkan kita untuk yakin, percaya pada takdir. Meski kadang terlihat tidak masuk akal, percaya dan jalani. Kita tidak akan pernah benar-benar tau jalan terbaik mana yang sudah Tuhan siapkan.


Selain itu, scene-scene Yeom Chang Hee ini betul-betul diluar dugaan. Meski kadang ia bisa menjadi penengah yang sangat baik dari berbagai konflik keluarga ataupun teman-temannya, ia juga mampu menghibur, sangat menghibur, dengan pilihan tindakannya. Bahkan adegan paling memorable buatku salah satunya adalah adegan konyol Yeom Chang Hee ini.


Kalau si kakak tertua, Yeom Gi Jeong, permasalahan utamanya adalah asmara. Bahkan dia sampai bertekad akan menyukai sembarang orang sebelum musim dingin. Eh, taunya dapet yang beneran dia suka. Ya, tokohnya ini emang digambarin agak nyebelin sih, aku bahkan sampai ending gak terlalu suka sama Gi Jeong ini. Tapi ya tetep ada pelajaran yang bisa diambil dari dia. Gimana dia berani mengungkapkan apa yang dia rasa, aku ingat dialognya yang bikin aku mikir, kira-kira gini, kita kan ngomong suka, bilang sayang, bukan bulang benci, bukan ngajak berantem, kok malu? Loh iya ya, kok kita malu sama hal baik sih? Trus, Gi Jeong ini berubah banget sejak punya pacar, yang membuktikan kalau emang kita saat mencintai, saat diri kita penuhi dengan cinta, kita bisa menjadi orang yang lebih baik.




Kehidupan ketiga saudara ini ya gitu-gitu aja. Pergi pagi, kerjaaa, pulang, kelelahan. Sampai seseorang bernama Gu Ja Gyeong masuk ke kehidupan mereka. Pekerja dan pemabuk berat, yang tidak diketahui asal-usulnya. Cara mereka memulai interaksipun sangat unik. Lebih tepatnya, Mi Jeong yang memulai. Dia tiba-tiba minta tolong sama orang yang gak dia kenal ini, lalu mengajak supaya mereka saling 'memuja'. Dari hal yang gak terduga sama sekali itu, mereka akhirnya sama-sama mencoba mengisi hari dengan hal yang baik, ibaratnya menunjukkan rasa sayang kan, bukan kebencian, bersikap baik. Secara gak sadar, dari hal yang gak disengaja kaya gitu aja, mereka jadi terbawa untuk mengisi diri mereka sendiri dengan cinta. Coba deh, saat kita kasih perhatian, menunjukkan kasih, ketulusan sama orang lain, kita bakal lebih bahagia. Bukan hanya tentang pasangan ya, tapi secara umum. Kita menolong orang lain, membukakan pintu, tersenyum, hal-hal kecil yang bikin beberapa detik kita lebih menyenangkan. Kumpulan moment-moment itu bikin kita lebih ringan menjalani hidup. Spread love.

Yeom Mi Jeong ini digambarkan sebagai orang yang diam, penurut, gak banyak tingkah, tapi ternyata punya banyak hal yang dia pendam sendiri. Kalimat-kalimat dia, pemikiran yang dia sampaikan, bikin kita mangut-mangut, atau kebingungan, atau justru bertanya-tanya. Bikin kita merenungkan ulang tentang hidup secara keseluruhan. Ingin kita isi dengan kebencian atau kasih sayang, kita yang tentukan. Only hold things that matter. Bersyukur dan ikhlas kali ya bahasa lebih tingginya.

Bahkan di pekerjaan pun, karena kita yang jalani ya kita yang tentukan, mau ngerjain apa. Mau lepaskan karena sudah terlalu menyiksa, ya lepaskan. Mau istirahat dulu? Ya silahkan. Its your life, you the one who responsible of it. Pekerjaan juga bukan hanya berarti sesuatu yang kita sangat suka, yang kita passion, tapi kalau kita jadinya gak enjoy, ya let go. Cari hal yang kita enjoy jadikan pekerjaan. Hobi atau kesukaan bisa hal yang berbeda, gapapa.

Karena kemaren nontonnya sepotong-sepotong (per episode) aku jadi gak terlalu paham nilai apa yang mau disampaikan penulis. Meski setelah tamat pun, aku gak yakin juga apa persepsiku sama penulisnya sama, tapi ini yang aku dapat (dan ingat). Aku jadi pingin nonton ulang dan bisa diskusikan topik-topik apa aja yang bisa diobrolin. Seru deh kayanya!


Salam, Nasha.

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!