Kiat Orang Tua dalam Menghadapi Penyakit Akibat Perubahan Iklim

Perubahan iklim diartikan sebagai perubahan signifikan pada suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Seharusnya, perubahan iklim ataupun krisis iklim bukan lagi topik baru yang kita dengar. Efek yang sangat merugikan bahkan juga mematikan semakin sering disuarakan. Ditambah dengan fakta baru-baru ini populasi manusia di bumi sudah menembus angka delapan miliar jiwa. Kenaikan yang menakjubkan, mengingat kurang dari lima puluh tahun untuk populasi meledak dua kali lipat. Kekhawatiran mengenai kondisi bumi menjadi kian bertambah.


Salah satunya adalah pembuktian bahwa lebih dari setengah penyakit manusia bertambah buruk akibat adanya krisis iklim (Mora, 2022). Penelitian ini juga mengungkapkan lebih dari seribu jalur baru penyakit patogen ditimbulkan oleh krisis iklim. Bahkan organisasi kesehatan dunia, WHO, memprediksi pada dekade berikutnya angka kematian akibat penyakit dari krisis iklim ini bisa mencapai ratusan ribu jiwa per tahun. Penyakit yang disebut itu antara lain zoonosis yang kini sedang marak di Afrika, malaria, kolera, pneumonia, dan bisa semakin beragam dengan semakin menurunnya kualitas lingkungan, air, udara, serta makanan yang kita konsumsi.


sumber gambar Pixabay


Fakta-fakta ini memang sangat mengkhawatirkan. Apalagi UNICEF juga mengungkapkan bahwa anak-anak adalah pihak yang paling rentan dan menderita akibat perubahan iklim ini. Sebagai orang tua, berikut beberapa hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menghadapi hal tersebut:


Lengkapi Vaksin sebagai Hak Anak


Saat ini ada empat belas vaksin yang perlu orang tua berikan pada anak, tujuh diantaranya adalah subsidi dari pemerintah sehingga bisa didapatkan secara gratis di fasilitas kesehatan seperti puskesmas. Vaksin subsidi yang paling baru ditambahkan adalah PCV yakni vaksin untuk mencegah penyakit pneumonia atau radang paru-paru. Bahkan vaksin polio, untuk pencegahan penyakit akibat virus polio, yang menjadi kejadian luar biasa karena baru-baru ini muncul kembali di Aceh, sudah ada sejak tahun 1980. Vaksin lainnya yaitu BCG, DPT, Campak, Hepatitis B, Rotavirus, dan HPV. Selengkapnya dapat dilihat pada situs IDAI.

Selain ketujuh vaksin diatas, orang tua perlu menyiapkan dana mandiri dan memprioritaskan pemberian vaksin kepada anak sebagai upaya pencegahan penyakit sesuai jenis vaksin tersebut.

Biasakan Hemat Energi


Hemat energi disini bukan hanya soal energi listrik, tetapi penggunaan energi apapun. Perlu disadari, setiap barang yang kita peroleh membutuhkan energi untuk sampai di tangan kita. Sehingga penting untuk bijak konsumsi, dan bertanggung jawab pada apa yang sudah kita miliki. Mulai terapkan prinsip pakai sampai habis, pakai sampai rusak, atau pikirkan pengalihan manfaat dari suatu benda.

Perilaku seperti ini sudah harus dibiasakan dari rumah oleh orang tua, beri pelajaran pada anak tentang peran dan tanggung jawab mereka pada bumi ini. Berikan teladan.

sumber gambar Pixabay


Terapkan Pola Hidup Sehat


Pola hidup sehat bisa beragam, namun dasarnya bisa dimulai dengan makan makanan bergizi, lalu minum, istirahat, dan olahraga yang cukup. Makanan bergizi disesuaikan dengan kebutuhan harian yang tergantung pada usia juga jenis aktivitas. Lengkapi dengan makanan yang higienis untuk mengurangi paparan virus, bakteri, atau zat berbahaya lainnya. Utamakan sumber makanan alami daripada makanan kemasan. Perhatikan juga komposisi dari makanan tersebut. Begitu pula dengan minum, pastikan air yang masuk ke tubuh anak memang air bersih yang layak konsumsi.

Tubuh yang bugar perlu latihan, perlu bergerak, dalam aktivitas olah fisik. Beri anak ruang untuk menyalurkan energi mereka yang berlimpah. Kegiatan olahraga pun bisa dimanfaatkan menjadi sarana waktu berkualitas keluarga. Lalu, beri tubuh waktu istirahat yang cukup. Tentukan waktu anak untuk menghentikan kegiatan dan mulai masuk kamar. Ciptakan suasana yang mendukung anak untuk tidur lelap. Kebiasaan sehat seperti ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh sehingga akan lebih kuat melawan virus penyebab penyakit.

sumber gambar Pixabay

Jaga Kebersihan


Setelah dua tahun hidup pada masa pandemi, menggunakan masker bukan lagi hal yang asing. Penggunaan masker terbukti efektif mengurangi penyebaran penyakit, sehingga tetap gunakanlah masker. Beri anak pengertian dan teladan, jangan lupa sediakan masker yang memang nyaman bagi anak. Lalu, rutin mencuci tangan apalagi sebelum memegang makanan.

Secara keseluruhan jaga lingkungan anak beraktivitas tetap bersih. Mulai dari rumah seperti air, udara, dan lingkungan  yang bersih. Misalkan gunakan air dari PDAM saat air tanah keruh atau banyak kotorannya. Meningkatkan kualitas udara dengan tidak merokok di dalam rumah serta memperbanyak tanaman di area rumah. Selanjutnya, pastikan tidak ada genangan air untuk nyamuk berkembang biak atau tumpukan sampah yang mengundang datangnya lalat dan binatang pembawa bakteri lainnya.

Tanam Pohon


Manfaat paling krusial dari pohon adalah meningkatkan kualitas udara yang kita hirup. Pohon menyerap berbagai polutan dan menghasilkan oksigen. Selain itu, pohon juga bisa menjaga kualitas tanah dan menjaga cadangan air sehingga berperan dalam pencegahan banjir. Kita juga bisa memanfaatkan hasil dari pohon sebagai makanan.

Kebiasaan sederhana dengan menanam lalu menyiram tanaman ini adalah kebiasaan baik yang bisa kita ajarkan pada anak. Harapannya agar mereka bisa hidup dengan sikap peduli lingkungan, memiliki sifat welas asih kepada sesama makhluk Tuhan. Beri tahu mereka tentang manfaat pohon, perlihatkan caranya, dan bisa juga dijadikan aktivitas menyenangkan bersama.

sumber gambar Pixabay


Jika kita sederhanakan, kita bisa menyikapi kondisi ini dengan meningkatkan imunitas anak, meningkatkan kualitas lingkungan sekitar anak, serta berpartisipasi mengurangi penyebab krisis iklim. Mulai dari hal-hal kecil di rumah, semoga bersama-sama bisa menjadi  gerakan besar yang berarti. Karena kita orang tua yang memiliki anak. Perjalanan mereka masih sangat panjang. Lakukan sesuatu, perlihatkan bahwa kita memang peduli, untuk menciptakan bumi yang lestari demi masa depan mereka nanti.


Salam, Nasha


Referensi:

Mora, C., et al. (2022) Over half of known human pathogenic diseases can be aggravated by climate change. Diakses pada 22 November 2022, dari https://www.nature.com/articles/s41558-022-01426-1

UNICEF. (2021). The Climate Crisis is a Child Rights Crisis: Introducing the Children’s Climate Risk Index. Diakses pada 22 November 2022, dari https://www.unicef.org/reports/climate-crisis-child-rights-crisis


Artikel ini juga dimuat dan salah satu headline, di https://www.kompasiana.com/salamnasha/63abc4534addee71f67db6d3/begini-cara-orang-tua-mengatasi-resiko-penyakit-perubahan-iklim-pada-anak

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!