Tidak Perlu Menyesal, karena Aku Justru Sangat Berterima Kasih pada Mama

Bila bicara tentang ayah seperti yang aku tulis disini saja sudah cukup awkward, maka tentang mama akan berkali lipat jumlahnya. Hubungan kami tidak tumbuh dalam suasana manis dan hangat pada umumnya, namun ia tumbuh dalam diam. Menjalar hingga ke tiap sudut kehidupan. Bukan jenis hubungan yang dingin, namun cenderung seperti bentuk kasual pertemanan yang saling peduli meski jarang mengungkapkan isi hati. Namun kali ini, aku akan coba mengurai apa yang sulit kami ungkapkan, untuk bisa diabadikan dalam bentuk tulisan.


Semakin aku bertumbuh, semakin aku bisa melihat apa yang mama hadapi, jalan seperti apa yang mama lalui, bagaimana perjalanan mama dari dulu hingga kini, dan alasan-alasan dibalik apa yang mama lakukan. Aku juga menyaksikan perubahan yang mama usahakan untuk menjadi lebih baik serta untuk bisa memberikan yang lebih baik untuk kami sebagai anaknya.


Sejak kami hidup berjauhan, dimana aku yang merantau dengan keluarga kecilku dan mama dikampung halaman, komunikasi kami terus terjalin berkat kecanggihan teknologi. Obrolan ringan tentang anak jelas jadi topik idaman. Apa yang cucunya lakukan, bagaimana mereka kini, atau sekedar melihat apa yang mereka lakukan dari panggilan video. Beberapa kali sembari menimpali obrolan itu, mama sambil lalu menyampaikan penyesalannya. Kadang mama juga berandai jika saja ia bisa mengasuhku dengan lebih baik, dengan cara yang sepatutnya menurut beliau.


Kala itu, aku tidak bisa berkomentar apa-apa. Aku hanya diam lalu kemudian berpikir, benarkah apa yang mama pikirkan? Karena toh sekarang aku baik-baik saja, dan sebagai anak aku tidak lagi bisa menuntut lebih baik. Aku merasa apa yang aku dapatkan sudah cukup. Mungkin itu hal yang umum dirasakan para ibu seperti yang aku juga rasakan padahal baru beberapa tahun menyandang status sebagi ibu. Tapi sebagai anak, aku sekarang merasa bersyukur, tidak menyesali apalagi menyalahkan. Bahkan ada dampak baik dari apa yang mama pikir tidak tepat itu. Pada kesempatan ini akan aku coba terangkan. 


Mama Bekerja

Ini penyesalan yang cukup umum bagi ibu bekerja karena meninggalkan anaknya dirumah pada tangan orang lain. Dilema terbesar ibu biasanya dititik ini, untuk melepaskan karir dan mengasuh anak sendiri atau tetap berkarir dan melimpahkan pengasuhan pada orang lain. Keduanya mengandung konsekuensi sendiri. Bukan pilihan yang mudah, namun hidup memang tentang memilih mana yang sanggup kita emban kan.


Entah mama ingat atau tidak, tapi mama pernah berandai untuk mengasuhku sendiri. Padahal aku paham bahwa mama perlu bekerja dan mama menikmati bekerja itu. Mama suka kegiatan bekerja, memiliki aktivitas bertemu dengan banyak orang. mengeksplorasi apa yang bisa ia kerjakan. Tidak hanya itu, mama bekerja juga untuk menghasilkan, memenuhi apa yang ia inginkan, memenuhi keinginan anaknya, juga meningkatkan standar kehidupan kami. 


Aku justru menyukai dan belajar dari mama yang bekerja, bahwa perempuan bisa menjadi apa saja yang ia inginkan. Mama menjalani kehidupan sebagaimana ia inginkan. Ia gigih dengan menyambi pekerjaan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Sejak kecil aku menyaksikan apa yang mama kerjakan. Aku belajar tentang kerja keras dan kegigihan dari mama. Mama yang tau apa yang ia ingin capai dan berjuang untuk meraihnya.


Beruntungnya mama dikelilingi dengan support system yang mendukung, lokasi yang berdekatan juga membuat mama bisa bolak balik antar jemput kami sekolah serta merasa aman dengan keluarga yang bisa diandalkan. Dari sini, aku juga belajar bahwa keluarga adalah anugerah pertama dari Tuhan yang patut kita syukuri.


Ma, meski mama tidak selalu hadir, aku tidak pernah merasa mama tidak hadir. Aku selalu merasa mama dekat dan bisa diraih kapanpun aku butuh. Aku juga tetap merasa aman berkat doa mama yang terus mengiringi serta mereka yang mendukung dan menyayangi juga hadir memerankan mama. Sampai sekarang aku tau kapanpun aku perlu 'rumah' mama akan selalu ada di sana.


Mama Tidak Memberi ASI sesuai Rekomendasi

ASI memang direkomendasikan untuk diberikan pada anak hingga dua tahun, tapi mengingat aku lahir puluhan tahun lalu dan apa yang perlu mama lakukan pada waktu itu, aku sangat mengerti kalau mama memenuhinya dengan cara lain. Dan itu tidak apa, karena aku tau mama sudah mengupayakan yang terbaik yang bisa mama berikan. Karena itu, aku bisa tumbuh sehat, mama usahakan agar aku mendapatkan fasilitas terbaik bahkan melampaui apa yang aku butuhkan. 

Keberanian mama memutuskan dan menjalani dengan kuat apa yang menanti adalah hal yang aku kagumi. Sampai sekarang, aku masih ingin berlindung di belakang badan mama, tapi aku juga akan belajar agar bisa berani dan kuat seperti mama. Karena aku tau, mama tidak bisa selamanya kuat dan tidak perlu juga begitu. Mama boleh saja sesekali menjadi tidak kuat.


Perilaku yang Tidak Sesuai Harapan

Sebenarnya sejak dulu, aku ingin membuat ayah dan mama bangga dengan apa yang aku capai. Agar mama gembira menceritakan tentang bangganya kepadaku. Sampai sekarang pun begitu. Namun kadang keinginan itu berbenturan dengan apa yang ingin aku coba lakukan, kebebasan yang aku dambakan, hingga terus saja ada kelakuanku yang tidak membanggakan. Keputusanku sulit dimengerti, ada saja tingkah yang tidak sesuai arahan atau malah memalukan. Tenang, itu bukan salah mama.


Ada pengajaran yang aku ingat, ada yang membekas, dan banyak yang terlupa. Tapi dari apa yang mama lakukan, bagaimana mama menjalani hidup dari dulu hingga kini adalah pelajaran yang aku pahami. Apa yang aku saksikan sepanjang jalan itulah yang banyak membentuk aku sekarang. Apalagi bagian mengadu dengan isak tangis kepada Tuhan, mungkin dari sana sebagian yang membuat bawah sadarku yakin bahwa ada Tuhan dibalik segalanya, tempat semua persoalan akan dikembalikan. Hidup mungkin tidak selalu mudah, apa yang kita dapat tidak selalu indah, tapi semua akan baik-baik saja, selama ada Tuhan di kepala. 



Seiring dengan perjalanan mama dan pelajaran yang mama dapatkan, mungkin ada banyak hal yang mama sesali, yang mama andaikan dapat dilakukan dengan lebih baik lagi. Tapi tidak perlu menyesal dalam pengasuhan ma, karena mama sudah melakukan yang terbaik.  Cha sungguh mengatakan yang terbaik, karena cha tau mama benar-benar mencari apa yang terbaik lalu mengerahkan seluruh kemampuan agar kami bisa mendapatkannya. 


Setelah menjadi ibu, cha tau bahwa peran ini tidak mudah. Terus saja ada penyesalan dan perandaian untuk mengupayakan lebih baik lagi. Tidak apa, ada hari esok untuk kita berdamai dan memperbaiki diri lagi. Agar kita bisa saling memaafkan dan mencoba lagi.

Terima kasih ya Ma, untuk menikmati peran menjadi mama, untuk berbahagia melakukan apa yang mama jalani, dan untuk menjadi versi terbaik dari diri mama. Cha sayang mama.


Oh ya, aku juga menulis tentang Hari Ibu di website di Kumparan dan Kompasiana, silahkan baca dengan langsung klik aja ya. 

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!