Basa-basi Lebaran untuk Menguatkan Tali Silaturahmi

Menghitung hari pergantian bulan dari Ramadhan menuju Syawal, kebanyakan kita sudah merasakan euforia lebaran untuk berkumpul bersama sanak keluarga, melakukan berbagai kunjungan ke kerabat, sibuk mengirimkan berbagai bingkisan, menyiapkan berbagai perintilan untuk di rumah, dan membuat daftar di kepala siapa saja kira-kira yang akan berkunjung atau perlu dikunjungi.

Saling berkunjung, mengadakan pertemuan, bersilaturahmi sangat dianjurkan sesuai dengan banyak ayat Quran dan hadits Rasul tentang memelihara hubungan kita bersaudara, berbuat baik pada keluarga, kerabat, tetangga, dan sesama manusia. Lagipula, sebagai makhluk sosial kita memang diciptakan untuk saling membutuhkan, membutuhkan sosialisasi untuk bisa bertahan hidup sebagai manusia. Dalam silaturahmi itu, hal paling dasar yang perlu kita lakukan tentu bercakap-cakap. Percakapan itu kunci dalam silaturahmi.

Photo by RODNAE Productions in Pexels Edited by Canva

Meskipun kebanyakan dari kita melakukan percakapan tanpa paham tujuannya apa. Hanya sekedar mengisi kekosongan atau asal bicara, mementingkan keperluan diri untuk bicara tanpa mendengarkan, sehingga banyak sekarang basa-basi yang bukan mempererat silaturahmi malah memperburuk. Pertanyaan atau pernyataan yang tidak perlu malah terlontar dengan keras. Kalimat pendukung yang simpatik malah tidak terucap. Apa yang kita biasa dapatkan dan lakukan jadi terbawa dalam ajang silaturahmi yang seharusnya indah ini.


Makna Percakapan

Sama dengan seluruh persoalan di dunia ini, percakapan juga harus dimulai dengan niat. Mumpung masih Ramadhan, masih semangat mensucikan dan memperbaiki diri, coba yuk di lebaran kali ini kita benar-benar memasang niat untuk menjalin silturahmi. Bukan sekedar meneruskan tradisi, melakukan hal yang biasa dilakukan dari tahun ke tahun, tapi memang niatkan Demi Allah, demi menjalin silaturahmi sesuai himbauan Rasulullah. Dari awal begitu, baru deh kita turunkan ke makna-makna selanjutnya. InsyaAllah jadi lebih terarah kalau dasarnya sudah jelas begini.

Bismillah..

Aku sendiri bukan orang yang mahir berbasa-basi, cenderung pasih malah, mungkin salah satu alasannya karena termasuk golongan orang introvert tapi ya gak nyaman juga deket-deketan tapi diam-diam aja. Tetap aja kebutuhan rata-rata bicara perempuan itu dua puluh ribu kata sehari. Dengan bakat nyinyir dan penasaranan, aku bisa menghabiskan waktu dengan ngobrol sebenarnya. Lagipula aku suka perasaan tercerahkan setelah mengetahui hal baru dari obrolan yang gak disangka-sangka dengan orang lain. Hal yang menarik bisa menyimak orang lain berbicara tentang hal yang mereka suka atau kuasai. Letupan emosi yang sulit dicari.

Mungkin untukku, makna percakapan berikutnya adalah mengetahui pandangan seseorang tentang sesuatu. Selain bertanya kabar, menanyakan apa yang membuat senang belakangan, akan membawa kita ke pernyataan-pernyataan tak terduga. 

Mungkin obrolan dibuka untuk kita bisa saling mengetahui keadaan masing-masing. Apa kabarnya, di mana tinggalnya, apa kegiatannya. Tergantung bagaimana kita, pertanyaan itu akan mengarah ke mana. Apakah hanya menjadi basa-basi pengisi hari, atau bisa jadi meninggalkan kesan mereka merasa senang telah bicara, ada yang mendengarkan dengan antusias, bertambah orang yang ternyata peduli, ada orang yang ternyata tertarik dengan obrolan tersebut, dan seterusnya. Siapa tahu juga obrolan basa-basi malah membawa ke ide kebaikan yang gak disangka sebelumnya. Makna percakapan sebenarnya bisa sangat luas. 

Maka jangan melakukan percakapan dengan membawa niatan yang tidak tulus, seperti menunjukkan diri yang lebih hebat atau justru menjatuhkan orang lain. Karena ada loh orang yang mungkin saking insecure-nya akan merasa lebih hebat setelah merendahkan orang lain. Bentuknya bisa beragam, bisa dengan membandingkan cerita orang tersebut dengan cerita sendiri yang dinilai lebih hebat, aku dulu begitu bisa kok dapat banyak penghargaan. Mengecilkan cerita orang tersebut dengan cerita sendiri yang lebih wah, mendinglah kamu begitu aja, aku dulu.. Atau dengan memberi nasihat setelah mencari celah kekurangan, makanya kamu jangan begitu harusnya..

Photo by cottonbro studio in Pexels

Sama halnya dengan menerima, sepertinya kita juga perlu banyak latihan mendengarkan.


Menyikapi Pertanyaan Basa-basi basi

Pembahasan soal obrolan basa-basi yang basi ini sebenarnya sudah cukup banyak. Protes terhadap pertanyaan yang menyinggung juga semakin sering disampaikan. Namun, dalam protes itu saja masih banyak pro dan kontra. Pihak yang kontra beralasan untuk kita tidak mudah tersinggung, agar kita bisa mengerti bahwa orang hanya bertanya karena peduli. Tidak perlu diprotes. Beda lagi dengan yang pro, mereka menuntut harusnya bisa lebih bijak dengan berpikir dulu sebelum bicara. 

Keduanya punya point yang sama-sama bisa kita praktikkan. Setelah sama-sama punya niatan tulus menjalin silaturahmi, langkahh berikutnya yang perlu kita ingat selalu adalah:

- Tetap tenang dan netral

Emang hal pertama yang bisa kitakontrol adalah bagaimana kita bereaksi terhadap sesuatu. Apa yang orang lain katakan atau lakukan gak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Udah wanti-wanti sebelumnya, udah pasang tampang galak, bahkan udah bikin peringatan di grup pun, kalau orang mau nanya atau komen ya mereka akan lakukan aja. Gimana kita bereaksi, adalah hal yang ada sepenuhnya dalam kendali kita. Apa kita bakal terpancing emosi atau nggak.

Sehingga pilihannya adalah untuk tetap tenang dan mendengar dengan netral tanpa persepsi. Bisa jadi emang kalimat orang tersebut gak bermaksud menyudutkan tapi persepsi kita sendiri yang bikin kita sampai pada kesimpulan bahwa itu kalimat menyinggung. Kalau memang itu bukan kalimat yang pantas, setelah ditimbang dengan logika, kita bisa menjawab dengan tegas. Namun tetap jaga ketenangan ya. Tegas kalimatnya, tenang nada dan ekspresi bicaranya. 

- Bersikap proaktif

Sebelum ditanya, coba bertanya terlebih dahulu. Sesuai dengan prinsip pertanyaan yang baik, dan ingat makna percakapan tadi. Kalau ke mereka yang masih sekolah, daripada nanya nilai mendingan nanya kegiatan. Pertanyaan tentang nilai gak akan membawa kita ke percakapan lanjutan. Tapi pertanyaan tentang subjek apa yang disukai, kegiatan ekstra kulikuler apa yang diikuti, bisa nge-lead ke berbagai topik lanjutan yang lebih seru.

Sama juga dengan gaji, mau nanya tentang gaji juga akan berhenti di angka, or even worse membandingkan, merendahkan. Bisa kan pertanyaan tentang apa aja kegiatannya, apa yang menarik dari bidang kerja, dinas ke kota lain gimana, pertemanan, hal yang menarik di sana, kesempatan berkemabng, atau gak usah bahas kerjaan terus. Kadang ada orang yang kerja pure karena kebutuhan, sehingga omongan pekerjaan di lebaran malah nambah beban. Obrolin hobi, kegitaan di akhir pekan, olahraga, hiburan, film kesukaan.

Dengarkan dengan saksama, dengarkan hanya untuk mendengar, untuk mengerti, bukan untuk membalas, bukan untuk membandingkan, bukan untuk menasihati. Tanggapi dengan antusias. Tanya balik ke hal yang menarik. 

Photo by RODNAE Productions in Pexels

Pertanyaan yang bikin rusak silaturahmi itu biasanya iseng yang template ngasal gak dipikirin dulu.  Pertanyaan yang terlalu personal atau komentar sotoy yang menuduh. Paling sering urusan pribadi seperti nikah, kok belum nikah? Kamu sih kebanyakan milih!

Satu, jodoh itu urusan Tuhan. Kedua, pernikahan itu urusan panjang yang emang harus dipilih dipikir matang-matang. Ketiga, nikah itu bukan pencapaian, cuma salah satu fase yang ada orang lalui ada juga yang nggak. Keempat, apa dasarnya bilang kebanyakan milih. Kelima dst, itu urusan personal yang bahkan belum diketahui jawabannya tapip kok udah bisa menuduh begitu.

Tapi, kembali pada point pertama diatas, didih dihati jangan sampai merusak hari. Cukup tahu kapasitas orang tersebut, dan bedakan kapasitas kita dengan respon yang berbeda juga. Buktikan kalau kita berada di area yang gak terjangkau hanya dengan kalimat picisan begitu.  

Pada akhirnya, yang perlu kita sadari adalah orang-orang itu, they not even think about the things that we think soo muchKita mikirin berhari-hari, kesalnya bikin rusak mood sepanjang hari, padahal mereka juga gak mikir sebelum ataupun sesudah mengucapkan, bisa jadi juga udah lupa. Jadi selain kita harus berhati-hati dalam melontarkan kalimat, kita juga perlu bodo amat dengan apa yang datang ke kita. Perluas hati dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. 

Selamat berbasa-basi lebaran!



Salam, Nasha.

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!