• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Akhirnya jadi bagian aktif dari pandemi :')


Mau ceritain dengan detail juga ya hampir sama lah dengan yang dirasakan jutaan orang lainnya yang kena omicron ini ya. Gejalanya mirip banget sama flu biasa. Di aku ya seputar demam, perut gak enak, nafsu makan tentu aja berkurang, badan menggigil. batuk, tenggorokan gatel, ada ingusnya kadang-kadang, terus badan lemes. (Loh, pas ditulis kok jadi banyak). Kalau dihitung hampir seminggu deh aku kaya gitu, gak sekaligus loh ya. Gantian gitu keluhannya.


Gimana pun orang bilang ini gejala ringan ya namanya sakit tetep ajalah gak nyaman. Apalagi yang sakit serumah dan ada anak-anak. Pegang badan anak yang rada anget gitu aja langsung auto stress, belum ditambah sama gak nafsu makan. Kombo.


Tapi pada akhirnya pas gejala awal yang kaya flu doang itu dan aku memilih buat udahlah swab aja biar jelas, aku jadi tau kalau aku emang tenang dengan kejelasan. Ada satu hal nih yang masih ganjel di aku, kemaren sebelum aku bergejala kan aku kunjungan ke rumah orang tua. Nah, disitu baru tau kalau mereka ada keluhan 'masuk angin' dimana keluhannya ya sama aja kaya aku ternyata, jadi ya step awalnya kita ke dokter dulu dong. Cuma dari dokter itu diagnosisnya radang tenggorokan aja sama asam lambung. Udah, dikasih obat gitu. Jadi aku bener-bener gak mikir ke si covid ini.

Udahlah kan berobat. Aku balik ke rumah dengan harapan orang tua sembuh.


Baru deh besoknya loh kok aku mulai mengigil, kok kerongkonganku gak enak. Masih belum curiga nih, oh emang kecapean aja karena kebetulan juga aku kurang tidur banget beberapa hari belakangan. Tapi karena aku jarang banget 'masuk angin' gini jadi aku beneran lemes dan gak nyaman lah sama badanku sendiri. Dingin, kerongkongan gatel, idung rada-rada, badan bawaan pingin tidur, pegel, mana ternyata haid juga. Sudalah.


Lalu, kok ya 2 hari masih gini-gini aja, sampelah anak-anak ikutan demam. Waduh! Nah, suamiku mulai curiga jangan-jangan covid nih. Awalnya dia yang semangat pingin swab biar jelas, tapi lalu ragu gak paham juga kenapa ^^"

Trus ya aku mulai kepikiran kan, karena awalnya gak kepikiran ke sana sama sekali, langsung aku bersikeras hari itu juga mau swab sesuai rencana awal. Sampe mikir, kalau dia gak mau aku aja udah mau pake taxi apa gimana pokoknya aku mau swab biar jelas. Pokoknya aku mau kejelasan. Aku harus tau dengan jelas dengan buktinya, baru bhisa menyimpulkan, baru bisa mujur step-step apa yang akan aku lakukan. Pokoknya aku mau swab hari itu! Tsah gaya. Tapi tanpa aku perlu sok-sok an menjelaskan gitu, suamiku langsung tercerahkan dengan sendirinya. Swab ajalah yuk katanya. Lah..


Langsung lah kita berangkat ke RS yang ada drive thru test nya dan keluar hasil same day, terjelaskanlah kalau kami berdua positif. Langsung lapor sana-sini. Tapi sayangnya gak berbuah perhatian dari KemKes :') 

Mungkin usaha ku masih kurang, yasudahlah, mandiri aja semua semoga ada terus rejekinya aamiin


Kalau step singkat yang perlu dilakukan menurutku antara lain:

- Gejala ringan kaya gimana pun, misalkan demam batuk flu atas nama gak sehat silahkan langsung menjauh dari khalayak ramai. We never know.

- Harusnya step awal itu ya ke dokter, tapi kalau berasa miriip banget gejalanya dengan varian Covid bisa ditambahkan untuk swab ya. Ini bisa gratis kalau dilakukan melalui Puskesmas (tapi biasanya ada antrian yang mana wajar mengingat quota gratisan itu)

- Setelah tau hasilnya gimana, tetap isolasi aja sih, mau Covid ataupun nggak (cuma flu batuk demam biasa) jangan sampai menularkan ke orang lain kan

- Kalau emang positif Covid, ya karena ini pandemi dan ada ketentuannya jadi ikutin aja, gak sesusah nakes yang mesti APD-an ribet setiap hari itu kok

- Lapor ke lingkungan, lapor ke Puskesmas terdekat, hubungi Satgas Covid-KemKes bisa via WA 081110500567 (yang aku gak direspon) atau gercep telfon ke 1500567 *yang nggak aku lakukan)

- Kalau akhirnya ngurus mandiri, ya aku sih minum multivitamin (disarankan dengan kandungan Vitamin C, Vitamin B, Vitamin D, Vitamin E, Zinc), terus obat-obatan sesuai keluhan aja.

- Tingkatkan, lipat gandakan makanan penuh gizi karena harus support badan yang lagi berjuang lawan si virus-virus ini.

- Ya apalagi yang melengkapi semua step yang bisa kita lakukan kalau bukan doa, berserah, bersilaturahmi minta doa, dsb :')

Sekarang di apps PeduliLindungi statusku udah Green, yang berarti boleh ke temat umum yeay tapi ya mau ke mana juga..


Karena ternyata setelah positif gini pun, aku tetap pakai masker, tetap keluar cuma seperlunya, tetap kalau habis dari luar langsung bersih-bersih, gak ada yang berubah. Satu hal yang aku sadari juga, aku beradaptasi kaya gitu bukan cuma supaya gak positif, tapi mostly karena aku tenangnya dengan begitu. 


Ada circle dekat ku yang lumayan bodo amat dengan prokes, aku kadang merasa (mudah-mudahan ke insecure an ku doang) dicibir malah karena duh lebay ya. Si itu gak prokes aman-aman aja. Alah itu virus mah gak ada.


Aku paham ada segala macam teori tentang virus ini, yang mana gak bisa juga 100% aku sangkal. Tapi, pada hal ini aku percaya dengan ketentuan umum tentang langkah-langkah apa yang harus aku lakukan dengan situasi ini (yang mana juga tidak merugikan aku sama sekali), dan kalau aku gak melakukannya dengan sengaja atau lalai aja, aku jadi gelisah. Pikiranku bisa kemana-mana. Makanya yaudah aku melakukan itu untuk ketenangan diriku sendiri.

Sehat-sehat ajalah ya kita semua dan semoga segera berlalu pandemi ini yaa.


Salam, Nasha.

Karena dua kejadian itulah, maka 2021 aku nobatkan sebagai "Year of Love".


Di tahun itu aku sadar kalau selama ini udah kurang sayang sama diri sendiri, gak pehatiin badan gimana, gak gubris pas ada keluhan, maksain badan melakukan apa yang aku mau terus, boro-boro perhatiin apa yang masuk ke badan, ya intinya gak peduli lah sama tubuh sendiri. Emang ya kita itu butuh trigger dulu baru sadar.


Sekarang sejak tobat gini, mau workout gak beban karena ngerasa penyakitan, tapi dinikmati aja karena sejatinya emang badan kita perlu olahraga perlu gerak. Mulai menyudahi makan tengah malam karena pencernaan juga butuh istirahat. Makan apa-apa tuh ya lebih sadar aja mana yang tepat buat badanku dan mana yang enak buat lidahku doang. Mulai skincare-an juga (di umur segini!) dan ternyata seru ya. Aku gak ngerasa repot sama sekali punya rutinitas pagi dan malam dengan diriku sendiri gini. Girang malah!


Sejalan dengan sayang sama diri sendiri, aku juga melihat makin luas ke luar. Ke orang-orang yang aku sayang, yang sayang sama aku. Oh ternyata aku diberkahi ya dengan dikelilingi orang-orang ini. Aku juga belajar untuk bilang i love you, or simply buat mereka tau your existance matters, dan berterima kasih untuk hal-hal sederhana, yang dulu aku jarang banget untuk ungkapkan.

Foto Pemandangan

Lebih luas lagi, aku juga mulai melihat posisi kita sebagai manusia di bumi ini gimana. Salah satu efek keseringan nonton Our Planet juga kali ya.


Ini tuh berkesinambungan banget lah untuk membentuk aku sekarang, antara mulai sadar dengan self love, mulai melihat/ peduli ke luar, jadinya sedikit banyak mempengaruhi nilai-nilai penting yang aku percayai dan yang kemudian aku ingin bagikan, tanamkan (khusunya ke anak-anakku)


Sampai akhirnya sedih dan miris juga sebenarnya sama ke'serakah'an kita sebagai manusia. Efeknya tuh udah nyata banget sekarang, beda dengan campaign yang aku ikut-ikutan sepuluh tahun lalu, yang sebatas kurangi kertas, kurangi listrik, kurangi plastik. Sekarang geraknya harus lebih besar, tuntutannya ya emang ke pemerintah, atau ke kita semua secara bersama-sama. Udah gak bisa ditunda lagi untuk kita gerak bareng, mulai dari apapun yang bisa sekarang. Gak belanja pake plastik, kurangi sampah (makanan sisa, pembalut, popok sekali pakai, apapun yang sekali pakai), tanam pohon, hemat listrik, hemat air, kurangi limbah rumah tangga juga, pakai barang ramah lingkungan, dst. Kalau kita lihat secara keseluruhan, melestarikan alam itu untuk kepentingan kita juga loh sebagai penghuninya untuk jangka waktu yang lama.

Bunga Warna Warni

Bumi ini sangat luas kok, bisa banget untuk kita pakai bersama makhluk lain tanpa mengganggu tanpa merusak hidup mereka, asal kita merasa cukup #HidupCukup


Indah kan kalau kita semua bisa hidup berdampingan dalam damai :')


Dulu aku mah liat binatang bawaannya pingin dimatiin diusir aja cepet, sekarang jadi sadar kalau mereka tuh sama kaya kita, sama-sama hidup, sama-sama butuh makan, sama-sama butuh tempat tinggal. Kita aja yang serakah, perlu rumah yang guede, perlu rumah kadang gak cuma satu, makenya cuma kadang-kadang, tebangin lahan untuk ini itu berbagai keperluan, padahal lahan itu dulunya rumah binatang dan tumbuhan itu loh. Semuanya dijadiin bangunan, trus gak kepikiran kan mereka tinggal dimana. Boleh sih alih fungsi lahan gitu untuk kebutuhan kita, tapi ya secukupnya dan sadar juga tentang hal ini jadi kita jangan semena-mena.


Akhirnya sekarang tuh lihat binatang bawaannya gak kesal lagi, kadang kasihan malah, kalaupun mereka ada gak buru-buru diusir apalagi dibunuh, tapi yaudah berusaha aja biar bisa hidup berdampingan. Ya misalkan kalau tikus mau makan ya gak dendam lagi, makan aja yang di tempat sampah di luar, jangan yang di meja makan. Gak buru-buru langsung cari racun tikus juga, tapi ya tetep tutup segala lubang yang bikin dia masuk rumah. Lebah kalau mau di pohon juga gapapa, asal jangan bikin sarang di bawah meja juga. Ada lalat di dalam juga ya diusir ajalah gak usah langsung dimatiin juga. Iya, mau berdampingan tetep aja ada syaratnya, dasar aku :')



Terus juga jadi memperbaiki pola konsumtif aku, ke-impulsif-an sama hal-hal yang gak terlalu penting, kaya aku dulu terganggu banget sama yang gak seragam, sama yang udah butek, dan gampang tergiur aja sama tren, yang estetik-estetik gitu. Sekarang mah lebih woles, lebih sadar, kalau barang yang aku dapet ini punya perjalanan panjang, dan kalau dibuang juga lebih panjang lagi perjalanannya. Perlahan sadar diri kalau apa-apa gak mesti estetik, apalagi dengan motivasi cuma supaya kelihatan cakep di sosmed. Bukan berarti gak peduli penampilan, kerapian ya, tapi sadar aja gak semua harus diikutin, gak semua harus dibeli. Dan gak terganggu juga dengan ke tidak estetik an menurut standar sosial itu.

Selain itu juga, karena kita yang punya dan pake barang, kita juga yang tau kategori dan jumlah barang yang kita perlu itu apa aja. Kaya misalkan, baju itu bisa dikelompokkan jadi baju rumah, baju pergi, atau baju acara. Perlunya segini. Kalau ada yang mau ditambah, yang lama ini mau diapain. Sadari. Mikirnya mulai dibalik, bukan lemarinya yang kecil, bajunya aja yang kebanyakan.


Secara gak langsung, ini juga memperbaiki gimana aku mengelola uang sih, dan gimana memandang hidup juga, jadi gak melulu punya keinginan punya banyak. Gak ambisi dengan kuantitas, tapi lebih ke kualitas. Hidup yang berkualitas itu ternyata bukan karena punya barang ini itu, tapi yang seimbang. Hidup yang mengisi berbagai lapisan, yang bisa memenuhi diri (ini bukan hanya tentang 'materi') ,yang tenang bersama orang lain, yang berdampingan dengan makhluk lain, yang diisi dengan konsumsi yang baik.


Juga mudah-mudahan jadi bijak bersosmed juga, untuk bisa hidup secara nyata di saat ini. Biar otak gak melulu kebanjiran sama hormon yang instant, biar mata gak melulu lihat yang digital, biar kulit gak cuma bersentuhan sama benda bikinan. Alam itu kaya, sangat kaya. Dinikmati lah.


Lagipula, aku orangnya gampang ke trigger sama yang diposting orang, bisa bikin overthinking. Eh si ini hidupnya udah kaya gini aja, eh si itu kok gtu ya sekarang. Bisa kepikiran aja tuh, gak penting emang! Jadi mulai membatasi juga secukupnya. Dan ya, emang yan diposting tentu hanya yang indah gak, bukan berarti keseluruhan hidup orang itu indah.


Sedikit berjarak dengan sosmed, punya nilai-nilai tadi itu, bikin aku merasa gak lagi 'kosong', bikin aku lebih menikmati peranku, lebih fokus sama apa yang aku kerjakan, gak gampang terpengaruh, dan yang jelas bikin aku lebih enjoy lebih happy.

Dari segala hal inilah aku pikir hal yang paling perlu kita punya itu ya untuk #HidupCukup yang mana ini (menurutku) meningkatkan kualitas hidupku juga.

Aku nulis ini, mostly sebagai reminder di aku juga sih. Dan jadi bahan buat bersyukur juga, kalau aku sudah melewati banyak hal dan berjalan sejauh ini. Hal yang mungkin gak akan aku dapatkan kalau aku nggak di kondisi saat ini.

Emang ya.. Allah itu sebaik-baik perencana.


Salam, Nasha.

Kalau gigi tentu saja bermula karena keluhan rasa sakit gigi yang udah mengganggu. Sakit aja baru ke dokter gigi :’) Perjalanan perawatan gigi ini mencakup odontektomi (pencabutan gigi bungsu), perawatan saluran akar (PSA), pembuatan gigi tiruan lepasan, dan pembuatan gigi tiruan cekat, dengan lebih dari sepuluh kali kunjungan dan biaya yang juga lebih dari sepuluh :')


Ceritanya gini.. inget kan, kalau referensi kesehatanku sudah ke rumah sakit yang itu.. Jadi pas udah diniatkan ke dokter gigi langsung cek dokter available disana. Daftar, datang deh.

Dokter Gigi Umum di Rumah Sakit 'yang itu'

Ke dokter gigi umum dulu. Konsul, terus diperiksa, katanya ada gigi bungsu (gigi geraham paling belakang yang tumbuh terakhir biasanya sat kita udah lebih dari 17 tahun), yg tumbuhnya miring jd ganggu geraham disampingnya. Nah untuk tindakan pencabutan itu harus sama dokter gigi spesialis bedah mulut yang gelarnya gini drg.,Sp.BM.

Terus dokternya juga nyaranin untk rontgen panoramic dulu biar tar k drg.,Sp.BM nya udah bawa bahan. Jadi ini tuh rontgen untuk lihat keseluruhan gigi kita, pelayanannya di bagian radiologi terus disuruh berdiri aja gitu gigitin alat nah si 'kamera'nya ini yang bakal muter buat 'foto' gigi kita itu. Jadi makin jelas terlihatlah susunan gigi ku yang sudah tidak lengkap lagi itu. Keliatan juga tuh si gigi bungsu yang miringnya.

rontgen gigi

Kunjungan Pertama ke Dokter Gigi Spesialis Bedah Mulut 

Sampailah hari dimana aku ketemu sama drg.,Sp.BM. Konsul kan, bawa hasil rontgen itu juga. Bener nih ternyata gigi bungsu bawahnya miring keduanya. Nah, yang atas udah gak ada nih, dimana aku baru tau kalau dulu pas behelen masa remaja itu yang dicabut gigi bungsu atas ternyata. Dari keluhan dan pemeriksaan aku itu, dokternya saranin untuk cabut gigi bungsunya sekalian cabut gigi geraham yang sakit itu aja. Kira-kira dokternya bilang, udahlah bermasalah daripada gimana-gimana gitu cabut aja. Dah, aku mah apa iya-iya aja. Belum tau aja kalau cabut gigi dan mau tetep makan kan giginya mesti diganti. Eh tapi ternyata gak bisa tindakan langsung hari itu, karena kebijakan RS harus swab dulu sebelum tindakan bedah. Terus dikasih obat juga untuk diminum sebelum tindakan. Bikin janji lagi deh lusanya.

Keluar dari ruangan dokter itu, aku langsung memanfaatkan kenalanku untuk konsul cuma-cuma (the perks of having dentist friend B-)) Kalau menurut dia setelah aku kirimin foto hasil rontgennya, mending dipertahanin aja sayang kalau langsung cabut padahal giginya juga masih ada. 

Sambil nunggu obat, mulailah aku googling ya.. karena gak pingin terlihat jompo yang mesti bongkar pasang gigi, carinya tentang gigi palsu permanen alias gigi tiruan cekat.. implan gigi..

Eh..
shock biaya gigi 

Biayanya tuh segini??!!
menangis perawatan gigi


Aku langsung takbiran. Baru deh sadar. Abis itu mulai ambil obat sambil merenung, jalan di selasar dengan gontai, terus duduk dulu di lobby sambil menahan derai air mata..  

Belum the end nih ceritanya, masih ada sisa-sisa semangat yang ntah darimana. Ya darimana lagi kalau bukan dari rasa sakit.

Tindakan Odontektomi oleh drg. Sp.BM

Akhirnya Hari-H tindakan tiba, cabut deh tu gigi bungsunya, yang kanan. Minum obat terus swab antigen dulu sik. Dokternya masih nanyain nih, mau cabut gigi bungsu doang apa gigi geraham yang sakit ini biar sekalian. Aku yang udah tau biaya implan gigi tentu aja jawab cabut gigi bungsu doang. Buset. 
Nah, proses cabutnya dengan bahasa awam yang sanagt disederhanakan tu kira-kira gini, gusi sedikit dibelah trus diambil giginya terus dijahit deh tu gusi yang tadi. Pasca tindakan sih kemungkinan besar bakal sariawan ya, katanya olesin madu aja, tp kalau pingin lebih cepet pake Minosep (rekomendasi temenku) 

Kirain cabut gigi ini tuh kaya yg sebelum-sebelumnyanya jg kan (sudah beberapa kali aku mah, gigi bungsu atas juga kan) tp kagetnya pas bayar :’)
Mau nangis jg gak bisa balikin duit aku.

Baru deh mulai baca-baca soal cabut geraham bungsu ini atau istilahnya odontektomi. Oh range harganya emang bikin sesak napas. Tp dulu aku cabut kedua geraham bungsu atas kok gak sampe nangis ya, apa karena dulu yang bayar bukan aku melainkan orang tuaku? Sudahlah. 

Kunjungan Rujukan ke Dokter Gigi Spesialis Konservasi Gigi (drg.,Sp.KG)

Buat geraham yang sakit tadi aku dirujuk lagi ke spesialis lain, baru tau nih banyak macam spesialis dokter gigi. Kali ini, untuk perawatan gigi dirujuk ke spesialis konservasi gigi atau nulisnya drg.,Sp.KG. Masih di RS yang sama dong, seminggu kemudian aku bertemu dengan dokternya. Eh, disana dikasih opsi cabut juga masa. Loh, bukannya harusnya dokternya optimis dengan perawatan ya, karena spesialisasinya itu? Aku mah kalau tidak tau harga jg yaudah hilangkan saja dok daripada menyakiti begini. Tapi kan kalau dicabut trus mesti bikin gigi, yang bukan hanya menyakiti dompetku tapi juga menghilangkannya sekalian. Trus dokternya jelasin tentang kemungkinan perawatan saluran akar (PSA), dimana aku mesti bolak balik perawatan dengan kisaran harga tertentu. Yaudah aku udah ok, karena emang tau perawatn gigi gak bisa sekali langsung sembuh kan.

Baru deh dokternya coba cek, oh kalau gini coba kita tambal dulu aja ya. Tambal sementara, terus kalau gak ada keluhan seminggu kemudian ditambal permanen. Aku mah manut aja kan meski rada bingung gak jadi PSA tapi yaudahlah good news ya ini aku anggap. Jadi, sudahlah aku pikir kelar dengan ditambal ini (dua kali kunjungan untuk tambal sementara dan tambal permanen)

Eh gak sampe sebulan tambal udah sakit lagi dong.

Ganti Pusat Pengobatan (RS to Klinik Gigi)

Disini aku memutuskan, mending cari pihak ketiga. Lelah aku mah bolak balik RS gini terus, kejadian ini bikin nambah list kekecewaan aku aja, mending cari tempat pengobatan lain. Sebelumnya juga pernah aku ke dokter lain ya yang konsulnya gak sampe durasi 1 lagu. Dulu aku pikir di RS ini semuaa dokternya akan memuaskan aku. Ternyata nggak. Apalagi yang gigi ini. Pertimbangan medisnya pasti ada ya, tapi sebagai pasien aku nangkepnya kan gini, kalau aku mesti perawatan gigi itu, berarti penambalan kemarin sia-sia aja dong, gak sampe sebulan loh melayang sudah rupiah yang kubayarkan itu. Dan agak aneh aja dengan opsi cabut kalau giginya masih kelihatan baik, bisa dirawat, tapi dikasih opsi cabut. 
Yaudah itu kan pendapat aku, jadinya aku carilah pihak ketiga.

Darimana? Googling dong.

Ketemulah klinik gigi yang reviewnya bintang 5, komennya luar biasa, dan gak jauh dari rumahku. Waw. Perfect ya. Eh satu lagi yang aku suka, karena reservasinya per jam gitu, jadi bukan nungguan nomer antrian kaya RS. Jadi gak bakal rame-ramean antri gitu kan, dan gak perlu luangin terlalu banyak waktu juga tanpa bayangan kelarnya kapan.

Coba deh aku kesana.

Kunjungan Pertama ke Klinik Gigi - Cetak Gigi Tiruan Lepasan

Aku konsul pertama kali sekitar setengah jam. Gak ada tindakan apa-apa loh itu, cuma konsul masalah gigiku yang buanyak itu. Dokternya jawabin pertanyaan-pertanyaanku dengan sabar, telaten, dan gampang dimengerti. Jadi penjabaranya gini, geraham yang sakit mesti PSA (yang dirujuk ke dokter lain di klinik itu), lalu geraham depannya harus diganti (disarankan yang permanen supaya kuat), dan gigi atas ku yang sudah tiada ntah dari kapan itu bisa diisi dengan gigi tiruan lepasan aja, terakhir ya cabut geraham bungsu yang kiri.

Nah, yang bisa diangsur kerjain saat itu, dengan dokter itu, adalah bikin cetakan gigi tiruan lepasan geraham atas. Dengan penjabaran yang jelas gitu, aku mah hayuk aja. Bismillah.

Terus, minggu depannya aku balik lagi buat PSA yang geraham belakang sekalian pasang si gigi tiruan lepasan yang dicetak tadi. Pemasangan gigi tiruan ini juga gampang kok, ya meskipun awal-awal ada perasaan, eh udah jompo aja nih pake gigi palsu, tapi yaudahlah ya yang penting sehat. Terus mungkin dokternya akan mengurangi sedikit-sedikit kalau dirasa terlalu 'ketat'. Awal-awal pake emang gak nyaman banget, mana gusi ku juga sempat lecet. Tapi ya aku kan tidak menyerah. Lama-lama ya bisa dipake makan pelan-pelan yang lembut-lembut, eh sekarang mah hajar bae makan kerupuk juga lanjut meskipun yhaa namanya juga gigi tiruan.

Untuk perawatan lanjutannya sih, cuma dilepas lalu dibersihkan setiap malam sama sabun (bukan pasta gigi ya!), dan direndam dengan air minum.

PSA (Perawatan Saluran Akar)

Diartikan sebagai prosedur yang bertujuan untuk mengatasi kerusakan pada rongga gigi, serta mengobati infeksi dan pembusukan pada daerah tersebut. (sumber: disini)

Aku juga baru tau tentang PSA ini ya, padahal kalau dari rontgen panoramic ku, gigi atas sebelumnya juga udah pernah PSA loh. Gak tau ini kapan, gimana, dan biayanya berapa (bukan aku yg bayar berarti ;D)

Total untuk aku menyelesaikan PSA ini adalah tiga kali. Kalau yang aku tangkep sih, prosesnya itu pembersihan saluran akar dari segala kotoran dan bakteri, pengobatan, pengisian, terus tutup dengan tambal deh. Nah, karena gigi geraham di depannya ini juga udah gak ada, dokternya menyarankan untuk bikin bridge aja. Jadi, aku skip bagian penambalan ini.

Dental Bridge

Adalah perawatan medis yang mengisi ruang atau celah di antara gigi atau mengisi gigi yang hilang.
Tenang, aku juga baru tau kalau ada yang namanya dental bridge ini kok ;) intinya mah, ini salah satu opsi gigi tiruan cekat (permanen) selain implan ya.

Waktu proses PSA lalu, dokternya udah menyarankan untuk mengganti gigi geraham disamping yang di PSA ini. Karena akan rentan buat si geraham kalau cuma berdiri sendiri. Secara umu, opsi gigi tiruan itu ada dua, yaitu gigi tiruan lepasan dan gigi tiruan cekat. Untuk yang cekat sendiri, ada dua pilihan yaitu dental bridge dan dental implan.

Untuk case aku ini, dokternya menyarankan untuk yang permanen supaya kuat sebagai geraham dan pake yg dental bridge aja supaya sekalian bisa 'menutup' geraham di sampingnya. Prosesnya lebih singkat, dan harganya juga lebih terjangkau daripada implan. Aku mah harga gak masalah, asalkan murah ;)

Akhirnya aku ke klinik untuk penyelesaian perawatan gigi geraham ini. Jadi ya kalau pasien lain akan ditambal, aku bikin cetakan untuk dental bridge ini.

Setelah cetak, tinggal tunggu dikabarin jadinya deh, sekitar 2 minggu. Pemasangan (insersi) bridge ini juga gak ribet dan gak sakit kok. Setelah insersi, ada kontrol pemakaian seminggu kemudian. Awal-awal itu rasanya emang kurang nyaman dan gampang ngilu apalagi kalau kena makanan terlalu panas/dingin, terus juga rada nyeri dipake makan yang keras/alot, tapi lama kelamaan ya biasa aja. Udah adaptasi.

Nah, untuk perawatan lanjutannya, disarankan untuk cek gigi berkala minimal enam bulan sekali ya, sikat gigi dua kali sehari, dan pakai dental floss pick untuk membersihkan area-area yang gak terjangkau sama sikat gigi. Aku pake udah sekitar satu bulan nih dan gak ada keluhan, mudah-mudahan gak ada keluhan juga untuk dekade mendatang ya (iya, aku mah optimis ;))

Oh ya, untuk perbandingan antara gigi tiruan cekat (bridge) dan lepasan yang aku pake ini, tentu lebih nyaman yang dental bridge ya. Gak berasa ganjel apa gimana, bahkan kadang lupa kalau ini cuma gigi tiruan. Ya kembali lagi, ada harga ada rupa :')

  • Odontektomi (lagi)
Setelah merasa nyaman dengan dental bridge (deretan kanan) aku memutuskan untuk reservasi odontektomi untuk gigi bungsu yang kiri. Karena setelah odontektomi biasanya akan susah makan gara-gara sariawan di bagian yang dicabut atau ya awal-awal susah aja gitu mulutnya dibuka :')

Nah, kondisi gigi geraham bungsu yang ini tu tumbuh miring juga tapi hilang tenggelam di gusi, jadi gak keliahatan. Maka, prosesinya jadi lebih susah ya (kayanya).

Ternyata bener! Pengerjaan untuk kasusku ini sekitar 2 jam. Waw! Tapi ya bukan berarti juga buka mulut terus dua jam, tetap ada break lah berapa menit sekali. Prosedurnya sih hampir sama kaya sebelumnya, dibius lokal dulu terus gusinya dibuka lalu giginya diambil. Cuma karena ini case spesial, jadi pengambilan giginya yang rumit. Dibagi jadi empat dulu tuh gigi sampai akhirnya clear.

Pulang-pulang aku dioleh-olehin sekantong obat, ada antibiotik juga, dan jadi mingkem mulu nih. Mudah-mudahan gak sariawan ya! Semingguan lagi, jadwal kontrol mudah-mudahan gak ada masalah!
*Sejauh ini gak sariawan ya, tp ternyata gigi bengkak! Duh, doanya kurang lengkap ;D

Cabut Gigi Bungsu Toilet Selfie Before-After, because why-not Cabut Gigi Bungsu

 
Disudahi dulu perjalanan perawatan gigi-ku ini. Mudah-mudahan gak ada lanjutannya ya, selain kontrol berkala doang. Sekarang kalau mau panoramic bakal kelihatan kali ya gigi ku udah lengkap semua (tanpa gigi bungsu) Wow! Makasih Ya Allah. Sujud syukur :")

Oh ya, kalau ada yang mau ditanya-tanya, boleh lo ;)

Salam, Nasha.





Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Kenalan Dulu, yuk!

Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

Follow @salamnasha

POPULAR POSTS

  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Hubungi Aku di sini

Nama

Email *

Pesan *

Advertisement

Label

family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

Daftar Tulisan

  • ►  2025 (24)
    • ►  Mei 2025 (5)
    • ►  April 2025 (5)
    • ►  Maret 2025 (4)
    • ►  Februari 2025 (5)
    • ►  Januari 2025 (5)
  • ►  2024 (41)
    • ►  Oktober 2024 (4)
    • ►  September 2024 (8)
    • ►  Agustus 2024 (5)
    • ►  Juli 2024 (5)
    • ►  Mei 2024 (5)
    • ►  April 2024 (3)
    • ►  Maret 2024 (5)
    • ►  Februari 2024 (3)
    • ►  Januari 2024 (3)
  • ►  2023 (117)
    • ►  Desember 2023 (10)
    • ►  November 2023 (10)
    • ►  Oktober 2023 (10)
    • ►  September 2023 (10)
    • ►  Agustus 2023 (10)
    • ►  Juli 2023 (10)
    • ►  Juni 2023 (11)
    • ►  Mei 2023 (12)
    • ►  April 2023 (8)
    • ►  Maret 2023 (10)
    • ►  Februari 2023 (8)
    • ►  Januari 2023 (8)
  • ▼  2022 (31)
    • ►  Desember 2022 (6)
    • ►  November 2022 (3)
    • ►  Oktober 2022 (4)
    • ►  September 2022 (3)
    • ►  Agustus 2022 (1)
    • ►  Juli 2022 (2)
    • ►  Juni 2022 (3)
    • ►  Mei 2022 (1)
    • ►  April 2022 (2)
    • ►  Maret 2022 (1)
    • ▼  Februari 2022 (3)
      • Curhat Positif Covid Omicron dan What-to-Do
      • Love Me, Love You, Love All of Us #HidupCukup
      • 2021 Love pt.2 Pengalaman Merawat Gigi (Odontektom...
    • ►  Januari 2022 (2)
  • ►  2020 (13)
    • ►  Desember 2020 (1)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  Oktober 2020 (1)
    • ►  Agustus 2020 (1)
    • ►  Juli 2020 (1)
    • ►  Juni 2020 (1)
    • ►  Mei 2020 (1)
    • ►  April 2020 (1)
    • ►  Maret 2020 (2)
    • ►  Februari 2020 (2)
    • ►  Januari 2020 (1)
  • ►  2019 (6)
    • ►  September 2019 (1)
    • ►  April 2019 (1)
    • ►  Maret 2019 (1)
    • ►  Januari 2019 (3)
  • ►  2018 (5)
    • ►  Desember 2018 (1)
    • ►  November 2018 (4)

BloggerHub Indonesia

Tulisanku Lainnya

Kompasiana Kumparan

Popular Posts

  • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Trending Articles

  • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
  • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
  • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
  • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
  • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes