2022 #HidupCukup

Mengawali tahun 2022 dengan menatap sedih halaman blog ini, karena ternyata tidak ada postingan sama sekali di tahun 2021 :'


But, how's life recently?


Great!


Saya merasa bertumbuh dan berkembang (udah kaya bocah aja istilahnya) jauh di 2021 lalu. If someone ask me, how's 2021 mostly about? I'm gonna answer LOVE!

It's all about Love!


Di 2021 saya belajar untuk mulai menerima, menerima diri sendiri apa adanya, kurangnya, lebihnya, lukanya, kenangannya. sakitnya, pelajarannya, semuanya dipeluk, diterima. Berdamai dengan segala kondisi, semua perkara. Belum seluruhnya, namun perlahan-lahan. Satu persatu.

Mulai dari diri sendiri.

Lalu mulai memperbaiki. merawat, mempedulikan, menyayangi, menjadikannya utama. Karena prinsipnya, dengan diri yg dicinta yang mampu memberi cinta, mengekspresikan juga pada mereka (eh, seru juga nih tar dibahas lg! ;D)


Seiring berjalan dengan itu, saya mulai sedikit demi sedikit memahami bagaimana kita seharusnya menjadi bagian dari kehidupan ini. Seperti yang telah disebutkan dalam QS 28.77 bahwa kita seharusnya menebar kebaikan dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi. Makin ke sini, makin banyak warning tentang kerusakan bumi yang kita bikin selama bergenarasi, dan sampai sekarang gak jelas titik stop atau penurunannya. Memprihatinkan, gimana makhluk bumi lain harus mengalah karena keserakahan kita untuk eksploitasi sumber daya. Hutan yang dibabat, mereka yang kekurangan makanan, tergusur tempat pindahnya. Suhu yang meningkat, mereka juga yang kesusahan beradaptasi. Sedangkan kita, masih sibuk dengan penumpukan nominal angka.


Kalau saya coba pahami sih, sebenarnya ini berakar dari kita yang gak pernah merasa cukup. Ikan di laut itu juga dimakanin kok sama ikan lebih besar (langsung ambil contoh paus deh), tapi ya secukupnya kebutuhan si paus itu kan. Sedangkan kita cenderung takut kekurangan, sehingga ambil sebanyak-banyaknya. Apalagi kalau harga murah, ambil lebih banyak dari yang dibutuhkan, lalu kadang kekenyangan atau bahkan terbuang sia-sia, mubadzir..

Pola ini dilakukan oleh milyaran orang secara berulang..

Gimana gak habis itu sumber daya.


Gak ada yang salah dengan proses distribusi makanan atau barang kita, karena kita bukan paus yang tiap makan harus berburu dulu. Kita mencari makan dengan uang, dengan bertukar manfaat. Tapi, yang perlu kita mulai sadari adalah berlaku cukup.


Hidup Cukup. Cukup dengan apa yang dipunya. Cukup dengan bagaimana yang dibutuhkan. 


Mampu bukan berarti harus. Murah bukan berari diborong. Gratis bukan berarti bisa disia-siakan.


Mulai deh pikirin barang yang sampai di kita itu punya proses yang panjang untuk bisa kita pakai. Dari nasi yang kita makan sehari-hari aja deh, perlu bulanan untuk ditanam, dipanen, diolah, dan dimasak kan. Dan bukan hanya itu loh, butuh banyak lahan hutan yang dialih fungsikan menjadi sawah, gak tau deh berapa banyak hewan yang tergusur atau kehilangan sumber makanan dan beradaptasi lagi. Jadi, sebenarnya gak ada barang yang benar-benar murah. Menurut saya, harga suatu barang itu gak mencerminkan nilainya. Baran yang kita anggap cuma itu, butuh pengorbanan banyak yang gak bisa kita ganti. Jadi, jangan mentang-mentang kita mampu beli dengan harga barang itu, kita jadi merasa memiliki barang itu dan memperlakukan semena-mena. Beli beras, ditumpuk karena mampu, dimasak, lalu dibuang-buang (Hey, aku!)


Itu baru beras loh ya. Belum lagi barang yang gak hilang setelah dibuang. Mention it, plastic! Semua barang sih sebenarnya. Kita buang bukan berarti hilang kan. Jadi limbah, makan tempat lagi, mengotori alam lagi, ntah darat, sungai, laut, bahkan udara! Mikirin gini nih bikin pingin sungkem sama segala makhluk yang kena imbas kelakukan kita :" Astgahfirullah..


Telat sih, tapi better than not at all. Mulai deh (iya, aku!) tolong perpanjang umur barang, pakai sampai habis, pakai sampai rusak. Perpanjang umur barangnya, dirawat, biar bisa dipakai lama atau dimanfaatkan sm orang lain. Terus, kurangi deh pakai barang yang makenya bentar trus lama nyampahnya (again, plastic). Kontrol deh keimpulsifan buat belanja, cek dulu ini barang udah ada apa belum, beda modelan doang apa fungsinya juga beda, belinya karena perlu apa buat lucu-lucuan aja.


#HidupCukup


Bakal sering pake tagar #HidupCukup ini, untuk self reminder juga kalau apa yang ada di aku sekarang ya itu yg aku butuh. Secure dengan itu, jadi gak minder lihat orang yang rumahnya berkapling-kapling karena dengan rumah 100an ini aja udah cukup dengan kebutuhanku. Gak tersinggung juga kalau ada orang yang komen, kok barangnya masih yang itu, karena aku sadar ada nilai lebih penting yang aku jaga daripada sekedar menjawab komenan orang. 

Bahkan Rasulullah udah menyampaikan lama loh, makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang. kalau mau diperluas mungkin bukan hanya tentang makan, tentang kita yg gak perlu berlebihan dalam konsumsi apapun. Seperlunya, secukupnya.

Jadi, kalau mau mengambil menggunakan, membeli barang yang diingat ya prinsip itu. Butuhnya apa, berapa, yang bagaimana cukupnya. Bukan semata faktor ekonomi, harganya murah terus beli banyak, yang ujung-ujungnya konsumsi berlebihan ataupun mubadzir. 


Btw, this series from Netflix (dan juga ada di youtube resminya) is a must-watch series for all humankind on earth!!!

https://www.youtube.com/watch?v=GfO-3Oir-qM


Salam, Nasha.

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!