Bukan Hanya Ibu, Ayah juga Perlu Nonton Doctor Cha, Drama Menghibur yang Sarat Makna

"Kamu tidak perlu membuka jalan untukku. Tidak perlu juga menggenggam tanganku. Cukup biarkan aku melakukannya."

Sepotong kalimat yang dilontarkan oleh Cha Jeong Suk pada suaminya Seo In Ho, saat ia memohon agar bisa menjadi residen kembali setelah rehat selama dua puluh tahun. Adegan ini ada dalam serial Doctor Cha yanng resmi selesai pada akhir pekan lalu di Netflix. Premis cerita tentang perubahan karir perempuan dari ibu rumah tangga menjadi dokter, cukup menarik dan menjanjikan. Apalagi dengan semakin meningkatnya angka tenaga kerja perempuan profesional selama sepuluh tahun terakhir. Ini cukup menunjukkan angka keinginan perempuan untuk menjadi ibu rumah tangga juga semakin menurun. 

Serial ini dimulai dengan kondisi Cha Jeong Suk, yang mengalami gagal lever sehingga harus melakukan transplantasi hati. Kondisi mendekati maut itu membuatnya mempertanyakan apa yang ingin ia lakukan dalam hidup, dari situlah ia tahu keinginannya untuk kembali menjadi dokter setelah dua puluh tahun tidak pernah praktik. Kemudian ia menjadi residen, dan mengalami banyak hal dalam pekerjaannya juga dalam hubungan pernikahannya. Meski topik utama adalah dua hal tersebut, namun kita juga disuguhkan dengan berbagai adegan tentang keluarga hingga pertemanan yang dibalut dengan humor. Meskipun ceritanya tidak bisa dikatakan ringan, penyajian dengan komedi menjadikannya drama bernilai baik yang menghibur. Pilihan hiburan tepat untuk akhir pekan. 

Serial Doctor Cha di Netflix

Mengingat tokoh utamanya adalah ibu rumah tangga, mungkin banyak perempuan khususnya ibu-ibu yang awalnya merasa relate dan tertarik menonton. Padahal, ini juga bisa dan perlu ditonton oleh bapak-bapak ataupun semua kalangan pada umumnya. 


1. Perempuan

Penggambaran tokoh perempuan yang menjadi ibu rumah tangga maupun wanita karir cukup akurat disini. Bagaimana tiada hentinya seorang IRT menunjang kehidupan sukses orang-orang sekitarnya, mulai dari karir cemerlang suami hingga anak-anak yang berprestasi, bahkan juga kehidupan sehat seimbang mertuanya. Tokoh lainnya adalah seorang wanita karir dari keluarga terpandang yang memiliki karir benderang. Ada juga perempuan yang memilih berkarir saja tanpa pusing soal keluarga apalagi anak. Sama, semua punya kurang lebihnya, tidak ada yang lebih mudah.

Memang hingga kini isu kesetaraan masih perlu diperjuangkan, apalagi pada lingkungan tertentu yang tertutup pada perubahan. Perempuan memiliki jalur lebih sulit untuk berkarir diluar rumah, apalagi dengan status ibu. Segala stigma harus diterima dengan lapang dada, bahkan dari mereka yang harusnya memberi dukungan. Namun setidaknya sedikit demi sedikit perjuangan itu mulai tampak buahnya. Harus disadari bahwa kita yang punya kuasa memilih apa yang ingin kita jalani, lengkap dengan segala konsekuensinya. Kesadaran ini pula yang harusnya mendorong kita semua, sesama perempuan, atau yang berhubungan dengan perempuan, untuk saling mendukung, sebisa mungkin saling memudahkan, atas apa yang seseorang sudah putuskan jalani dalam hidupnya. 


2. Pernikahan

Hubungan antara In Ho dan Jeong Suk memang diawali dengan kurang baik, di usia yang cukup muda, sehingga ada banyak penyesuaian yang perlu mereka perjuangkan. Setidaknya pernikahan itu berjalan baik cukup lama. Sayangnya, mereka menjalani hubungan hanya sebagai rutinitas, tanpa benar-benar merawat, sehingga seiring berjalannya waktu ada jarak yang sudah kian lebar diantara keduanya. Apalagi, ada kehadiran orang ketiga, ia yang pernah menjadi cerita dimasa lalu. kehambaran rumah tangga ditambah kilas balik kenangan indah tentu jadi perpaduan yang tepat dalam mengiring pada pengkhianatan. Tapi ini cukup mengherankan sih, kenapa Seung Hi ini pilih kembali ke In Ho, dengan apa yang ia miliki kenapa menjalani pilihan yang menyedihkan yang juga berdampak pada anaknya begitu.

Setelah puluhan tahun bersama, terbiasa satu sama lain, perlahan berjarak hingga istri pergi, barulah In Ho bisa melihat apa yang telah istrinya lakukan selama pernikahan mereka, menyadari bahwa ia butuh kehadiran istrinya tersebut. Terlambat memang. Tapi jika kita mengacu pada kalimat, setiap hari adalah kesempatan baru maka ada berapa ribu kesempatan yang ia lewatkan?

Ini cukup mengingatkan kita lagi-lagi untuk merawat apa yang kita miliki, sebiasa apapun kelihatannya. Hubungan suami istri yang semakin hari semakin biasa, perlu tetap dirawat. Perlu menjalani peran yang bukan hanya sebagai keluarga tapi juga sebagai kekasih. Memang, semua hubungan perlu waktu dan usaha, apalagi pada pasangan, satu-satunya orang yang memilih kita untuk dijadikan keluarga. 


3. Keluarga

Bukan hanya tentang kedokteran ataupun pernikahan, drama ini juga banyak membahas keluarga, khususnya hubungan orang tua dan anak. Bagaimana orang tua sangat berperan dalam membentuk karakter anak dan perkembangan mereka. Anak yang dididik untuk terus bergantung pada orang tuanya, se-brilian apapun terlihat kinerjanya dari luar, akan sulit menghadapi hal-hal tak terduga yang terjadi dalam hidup. Sulit memutuskan, sulit bertanggung jawab, sulit menyelesaikan masalah. Karena seberapa eratpun hubungan kita dengan seseorang, masing-masing kita tetaplah satu pribadi yang memiliki hidup sendiri, yang akan menjalani juga menanggung segala resikonya. Mendikte jalan hidup anak jelas bertentangan dengan fakta ini.

Tidak hanya dari orang tua, anak juga bisa berperan mendukung impian orang tuanya, ini hal yang cukup unik dikisahkan. Bagaimana kedua anak Jeong Suk mengupayakan beradaptasi agar ibunya bisa berkarir kembali menjadi dokter. Jelas bukan hal yang mudah setelah terbiasa diurusi ibu, namun mereka berhasil melakukannya. Hubungan itu memang akan berjalan baik jika tidak timpang hanya disatu pihak, namun butuh dua pihak untuk  'saling.'


4. Waktu

Ada Jeong Suk, ada juga beberapa pasien yang diceritakan ikut menghadapi dekatnya kehidupan dan kematian. Ada yang hidup hingga lebih dari seratus tahun, ada yang masih belia namun sudah habis usianya. Tidak ada yang benar-benar tahu. Merelakan apa yang tidak bisa kita kendalikan sepertinya bisa membawa diri kita lebih tenang. saat Jeong Suk memandangi rumah duka, sambil mensyukuri apa yang ia sudah terima sejauh ini dalam hidupnya, hal-hal baik yang mnyertai perjalanannya, dan kasih sayang yang ia dapatkan, akhirnya kedamaian membuat ia bisa menghadapi kenyataan. 

Di sini, dibuktikan bahwa usia bukan hambatan melakukan sesuatu. Memulai bahkan berada dibawah anak sendiri Bukan masalah. Status orang tua tidak seharusnya menghalangi, karena orang tua adalah salah satu peran bukan keseluruhan kehidupan. Usia juga hanya pertanda angka. Kondisi tubuh prima yang didambakan saat muda juga bisa diupayakan. Kita bisa saja belajar hal sama sekali baru atau meneruskan apa yang dulu perna tertunda. Meski tidak tercatat, meninggalkan dunia profesional tidak berarti kita berhenti berproses. Bisa jadi ada lebih banyak pengetahuan dan kebijaksanaan yang kita peroleh setelah memiliki anak. 

Semua ini menyiratkan bahwa setiap kita memiliki waktu masing-masing. Selain batas usia yang sudah ditetapkan Tuhan, kita juga punya waktu mekarnya masing-masing. Ada yang mekar sejak muda lalu cepat layunya, ada yang harus perlahan hinga mekar dalam waktu lama, ada juga yang mekar sedari dulu hingga tak ada tanda layunya. Tidak masalah, ada banyak faktor lain selain usaha. Meskipun begitu, karena memang perjuangan yang bisa kita kontrol, maka hanya itu yang perlu kita lakukan. Terus berjuang, tidak menyerah, tidak perlu membandingkan, lakukan kebaikan terus menerus, berserah dalam doa tiada putus. 


5. Hiburan

Suatu tontonan bisa saja sarat makna tapi enggan disaksikan karena kurang menghibur.  Inilah yang menjadi daya tarik serial Doctor Cha karena ceritanya disusun dengan tokoh yang bisa sangat menghibur bahkan kadang membuat terbahak. Khususnya tingkah konyol Seo In Ho, ekspresinya, apa yang ia katakan, apa yang ia lakukan, serta interaksinya dengan tokoh lain. Jika diceritakan saja, kita akan menyimpulkan bahwa antagonisnya adalah dia, tapi tingkahnya membuat kita bisa sedikit bersimpati atas apa yang ia alami. Usia tidak menjamin kedewasaan seseorang. 

Pada akhirnya, serial ini bisa menjadi pilihan untuk ditonton sendiri, bersama pasangan, atau ramai-ramai. Bisa sebatas hiburan, bisa juga untuk bahan obrolan., atau reflkesi keseharian. Mengingatkan kita untuk bisa melihat hal-hal sederhana yang kita miliki, untuk bisa berbahagia setiap hari. Tokoh utamanya menjalani hidup dengan baik, inspiratif. Apalagi endingnya juga cukup memuaskan.Worth to watch!



Salam, Nasha 


0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!