Sekolah Alam, Sekolah Rumah, atau Sekolah Umum, Pilihan Tepat untuk Anak Hebat!

Pilihan sekolah untuk anak Indonesia semakin beragam dari waktu ke waktu. Ini merupakan kabar baik agar kita bisa lebih menyesuaikan diri dengan alternatif pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, juga anggaran. Masing-masing sekolah memiliki keunggulannya sendiri. Mulai dari sekolah nasional baik itu negeri ataupun swasta; sekolah nasional plus yang menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum tambahan bisa kurikulum internasional; sekolah internasional dengan beragam pilihan kurikulum; sekolah asrama atau boarding school, sekolah alam dengan konsep belajar di alam terbuka; hingga sekolah rumah atau homeschooling.

Sebagai orang tua yang ingin yang terbaik untuk anak, kira-kira model sekolah mana ya yang paling tepat?

Ilustrated Picture Edited by Canva

Sekolah Umum

Kelompok sekolah umum ini adalah deretan sekolah dalam format yang paling sering kita jumpai, dilaksanakan di gedung sekolah lengkap dengan sarana dan prasarananya, ada guru dan sejumlah murid dalam ruang kelas yang telah ditentukan. Dalam kelompok sekolah inipun ada banyak lagi jenis-jenis sekolah yang bisa kita pilih berdasarkan kriterianya, salah satunya adalah kurikulum yang digunakan. Sekolah yang didirikan pemerintah tentu menggunakan kurikulum nasional yang ditetapkan oleh Kemdikbud (sekarang Kemendikbudristek), sedangkan sekolah yang didirikan oleh pihak selain pemerintah atau sekolah swasta memiliki pilihan kurikulum lain selain kurikulum nasional. Meskipun mengacu pada aturan yang sama dalam satu negara, terdapat beberapa praktik pengelolaan yang akan berbeda.

Berdasarkan kurikulum, setidaknya ada tiga kategori sekolah yang bisa kita bedakan. Sekolah nasional untuk yang murni menggunakan kurikulum sesuai dengan ketentuan pemerintah, baik itu negeri ataupun swasta. Sekolah nasional plus yang mengaplikasikan kurikulum nasional ditambah dengan kurikulum lain seperti kurikulum internasional ataupun agama. Hingga sekolah internasional yang murni menggunakan kurikulum dari luar negeri. 

Berangkat dari kurikulum, akan ada banyak perbedaan lanjutannya antara sekolah-sekolah tersebut seperti subjek pelajaran, metode pengajaran, kualifikasi guru, dan nilai-nilai yang ditanamkan pada peserta didik. Misalkan disekolah nasional plus, selain pelajaran wajib nasional seperti Kewarganegraan, Budaya Lokal, juga Bahasa Indonesia, anak juga akan belajar tambahan subjek sesuai dengan kurikulum yang diadopsi. Pelajaran bahasa mandarin serta science and math untuk kurikulum internasional, ataupun pelajaran bahasa arab, fiqih, tafsir untuk sekolah pesantren. Sekolah nasional plus dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang ingin anak mendapat peluang lebih besar dikancah global, tanpa mengurangi rasa lokalnya. Meskipun sekolah nasional plus dipatok dengan harga jauh melebihi sekolah nasional tapi biasanya masih dibawah sekolah internasional.

Ilustrated Picture

Sekolah Alam

Sekolah Alam merupakan alternatif pilihan bentuk pendidikan dengan sistem pembelajaran berbasis alam semesta. Diketahui pelopor sekolah alam ini dalah seorang berkebangsaan Denmark bernama Ella Flatau pada tahun 1950. Sedangkan di Indonesia, sekolah alam pertama didirikan oleh Lendo Novo (alm.) pada tahun 1998, yang berlokasi di Ciganjur, Jakarta Selatan, dengan murid pertama berjumlah delapan orang. Gagasan dasarnya adalah bentuk pendidikan yang tidak monoton dan memberi kebebasan berekspresi bagi peserta didik. Potensi anak bisa dioptimalkan dengan peran pendidikan, bukan dari mahalnya infrastruktur namun dari kualitas tenaga pendidik, metode pengajaran, dan sumber ilmu seperti buku. Menurut pengamatannya, sekolah harusnya bisa memberikan kebebasan bagi setiap anak untuk bisa menunjukkan diri dan pemikirannya yang difasilitasi oleh para guru. 

Seiring perkembangannya, semakin banyak orang yang tertarik dengan konsep sekolah alam, dimana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk bisa berinteraksi langsung dengan alam. Sekolah alam dianggap dapat menjadi jalan untuk proses pembelajaran yang lebih menyenangkan dan mampu menempa kecerdasan natural anak. Mengutip laman Detik, ada beberapa karakteristik sekolah alam yang dikemukakan oleh Nggili antara lain memiliki lingkungan alam yang bisa dimanfaatkan untuk proses belajar, memberi kebebasan berkreatifitas pada anak, belajar sambil bermain menyenangkan, pendidikan berperan sebagai fasilitator yang memberi rangsangan pada anak, metode action learning untuk mendorong logika berpikir dan inovasi, dsb.

Sekarang jumlah sekolah alam semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bukan hanya di ibukota, kehadiran sekolah alam juga meluas hingga ke daerah-daerah. Meskipun sebagian sekolah alam hanya menawarkan pendidikan hingga jenjang dasar (Paud, TK, SD), tidak sedikit pula yang menyediakan hingga tinggat menangah (SMA). Apalagi dengan pilihan kurikulum yang juga bertambah, sebagian sekolah kini menawarkan kurikulum internasional untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. Dari penjelasan pada konsepnya tersebut, bisa dikatakan bahwa sekolah alam menitik beratkan pada sarana alam sekolah yang lebih luas, media pembelajaran yang memungkinkan anak belajar melalui praktik langsung, serta proses belajar mengajar yang aktif dan kritis. Guru yang mendampingi anak sepatutnya mereka yang benar-benar memperhatikan perkembangan masing-masing anak sehingga biasanya satu guru tidak memegang banyak murik sekaligus. Sekolah ini juga biasanya memiliki kurikulum tambahan untuk mengembangkan karakter peserta didik. 


Ilustrated Picture


Sekolah Rumah

Pada dasarnya sekolah rumah atau lebih dikenal dengan home schooling adalah metode pendidikan yang dilakukan di rumah, baik dengan mendatangkan guru privat atau orang tua sendirilah yang menjadi gurunya. Konsep home schooling ini pertama kali muncul di Amerika sebagai bentuk kritik atas sistem pendidikan formal kala itu. Salah satunya dikemukakan oleh Holt (1964) yang menilai sistem pendidikan yang ada justru mematikan potensi dan kreativitas yang dimiliki anak-anak. Kritik serupa terus berdatangan, semakin banyak orang yang menerapkan sekolah rumah bagi anak-anak mereka, hingga pada 1989 sekolah rumah mendapat pengakuan secara hukum. 

Homeschooling sebenarnya bukan produk baru di Indonesia, mengingat sudah sejak dulu orang tua mendidik anak-anak sendiri dengan fleksibilitas kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan. Jika bicara tokoh, sebut saja Agus Salim juga Ki hajar Dewantara. Pendidik bagi anak-anak mereka. 

Pada masa sekarang, akses untuk home schooling menjadi jauh lebih mudah. Kegiatannya juga mendapat izin dan bisa menerima bantuan dana dari pemerintah. Ada berbagai lembaga yang menawarkan bantuan sesuai kebutuhan dalam mengakomodir proses home schooling ini. Ada yang menyediakan guru-guru privat kompeten, ada juga yang menawarkan paket pendidikan, seperti materi kurikulum yang disesuaikan sesuai serta paket alat peraga sesuai tema pelajaran. Ditambah dengan teknologi daring, pembelajaran juga bisa dilakukan dalam jarak jauh. Lembaga sekolah formal juga memeiliki banyak penawaran yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan siswa, seperti pilihan kurikulum, fasilitas bilingual, serta opsi hybrid (pilihan untuk full online atau mix antara pembelajaran jarak jauh dan pembelajaran dengan hadir di sekolah).

Dengan begitu, format sekolah rumah cocok bagi mereka yang mengutamakan fleksibilitas dan privasi. Karena sekolah model ini, anak bisa mendapatkan perhatian penuh dari tutornya, baik itu guru yang didatangkan pihak sekolah ataupun orang tua, sesuai dengan bakat dan minatnya. Orang tua dan murid bisa menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan masing-masing, bisa mengatur sendiri waktu dan metode yang diinginkan, pengaruh kurang baik dari lingkungan pun bisa diminimalisir karena terbatasnya interaksi, namun fasilitas di rumah umumnya tentu tidak selengkap dengan sarana yang ada di sekolah. 


Jika kita singkat, sekolah umum, sekolah alam, serta sekolah rumah memiliki kondisi dan peruntukannya masing-masing. Sekolah umum dengan metode yang rata-rata teoritis dan dilakukan di kelas selama berjam-jam bisa diterima untuk anak yang sudah mampu duduk tenang mendengarkan penjelasan guru. Anak yang memang cara belajarnya runut sesuai dengan materi yang sudah disusun. Namun, bagi anak yang cenderung belum bisa duduk tenang, masih bergerak aktif ke sana ke mari, tentu lebih baik ke sekolah alam. Mereka akan difasilitasi sesuai dengan kondisi mereka tersebut, dengan syarat anak mampu fokus mengingat banyaknya distrasksi saat berada di luar ruangan. Ketenangan ini dianggap akan meningkat seiring pertumbuhan anak, mungkin itu sebabnya tidak banyak sekolah alam yang sampai jenjang pendidikan menengah. Berbeda lagi untuk anak yang punya kondisi khusus yang membutuhkan perlakukan khusus pula, sekolah rumah adalah pilihan tepat. Sehingga pengajarnya bisa fokus pada satu anak tersebut, menyesuaikan dengan jadwal hingga metode yang ia paling nyaman.

Pada akhirnya pilihan sekolah paling banyak bergantung pada kondisi masing-masing anak. Faktor lain seperti ketersediaan sekolah di area tempat tinggal juga biaya yang disanggupi juga bisa mempengaruhi. Jumlah terbanyak tentu adalah sekolah umum, tinggal dipilih lagi ingin yang sekolah nasional, sekolah nasional plus, atau sekolah internasional.  Dengan kecanggihan teknologi sekarang, akses pada sekolah rumah pun menajdi lebih mudah meskipun jaraknya berjauhan. Hanya sekolah alam yang butuh langsung didatangi langsung ke sekolahnya yang mungkin saja berjauhan jaraknya dari tempat tinggal. Soal biaya, ini tergantung dengan kebijakan masing-masing sekolah dan keunggulan yang mereka tawarkan. 

Kita memang ingin mendidik anak yang hebat sehingga memilih sekolah yang dianggap paling tepat untuk membentuk itu. Pertimbangannya banyak sehingga perjalanan memilih sekolah ini tidak begitu mudah, namun juga bukan perkara yang sangat sulit. Sekolah bisa memfasilitasi tapi peran keluarga yang sangat penting. Jadi silahkan dirunut apa yang paling penting untuk anak-anak kita ini, lalu saring pilihan yang ada dan pilih sesuai dengan kondisi kita masing-masing. Semangat!



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!