Celebrity, Sinopsis Lengkap hingga Pesan yang Dibawa

Celebrity merupakan serial buatan Korea yang dapat disaksikan di Netflix sejak 30 Juni silam. Terdiri dari 12 episode, serial ini cukup menjadi bahan perbincangan sehingga menjadi serial netflix non-english terpopuler global pada awal Juli 2023. Disinyalir, salah satu faktor penyebabnya adalah karena isu yang diangkat adalah tentang media sosial, hal yang sangat dekat dengan kita. Serial ini lebih khusus membahas tentang kehidupan sebenarnya dari para influencer yang ada disekitar tokoh utama, Seo A Ri (Park Gyu Yeong). Tentang perjuangan orang-orang meraih dan mempertahankan populritas, tentang perbedaan apa yang ditampilkan di media sosial dan kehidupan sebenarnya, hingga tentang tragedi-tragedi dramatis di belakang layar.

Karena termasuk genre thriller, maka kemungkinan besar kita tidak bisa bersantai sepanjang episode. Satu episode ke lainnya bersambungan konflik-konflik yang semakin memuncak, hingga pelanggaran hukum yang melibatkan pihak-pihak berkuasa. Ini memang bisa terjadi dibalik akun manapun, tapi bukan berarti juga semua akun memiliki drama belakang layar se-sensasional ini.

Sinopsis Singkat

Cerita dimulai dengan pengenalan kehidupan tokoh utama, Seo A Ri sebagai penjual kosmetik dari rumah ke rumah. Diketahui A Ri merupakan mantan anak pengusaha tekstil  yang sudah bangkrut sepuluh tahun lalu. Ia terbiasa hidup mewah sejak lahir, namun terpaksa berhenti kuliah karena kondisi keuangan keluarga. Latar belakang ini membuat A Ri hidup berterus terang dan tanpa rasa takut. Ia gigih bekerja keras, dan tidak tertarik dengan media sosial.

Namun, kehidupannya mulai berubah sejak bertemu kembali dengan teman masa sekolahnya, yang kini menjadi influencer dan pengusaha. Pertemuan tersebut yang menuntunnya pada pertemuan-pertemuan dengan influencer lain serta tokoh pengusaha dan penguasa. Sosoknya mulai dikenal karena memiliki keberanian berbicara apa adanya. Banyak yang mulai penasaran dengan kepribadian A Ri, termasuk konglomerat pengusaha kosmetik Han Jun Kyung dan konglomerat lain, Yoon Si Hyeon. Kebetulan-kebetulan yang dirancang, membuat A Ri kerap berurusan dengan tokoh konglomerat ini, lengkap dengan kelompok influencer didalamnya, yakni Gabin Society. 

Faktor keturunan pengusaha tekstile, bisa dijadikan alasan yang menguatkan fakta bahwa A Ri memiliki selera fashion yang disukai banyak orang. Perlahan, ia mulai banyak diikuti.Bergabungnya A Ri dengan sebuah agency, membuat namanya semakin meroket. Ketenaran tersebut membuat A Ri dengan berani membuka lini usaha fashion sendiri. Berbeda dengan influencer lainnya, ia membangun brand dengan harga terjangkau dari barang-barang yang ia pilih sendiri di pasar rakyat. Ini juga menjadi salah satu alasan banyak orang yang membeli produk brand miliknya.  

Ketenaran dan kesuksesannya yang dianggap instant, dianggap sebagai ancaman oleh para influencer lainnya khususnya mereka yang tergabung di Gabin Society.  Bukan hanya itu, keterlibatannya yang secara tak terdiga pada tokoh-tokoh penguasa juga menambah sulit posisinya. Ia tidak mau tunduk pada ancaman kekuasaan. Dari sinilah, konflik-konflik terus bermunculan, apalagi dengan karakter A Ri yang blak-blakan, tanpa takut melakukan apapun yang diinginkan, membuatnya semakin sulit membangun pertemanan. 

Bisnis fashion-nya terpaksa tutup dalam waktu singkat. Perusahaan tempatnya dulu bekerja juga ikut terdampak. Semua orang yang ada disekelilingnya ikut terkena imbas.  Hingga puncaknya, ia diberitakan sudah meninggal, namun dalam tiga bulan kembali membuat kegemparan dengan melakukan siaran langsung. Satu persatu kebenaran selama ia menjalani kehidupan sebagai influencer, diungkap tanpa aling-aling.    

Mungkin karena preferensi, mungkin juga karena genre, ditambah dengan adanya kebetulan yang menghubungkan dengan kehidupan tokoh 'papan atas', saya pribadi, tidak bisa dibilang menikmati, juga tidak bisa disimpulkan tidak menikmati, sehingga awalnya tidak ada niatan untuk membahas serial ini. Namun, isu yang diangkat serta adegan-adegan sentilan hidup kita diera media sosial dapat menjadi awal diskusi yang menarik tentang bagaimana kita begitu terikat dengan media sosial.

Makna untuk Kita

Ilustrated Picture

  • Popularitas bisa didapatkan dengan banyak cara

Salah satu yang paling instant adalah dengan menempel pada mereka yang sudah lebih dahulu populer. Menarik perhatian mereka, membuat akun kita muncul pada profil mereka, hingga terlibat dalam berbagai kegiatan mereka. Ini bisa dilakukan dengan baik dan tidak. Mulai dengan mencari tahu apa yang mereka suka lalu memanfaatkannya. Atau lebih cepat dengan mencari kelemahan mereka lalu melakukan ancaman atas apa yang mereka tutupi.  

  • Kuantitas tidak sama dengan kualitas

Bukan hanya tidak sama, tapi juga seringnya tidak berhubungan. Akun yang berkualitas bagus, memiliki konten yang berguna, tidak menjamin popularitasnya. Begitu pun sebaliknya, akun yang populer belum tentu memiliki kontan yang berkualitas. Ini tidak jauh berbeda dengan dunia nyata, orang yang populer bukan berarti orang yang banyak berkontribusi, dan orang yang banyak berkontribusi belum tentu akan dikenal banyak orang. Sehingga tidak bisa melihat kualitas dari angka popularitas.

  • Manipulasi kehidupan
Apa yang ditampilkan dimedia sosial bukan berarti yang sebenarnya terjadi. Setidaknya kita post foto yang terbaik, kan? Bukan berarti edit, tapi pilihan angle, tingkat kecerahan, mimik wajah, diatur demikian rupa supaya terlihat lebih bagus. Memang semua kita begitu, tingkatnya saja yang berbeda-beda. Sehingga tidak perlu terlalu percaya dengan apa yang ada di media sosial, tidak perlu kecewa juga kalau dugaan tidak sesuai dengan kenyataan.    

  • Resiko penyalahgunaan data 
Kejadian tertipunya ratusan ribu orang yang menyaksikan dalam live streaming Seo A Ri, mengenalkan kita pada teknologi deep fake. Ini bisa dilakukan oleh siapa saja kepada siapa saja, menggunakan data-data yang kini dengan mudah didapat dari media sosial, lalu melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak kita lakukan. Mengerikan membayangkan apa yang bisa orang lain lakukan menggunakan data pribadi kita, jadi jangans embarang membuka privasi.

  • Hidup berempati
Tragedi-tragedi ini bermula dari perasaan-perasaan yang muncul akibat pamer kemewahan, di dunia maya maupun di dunia nyata. Kemewahan yang dilihat dari seorang yang bekerja keras  sekedar untuk bertahan tentu dirasa tidak adil. Uang yang dihabiskan dalam sekali belanja, belum tentu bisa didapatkan oleh orang lain sepanjang hidupnya. Benar, itu hak masinh-maisng orang bagaimana ingin membelanjakan uangnya. Tapi alangkah lebih baik jika kita mampu menahan diri, tidak berlebihan, tidak perlu memamerkan. Coba untuk lebih memahami, hidup lebih berempati. 
  • Ada banyak hal didunia ini
Banyak sekali barang, banyak sekali kegiatan, banyak sekali apapun. Orang lain sudah melakukan ini, sudah pergi ke tempat ini, sudah memiliki barang ini. Tidak apa, kita tidak perlu juga mengikuti semuanya. Melelahkan kan rasanya melihat cepatnya perputaran tren, barang yang baru kita dapatkan sudah ketinggalan mode. Rasanya kita yang begini-begini saja jadi jauh tertinggal. Atur batasan sendiri, kita punya waktu dan tenaga yang terbatas dengan pilihan yang tidak terbatas. Cerdas tentukan prioritas. 
  • Jangan membandingkan
Kita hanya melihat sisi terbaik yang diperlihatkan orang dimedia sosial, sedangkan kita bisa melihat sisi buruk sendiri. Jadi perbandingannya tidak bisa adil sebenarnya. Biarkan saja mereka dengan hidupnya, kita juga fokus pada diri sendiri. Hal-hal baik apa yang bisa kita tambah lagi. Kalau dirasa tidak sanggup, jauhi, kita tidak punya kewajiban untuk aktif media sosial, kok.


Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!