Dag.. Dig.. Dug.. Mempersiapkan Anak Masuk Sekolah Pertama

Bulan Juli adalah bulan dimulainya tahun ajaran baru. Banyak dari kita yang memiliki anak baru mulai bersekolah pada tahun ini, bisa jadi Paud, mungkin juga langsung TK. Setelah beberapa tahun mereka beraktivitas di rumah, sekarang setengah harinya akan ada di sekolah. Perubahan yang cukup drastis, ya. Lalu bagaimana kita mempersiapkannya?

Ilustrated Picture. Edited by Canva.


Bagi sebagian orang mungkin ini bukan perkara besar. Tapi bagi sebagian lain, hari pertama anak sekolah bisa menjadi semacam perpisahan. Karena mulai hari ini anak akan punya jadwal sendiri, punya dunia baru yang mungkin saja lebih mengasikkan daripada dunianya di rumah. Mungkin saja setelah ini ada orang-orang lain yang mengisi hatinya. Lalu ia mulai menolak ajakan kita, mulai membandingkan, mungkin saja ada momen anak lebih memilih teman dari pada kita orang tua, yang dulu menjadi dunia mereka.

That's totally fine. Siapapun bisa dan berhak merasa begitu. Kemungkinan terjadinya memang ada, tidak bisa kita tampik juga. Namun hidup akan terus berjalan, setelah mereka dirasa siap dengan bakal yang akan terus dibawa, mereka perlu benar-benar dipercaya bisa menggunakan bekal itu sebagaimana mestinya. Perlahan persiapkan hal-hal berikut sebelum hari pertaman anak masuk sekolah.


Mental Orang tua

Persiapan yang paling utama jauh sebelum anak memulai hari pertama mereka adalah mental kita sebagai orang tua. Untuk melepaskan mereka, untuk percaya pada kemampuan mereka. Jangan sampai anak sudah siap, orang tuanya yang tidak siap. Perasaan apapun yang kita rasa itu wajar, gugup, resah, khawatir, tidak apa. Ini hal baru bukan hanya bagi mereka, namun juga bagi kita. Ada perubahan keadaan. Bukan hanya itu, bayangan bahwa mereka mulai memasuki gerbang tahap kehidupan baru juga bisa menambah kegelisahan. Tidak apa. Pelan-pelan siapkan mental, memang begini jalannya. Mereka bersekolah demi kebaikan mereka juga. Kita tetap menyayangi mereka, bahkan sekarang kita juga belajar mengasihi dengan percaya pada mereka. Kita melepaskan justru dengan perasaan sayang yang mendalam. 

Satu hal yang perlu kita ingat adalah, apapun yang kita rasakan itu valid, namun mengungkapkannya kepada anak adalah perkara yang berbeda. Anak perlu yakin bahwa sekolah adalah tempat yang aman bagi mereka, maka usahakan tidak menampakkan kekhawatiran di depan anak-anak. Penting bagi mereka untuk percaya bahwa pergi bersekolah adalah hal yang biasa, perubahan pada rutinitas juga tidak akan mengubah hubungan orang tua dan anak. Waktu bersama orang tua boleh jadi menjadi terbatas tapi itu tidak mengurangi cinta dan perhatian orang tua. 


Mental anak

Kesiapan mental setiap anak akan berbeda, bukan tergantung pada usia mereka namun kembali pada kondisi mereka masing-masing. Ada anak yang sudah siap bersekolah sejak usia dini, bisa beradaptasi dengan kehidupan diluar keluarga, ada juga anak yang baru bisa dilepas setelah lebih besar. Ada anak yang perlu didampingi terlebih dahulu, ada yang hari pertama bisa langsung membaur. Semuanya sama baiknya, tidak ada yang lebih benar. 

Karena ini merupakan hal baru bagi anak, berikan mereka waktu untuk memproses. Sejak awal, jangan katakan bahwa ibu akan meninggalkan kamu di sekolah, tapi katakan nanti akan ibu jemput. Penting untuk membangun fokus pikiran anak sejak awal, fokus ke nanti dijemput, bukan akan ditinggal. Jika anak masih mau didampingi, lakukan dengan perlahan. Mungkin hari pertama dengan hadir secara penuh. Hari-hari selanjutnya, bisa ditunggui lebih lama lalu dijemput lebih awal. Hingga berangsur untuk bisa antar dan jemput mereka sesuai jadwalnya. 

Kekuatan yang kita punya sebagai orang tua ada pada terhubungnya perasaan kita dengan anak. Anak akan cenderung tenang jika orang tua mampu tenang, atau setidaknya terlihat tenang. Anak perlu percaya bahwa sekolah adalah tempat yang aman, dengan kegiatan yang menyenangkan. Namun, apapun perasaan anak tetaplah valid. Tanggapi secukupnya saat mereka berkata merasa takut, khawatir, tidak ingin berpisah, dsb. Jawab dengan jujur dan terbuka. Sekolah adalah perjalanan panjang yang akan mengisi sebagian besar waktu anak, maka pastikan itu menjadi pengalaman yang menyenangkan untuk mereka. 

Ilustrated Picture

Perlengkapan Sekolah

Apa yang menjadi perlengkapan sekolah ini bisa berbeda berdasarkan tingkatan sekolah anak dan juga kebijakan sekolah. Sesuai dengan namanya, item-item ini adalah pelengkap bukan keharusan. Tidak masalah pergi sekolah tanpa perlengkapan sekolah dulu, selama belum ada arahan dari pihak sekolah. Selanjutnya bisa menyesuaikan. Jika pihak sekolah memberi tahukan untuk membawa bekal, maka perlengkapannya tentu tempat bekal, bisa dengan tas bekal khusus atau tas sekolah anak. Dalam berpakaian, jika anak diarahkan menggunakan sepatu, maka sepatu menjadi perlengkapan sekolah yang disesuaikan dengan ketentuan sekolah masing-masing. Diatas itu semua, perlengkapan sekolah perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan anak, serta anggaran yang kita punya. 

Jika dirinci perlengkapan sekolah anak bisa terdiri dari pakaian (bisa jadi bebas, bisa jadi ada seragam dari sekolah), tas (biasanya untuk membawa bekal, air minum, juga alat tulis). Ada banyak sekali ragam dalam memilih perlengkapan sekolah anak. Ingat, mindfull buying. Beli sesuai kebutuhan saja. Iya, semuanya lucu. Mampu tidak berarti harus, ya. Tidak ada hari ini, bisa dilengkapi esok hari. Untuk alat tulis, anak-anak mulai sekolah perlu pensil, penghapus, rautan, juga penggaris. Kadang juga lem dan gunting, tapi ini bisa menyusul kok. Agar semua barang itu tertata, bisa menggunakan tempat pensil. Untuk tempat bekal, sesuaikan dengan makanan yang dibawa anak. Jika hanya membawa bekal cemilan, maka tidak perlu tempat bekal tiga kompartemen. Rasanya juga tidak perlu thermal bag. Begitu juga botol minum, anak yang hanya beberapa jam di sekolah tidak perlu membawa botol kapasitas 1L. Sekolah setiap hari, tidak perlu juga tempat bekal berganti sesuai nama hari jika satu atau dua juga cukup. Bisa dicuci dan digunakan lagi. Barang perlengkapan anak ini memang lucu dengan tampilan menggemaskan, namun kita harus sadar agar belanja sesuai dengan kebutuhan.  

Ilustrated Picture

Rasanya ikut deg-degan ya menanti anak memulai sekolah. Beberapa minggu sebelum hari H kita bisa tiba-tiba menatap mereka, menyadari kalau anak yang dulu begitu mungil dan ringkih kini sedang berlatih mandiri. Menjejakkan langkah mulai menata hidupnya sendiri. Ada perasaan haru dan gelisah. Tenang, this too shall pass

Setelah memastikan mental dan persiapan alat-alatnya, berikut beberapa tips yang bisa kita praktikkan untuk anak yang akan memulai sekolahnya.

- Akrabkan anak dengan sekolah

Bisa dilakukan dengan mengunjungi sekolah. Beberapa kali. Bisa dari survey hingga trial. Kunjungi juga sekolah, intensitasnya tergantung kebutuhan anak, dalam pertemuan non formal agar anak terbiasa dengan lingkungan sekolahnya.

- Biasakan rutinitas baru beberapa waktu sebelumnya

Mulai dengan bangun pagi hari, di jam yang tepat untuk anak bisa bersiap tanpa terburu-buru. Biasakan dengan rutinitas yang kita inginkan, bisa jadi dari sholat subuh, mandi, makan, dsb. Ini penting dilakukan agar anak tidak kaget sehingga lebih mudah bekerja sama saat hari sekolahnya tiba. 

- Sounding yang sering

Ini cara yang paling perlu dilakukan dengan intensitas yang cukup sering. Tapi tetap hati-hati agar anak tidak menangkap kesan ketakutan. Sebelum berbicara, tentukan dulu point-point apa saja yang kita ingin anak ketahui. Pandangan bahwa sekolah itu tempat yang aman dan menyenangkan. Bapak dan Ibu guru bisa membantu, bisa dipercaya. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan orang lain kepada anak (misalkan sentuhan tidak boleh). Bagaimana menjaga diri (misalkan berteriak jika didekati orang asing, atau penekanan bahwa hanya boleh pulang dengan ayah/ ibu).  Sampaikan tanpa menakut-nakuti. 

Ini bisa dilakukan sejalan dengan hari-hari anak di sekolah. Setiap hari sebelum berangkat sekolah atau disela-sela aktivitasnya. Jadilah tempat yang aman bagi anak menceritakan apa saja, tanggapi dengan benar apapun perkataannya, percaya pada apa yang anak rasakan, namun tetap jaga objektivitas. Jalin komunikasi yang baik dengan para guru dan pihak sekolah. 

- Berikan contoh

Sering kali anak tidak terlalu memperhatikan apa yang kita katakan, namun mereka selalu memperhatikan apa yang kita lakukan. Selain dengan sounding, beri anak contoh langsung. Bagaimana berinteraksi dengan orang lain, menghormati guru, menghargai teman, cara berbicara, cara menolak, cara meminta bantuan, dsb. Ini bisa dilatih seiring berjalannya hari-hari anak di sekolah. 

- Latih anak mandiri

Latih anak untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri. Ank diatas tiga tahun sudah bisa diajarkan untuk melakukan keperluan pribadinya sendiri seperti makan dan ke toilet. Namun kemampuan anak tidak bisa disamakan dengan sesama mereka apalagi dengan kita, orang dewasa. Mungkin mereka menyuap makan sendiri tapi masih berserakan, mungkin mereka makan sendiri tapi banyak melamun, bisa jadi mereka buang air sendiri tapi kesulitan memasang kembali celana dengan rapi. Tidak apa, mereka hanya perlu kesempatan berlatih.

Ilustrated Picture

Setidaknya perlu dua belas tahun bagi anak untuk menyelesaikan program sekolah mereka. Ini belum termasuk pendidikan sebelum pendidikan dasar dan pendidikan setelahnya. Coba hitung jika anak bersekolah sejak Paud hingga Sarjana. Sekolah memakan waktu yang panjang, dan juga banyak waktu dalam keseharian yang mereka miliki. Maka, mulai dari hari pertama, upayakan agar perjalanan panjang ini diawali dengan kesan yang menyenangkan bagi anak. Tidak akan selalu mudah, tidak akan selalu bisa dinikmati, tapi akan tetap dijalani. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!