Saling Peduli dan Suka Berbagi Buat Kita jadi Negara Paling Dermawan, Langgengkan!

Mungkin sudah akrab di telinga kita, kata-kata seperti sumbangan, amal, infak, sedekah, donasi, hingga wakaf ataupun hibah. Semuanya sama, tentang aktifitas berbagi yang kita lakukan. Intensitas kita berbagi ini, ternyata sudah diakui dunia dengan predikat sebagai negara paling dermawan selama enam tahun berturut sejak 2018. Penilaian yang dilakukan oleh Charities Aid Foundation itu memiliki beberapak indikator seperti pertolongan pada orang tak dikenal, donatur sumbangan, serta partisipasi dalam kegiatan sukarela. Meski tidak meraih skor tertinggi pada masing-masing kriteria, tapi rata-rata keseluruhan nilai yang tinggi membuat Indonesia menempati peringkat pertama dalam World Giving Index 2023 tersebut.


Negara Paling Dermawan

Beberapa waktu lalu, Charities Aid Foundation merilis data World Giving Index 2023 dengan menobatkan Indonesia pada peringkat pertama. Ini artinya Indonesia diakui sebagai negara paling dermawan di dunia, dengan skor indeks 68, enam poin lebih unggul dibanding Ukraina dengan 62 poin, dan delapan poin lebih unggul dibanding Kenya dengan 60 poin. Negara lainnya adalah Liberia, Amerika Serikat, Myanmar, Kuwait, Kanada, Nigeria, dan Selandia Baru. Tahun ini, Ukraina cukup mendapat sorotan karena berhasil naik dari peringkat sepuluh di tahun sebelumnya, dan meningkatkan skor terbanyak di tahun ini. Negara lain yang juga mendapat sorotan adalah Inggris, dengan skor cukup tinggi pada sumbangan uang, namun mendapat skor yang rendah pada bantuan untuk orang asing dan kerelawanan. 

Dalam penilaian tersebut, ada tiga indikator yang dinilai dengan raihan poin tinggi dari Indonesia. Pertama, ada memberikan sumbangan pada orang lain dengan 56 poin, berada dibawah Jamaika. Kedua, indikator menyumbangkan uang dengan perolehan tertinggi oleh Myanmar dan disusul Indonesia dengan 78 poin. Hingga terakhir adalah orang-orang yang menjadi sukarelawan, dengan persentase tertinggi adalah Liberia, baru Indonesia dengan 53 poin. Meskipun bukan peraih skor tertinggi di masing-masing kategori dibanding 144 negara lainnya, namun skor rata-rata yang didapatkan Indonesia mengungguli negara-negara lainnya.

Berkat kemurahan hati kita semua berbagi pada orang lain, setidaknya ada 4,2 miliar orang yang membantu orang yang tidak mereka kenal, bersedia menyumbangkan waktu ataupun uang untuk tujuan yang baik. Dari survey itu didapati, bahwa orang-orang yang mudah berbagi cenderung merupakan mereka yang memiliki keyakinan tinggi pada agamanya serta mereka yang menilai hidupnya sendiri secara positifatau yang puas terhadap hidup yang mereka jalani. Fakta lainnya adalah para imigran (atau bisa dibilang kelompok minoritas) didapati elbih mudah berbagi daripada warga pribumi khususnya di wilayah Eropa, Timur Tengah, juga Afrika Utara.

Meskipun di negeri kita sendiri, ada saja kejadian mencelakai filantropi di Indonesia, seperti kasus korupsi yang masih tinggi ataupun skandal penyelewengan dana ACT yang terjadi tahun lalu, ditambah dengan masa pasca pandemi dimana perekonomian kita baru saja pulih. Namun nyatanya, aksi kemanusiaan yang kita lakukan tetap masih membara. Mungkin ini sesuai dengan penutup dari pejabat CAF bahwa kemurahan hati adalah bawaan dari perilaku manusia dan yang mengikat kita secara global. 


Bagaimana Baiknya Peduli dan Berbagi 


Bisa dikatakan, bahwa ada dua faktor utama yang menggerakan kita dalam tindakan mudah berbagi ini. Pertama karena keyakinan agama yang masing-masing kita anut. Berderma dan berbuat baik pada orang lain merupakan ajaran ditiap agama. Bahkan, zakat menjadi penggerak paling kuat dalam kegiatan filantropi di Indonesia. Ajaran agama lain dan bentuk derma yang lain juga mengisyaratkan hal yang sama, untuk saling peduli dan ringan tangan membantu yang membutuhkan. 

Kedua, budaya gotong royong. Kentalnya rasa kolektivitas yang kita miliki sebagai bagian dari adat ketimuran dibanding individualis membuat kita mempedulikan kehidupan orang lain dan membantu mereka yang kesulitan. Salah satu buktinya adalah saat masa pandemi. Kesulitan yang kita alami dan kemerosotan ekonomi, nyatanya tidak menghalangi kita untuk berbagi. Malah pada tahun 2021 tersebut, tercatat sebagai tahun terbanyak untuk bantuan pada orang asing. Mereka yang terdampak pandemi pun tetap berbagi, hanya dalam jumlah dan bentuk yang berbeda dibanding masa normal. Kesulitan nampaknya telah meningkatkan rasa solidaritas kita sebagai satu kelompok manusia. 

Salah satu bentuk kebudayaan yang menarik dari peduli dan berbagi ini adalah tradisi rewang yang melekat pada masyarakat jawa. Rewang sendiri berarti membantu atau bisa juga merujuk pada orang yang membantu. Istilah rewang ini biasanya digunakan dalam keadaan membantu kerabat, biasanya tetangga, yang mengadakan hajatan atau acara besar. Mereka akan bersama-sama beberes rumah, memasak, dan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan. Seluruh keluarga akan turut andil tanpa upah, mulai dari ibu-ibu, bapak-bapak, juga muda-mudi di sekitar lokasi acara. Intinya, acara satu rumah tapi yang ikut 'repot' bisa satu kampung. 

Selama rewangan, mereka akan bekerja sama sembari bertukar cerita. Interaksi sosial ini juga merupakan ajang silaturahmi yang akan meningkatkan hubungan kekerabatan. Sehingga tidak heran, jika mereka sangat siap siaga dan ringan tangan membantu siapa saja. Ini sudah menjadi kebiasaan. Tindakan menolong dalam bentuk waktu dan tenaga seperti ini ternyata punya manfaat dan dampak yang lebih besar dari sekedar meringankan beban kenalan. Asalkan kita benar mengingat, tujuannya untuk membantu pekerjaan, bukan malah tambah merepotkan, atau malah membicarakan orang lain (yang mengubah pekerjaan manfaat menjadi mudharat).

Sayangnya, seiring dengan kemajuan peradaban, tradisi ini hanya bisa kita temui di perkampungan. Di kota, orang sudah menyerahkan pengerjaan perhelatan pada organisas profesional, atau jika tidak, cenderung hanya menyumbang uang. Bukan waktu dan tenaga seperti yang biasa dilakukan. Bagaimanapun, ini bisa dimaklumi, tapi juga baiknya tidak dihilangkan mengingat manfaatnya dalam menjalin silaturahmi dan membentuk sifat kita. Sesuaikan saja dengan keadaan masing-masing kita. 

Baik itu karena keyakinan agama ataupun tradisi yang sudah melekat, berbagi merupakan kebiasaan baik yang patut kita langgengkan. Saling membantu, bekerja sama, serta meringankan beban sesama manusia. Dari sini, ada beberapa hal yang bisa kita jadikan catatan dalam kebiasan berbagi sebagai bentuk kepedulian kita tersebut, antara lain:

  • Berbagi itu bukan hanya uang, tapi juga waktu dan tenaga. Malah, sekarang waktu dan tenaga itu yang biasanya lebih berharga, sehingga kita juga perlu mengapresiasi saat orang mau menysisihkan waktu dan tenaganya untuk kita.
  • Berbagi semakin mudah dilakukan dengan digitalisasi, bisa jadi opsi untuk orang dengan tingkat mobilisasi tinggi. Meskipun seringnya mengurangi perasaan puas karena tidak terlibat langsung dalam membantu orang lain
  • Sumbangan juga perlu didata, apalagi dalam bentuk bantuan produktif yang tujuannya jangka panjang, sehingga lembaga-lembaga amal perlu juga didukung.
  • Karena bantuan bukan hanya uang, tapi juga bentuk kerelawanan, kita juga perlu menuntut pemerintah untuk memberi perlindungan dan regulasi yang jelas pada para relawan.
  • Dalam ajaran Islam, semua bisa jadi sedekah asal niat tulus karena Allah. Senyum adalah bentuk sedekah. Memberi hadiah pada keluarga yang mampu juga adalah bentuk sedekah. 
  • Sedekah memiliki banyak fungsi, seperti untuk membantu, untuk meringankan beban, untuk berbagi kebahagiaan, juga sebagai penyambung silaturahmi.
  • Sedekah juga ada batasan yang baiknya kita ingat, agar memberi yang sesuai dengan kebutuhan penerimanya agar tidak mubazir. Begitu juga sebaliknya, jangan menerima jika dirasa tidak akan berguna, serta normalkan penolakan, dengan cara-cara yang baik.


Mudah-mudahan dengan berbagi bisa membuat kita semakin menyadari ada banyak hal yang bisa kita beri. Ada lebih banyak hal lagi yang kita miliki. Dengan semangat berbagi, semoga menjadi latihan untuk kita untuk bisa ikhlas (baik memberi ataupun menerima) dan selalu bersyukur. 



Salam, Nasha

1 Comentarios

  1. So proud dengan pencapaian negara kita di bidang sosial ini. Semoga terus dapat dipertahankan tradisi saling berbagi, saling memberi, dan saling menolong satu sama lain

    BalasHapus

Mau nanya atau sharing, bisa disini!