Quality over Quantity, Kenapa Kita Perlu Mengutamakan Produk Berkualitas dan Tahan Lama

Setiap kita memiliki prinsip yang berbeda dalam memiliki maupun mengkonsumsi barang. Ada yang membeli karena mengutamakan kualitas, ada juga yang sekedar berganti produk agar sesuai dengan tren. Tidak masalah jika beberapa kali pakai barangnya sudah rusak, toh dibeli dengan harga murah. Dengan anggaran yang sama, tentu mereka yang mengutamakan kualitas jadi memiliki lebih sedikit. Tidak bisa sering berganti-ganti, dan kemungkinan besar juga tidak mengikuti model terbaru. Namun, belakangan justru gaya hidup seperti inilah yang menjadi sorotan, karena disebut sebagai salah satu cara mengatasi masalah lingkungan. Ungkapan quality over quantity semakin digalakkan, baik untuk konsumen maupun bagi produsen.


Barang Berkualitas

Bicara tentang kualitas, ternyata setiap Kamis pada minggu kedua November diperingati sebagai World Quality Day. Hari peringatan ini dicanangkan oleh Chartered Quality Institure, organisasi yang mendorong kinerja organisasi dalam meningkatkan kemampuan manajemen mutu mereka. Hari ini pun diadakan untuk meningkatkan kesadaran tentang produk berkualitas baik sekaligus bisa memberi nilai berarti bagi pelanggan, para pemangku kepentingan, dan masyarakat luas. Pembicaraan pada kualitas ini ternyata telah dimulai sejak tahun 1989, agar adanya apresiasi bagi mereka yang berkomitmen pada kualitas hidup manusia secara keseluruhan. 

Jika kita melihat pada apa yang terjadi belakangan, penumpukan barang telah mencapai titik dimana dampaknya sudah berpengaruh secara langsung pada kehidupan kita. Isu lingkungan, katanya, Semua bersumber dari bagaimana kita mengikuti nafsu untuk bisa memiliki barang-barang lucu sesuai tren namun dengan fungsi dan kualitas yang tidak sesuai. Istilah fast fashion kemudian menjadi semakin sering disebut sebagai salah satu faktor yang menyebabkan banyaknya barang di sekitar kita. Barang yang silih berganti modelnya, dibanderol dengan harga murah, tentunya dengan kualitas rendah.

Globalisasi bukan hanya berakibat pada cepatnya perpindahan orang, namun juga barang. Pada maert 2022 saja misalkan, tercatat ada ribuan ton produk fashion yang masuk ke negara kita, mayoritas dari China. Produk ini memang semakin diminati berkat modelnya yang terus berganti dan harganya yang sangat terjangkau. Jauh dibawah produk serupa yang diproduksi negeri sendiri. Angka penawaran setinggi itu tentu tidak mungkin ada jika tidak ada permintaan, jika tidak ada pembelian yang impulsif setiap ada produk lucu dengan harga rendah yang melewati beranda kita. 

Bukan tentang harga, namun perlu kita pahami bahwa kualitas yang dihasilkan tentu ada harganya. Barang berkualitas bisa kita gunakan dalam waktu yang lama, bahkan bisa diturunkan antar generasi. Dengan kualotas baik, barang bisa digunakan sesuai fungsinya, bahkan ada perusahaan yang menyediakan service perbaikan untuk kerusakan produknya tersebut. Ini jauh lebih baik daripada barang lama dibuang, lalu membeli barang baru. Kita juga perlu menata ulang nilai konsumsi kita sendiri, membeli karena butuh, memiliki karena fungsi. Dengan kondisi lingkungan yang semakin memprihatinkan ini, harusnya tidak ada lagi celah untuk kita bersikap impulsif dan membeli dengan alasan 'mumpung murah.'


Memilih Barang Berkualitas

Jika tidak terlalu mengerti mengenai kualitas barang, setidaknya kita bisa mencari informasi perusahaan yang menghasilkannya. Canggihnya teknologi belakangan, memungkinkan kita untuk melihat ulasan produk dan profil perusahaan. Lalu pilih harga yang 'masuk akal' diantara luasnya rentang harga yang tersedia. Memang, tidak bisa ditampik jika kita ingin yang termurah, namun apa gunanya jika barang hanya bertahan sebentar lalu kita perlu melakukan pembelian ulang?

Tidak semua barang mahal itu berkualitas baik namun barang berkualitas perlu biaya untuk mendapatkannya, lihat kan bedanya?



Seperti gerakan apapun yang biasa kita lakukan, kita perlu memulai permasalahan kualitas barang ini dari diri kita sendiri. Pertama, sebelum melakukan pembelian, ketahui dengan tepat apa yang kita butuhkan, barang seperti apa yang kita inginkan. Utamakan kegunaan, diatas penampilan. Kedua, diantara banyaknya barang yang ditawarkan pilih yang berkualitas baik, yang kira-kira bisa tahan lama sehingga bisa dimanfaatkan dalam jangka panjang. Jika harganya diatas barang yang ditawarkan diberanda kita, coba pertimbangkan untuk menabung terlebih dahulu. Hitung juga kemungkinan kerugian yang kita alami untuk membeli barang baru dan waktu yang perlu kita butuhkan untuk melakukannya. Jangan lupa juga berpikir tentang bagaimana tanggung jawab kita terhadap barang yang tidak bisa lagi digunakan itu. 

Setelah memahami tentang tanggung jawab pada barang yang dimiliki, saya menjadi lebih memperhatikan kualitas produk, menjadi lebih selektif sebelum melakukan pembelian. Tidak apa jika harus menahan diri sebelum membeli karena harga barangnya lebih tinggi, tapi akan sepadan dengan apa yang didapatkan. Saat barang bisa dipakai berulang-ulang, bisa digunakan sesuai fungsinya tanpa khawatir kerusakan tiba-tiba, atau saat barang disalurkan pada orang lain masih dalam kondisi terbaiknya. Bangga saat barang yang digunakan ternyata sudah dibeli lama, sudah menemani diberbagai suasana, sudah dibawa ke berbagai tempat, dan tetap bisa digunakan bukan hanya bagi diri sendiri namun saat dialihkan kepemilikannya. 

Mungkin pernah kita merasa sendiri, kecil, apa yang kita lakukan tidak berarti, namun gerakan yang besar tidak akan ada tanpa langkah kecil. Menyuarakan nilai apa yang kita yakini, memilih produk yang berkualitas salah satunya demi kelestarian lingkungan, melakukanya terus menerus, kita bisa mengubah arah produksi industri. Mendorong pada para produsen agar tidak asal merilis produk, namun berorientasi pada produk jangka panjang. 


Baca Juga: Gaya Hidup Minimalis dalam Memenuhi Kebutuhan untuk Mengatasi Perubahan Iklim

 

Melatih Diri untuk Kualitas

Gencarnya pemasaran yang dilakukan melalui banyaknya platform yang kita akses, ditambah dengan mudahnya kini melakukan pembelanjaan, memang mendorong kita menjadi lebih konsumtif. Model yang bersiliewran di dunia maya, dengan klaim produk terbaik yang mereka gunakan, berganti produk setiap sepekan, membuat kita tidak ingin ketinggalan dan ingin mencoba semuanya. Tapi, kpahamilah kontrol tetap ada di tangan kita. 

Tidak serta merta bisa, tapi peralahn kita bisa melatih diri, membiasakan membiasakan pada quality over quantity. Beberapa cara yang dapat kita lakukan antara lain:

  • Memahami tanggung jawab pada barang

Barang apa yang sudah kita miliki adalah tanggung jawab kita. Mulai dari menggunakannya hingga menyalurkannya nanti saat sudah tidak digunakan. Apakah menjadi tumpukan sampah yang akan semakin mempersempit lingkungan atau justru menambah manfaat dengan usia panjangnya, jawabannya ada pada kita.

  • Nilai barang tidak sama dengan harganya

Mungkin kita sering menghitung berharga tidaknya suatu barang dari rupiah yang kitia keluarkan saat mendapatkannya. Padahal, tidak bisa selalu demikian. Nilai barang seringnya berada jauh diatas harga. Mungkin kita merasa barang tersebut murah, sehingga menyia-nyiakan, padahal ada banyak energi yang diinvestasikan pada terciptanya barang yang ada di tangan kita tersebut. Proses itulah yang harusnya bisa kita hargai. 

  • Tahu pasti apa kebutuhan dan keinginan
Setelah paham dengan tanggung jawab dan nilai barang, kita bisa menyelami diri sendiri dengan mengetahui dengan pasti apa yang sebenarnya kita butuhkan. Tidak melulu sama dengan orang, kita punya kebutuhan dan keinginan yang berbeda. Jangan biarkan industri yang menentukan. Kita yang punya kendali, barang untuk apa, butuhnya yang seperti apa, barulah preferensinya bagaimana. 

  • Berlatih menahan diri, menunda keinginan

Saya berusaha untuk menunda apa yang ingin saya beli. Jika bukan kebutuhan mendesak, ia hanya akan menghiasi keranjang belanjaan daring. Baru beberapa waktu setelahnya menyadari, oh ternyata tidak butuh. Memang, ada barang-barang yang diciptakan begitu apiknya, bahkan senang hanya dengan melihatnya saja. Jika hanya sekedar kesenangan tanpa ada manfaatnya, ya sudah, nikmati saja dari jauh tanpa harus memilikinya.

  • Evaluasi berkala

Ini cukup membantu mengetahui barang apa saja yang kita miliki, oh ternyata saya punya ini ya. Kadang barang-barang itu hanya bertumpuk di lemari tanpa kita sadari. Biasa juga gunakan prinsip one in one out, alias jika ada satu tambahan barang baru maka satu barang lama dikeluarkan. Ini biasa diterapkan pada pakaian. Jadi kita benar-benar tahu apa yang kita punya dan menghargai apa yang ada. 

  • Berani berkata tidak 

Semakin kesini, keterampilan berkata tidak adalah hal yang semakin perlu dilatih. berani berkata tidak pada barang dengan fungsi sama, hanya berbeda model. Berani berkata tidak pada barang lucu dan murah tapi berkualitas rendah. Bangga dengan apa yang dipunya, yang sudah lama memberi manfaat, yang bermodel everlasting, yang tetap bertahan meskipun pernah mengalami perbaikan.  

  • Pakai sampai tidak bisa dipakai
Biasakan gunakan barang sampai habis, sampai rusak tidak lagi bisa diperbaiki. Jika tidak, biasakan untuk menyalurkan pada yang benar-benar menginginkan. Karena kadang kita tidak lagi menggunakan, bisa jadi karena sudah tidak muat di tubuh, bisa jadi karena tidak muat lagi di area penyimpanan. Tidak apa, kembali prinsip tanggung jawab pada nilai guna barang. Itulah bedanya barang berkualitas baik dengan tidak, ia akan tetap bisa digunakan meskipun sudah dialih kepemilikan. 

  • Berlatih mensyukuri apa yang ada

Pada akhirnya, mengutamakan kaulitas juga melatih syukur pada apa-apa yang berhasil ita dapatkan. Mendapatkan barang berkaulitas baik memang biasanya butuh proses yanng lebih, tapi proses panjang itu juga menjadi cara kita lebih menghargai apa yang kita miliki. Bersykur karena bisa menggunakan produk yang lebih memudahkan hidup, bersyukur dengan barang yang sudah menemani diberbagai kegiatan, bersyukur dengan apa yang ada. 


Sebagai konsumen kita punya kuasa dalam memilih barang. Bukan hanya dari segi harga, merk, model, ataupun trennya saja, namun lebih dari itu, barang bernilai sejumlah energi yang dihabiskan dalam penciptaannya. Kita punya pengaruh yang besar dalam menentukan apakah energi yang disalurkan itu sepadan atau tidak. Kesadaran tentang energi itu semoga bisa mendorong kita untuk lebih selektif memilih produsen yang beritikad baik dan bersemangat dalam mewujudkan kehidupan yang lebih berkualitas. Menyaring produk mana saja yang bisa meningkatkan kualitas kehidupan kita secara keseluruhan. Produsen dan produk yang berkualitas tidak akan merusak lingkungan, karen lingkungan yang rusak akan menurunkan kualitas hidup kita juga. 

Ungkapan kualitas diatas kuantitas memang biasanya ditujukan untuk barang, namun banyak juga yang menggunakannya untuk area yang lebih luas yakni kehidupan secara keseluruhan pada hubungan misalkan. Semuanya hampir sama. Bagaimana kita melihat apa yang kita miliki sebagai sesuatu yang berharga tinggi, yang kita rawat karena tahu proses mendapatkannya, yang kita jaga karena kita bertanggung jawab. Untuk bumi yang masih dalam kondisi baik bisa dihuni anak cucu nanti, mari kita berlatih untuk mengutamakan fungsi diatas estetika, mengutamakan kualitas diatas kuantitas.

Baca Juga: 5 Starter Kit Produk Rumah Tangga Buat Kamu yang Mulai Hidup Lebih Ramah Lingkungan


Salam, Nasha

10 Comentarios

  1. sepertinya, makin kesini memang makin jarang sekali org2 yg mengerti tentang kualitas barang. justru yg ada dipikiran mereka saat ini hanyalah bagaimana mendapatkan barang dgn 'harga yg murah'. Mereka tdk paham dgn kualitas. Yg penting harganya murah lalu dgn gampangnya membeli.

    BTW, salam knl mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, apalagi gempuran produk impor yg jauh lebih murah. kadang harganya diluar logika juga, tp ya ada harga ada rupa.

      salam kenal jg mas, thanks sudah mampir

      Hapus
  2. Setuju, makin ke sini aku mulai pilih yang berkualitas dan pakai sampai ga bisa dipakai, pusing lihat banyaak barang, dulu maunya beli , beli dan beli huhuhu....Memang berlatih untuk mengutamakan fungsi diatas estetika, mengutamakan kualitas diatas kuantitas sulit tapi bisa!

    BalasHapus
  3. Sejujurnya saya tak tahu apakah saya ini tipe pemburu kualitas atau kuantitas. Lhah gimana ya? Untuk kaus2 aja selalu dpt dari acara2 atau hadiah. Itu pun selalu saya pakai sampai betul2 gak layak dipakai. Kebetulan tas juga gitu. Koleksi totebag dan ransel dari acara2 dan makainya sampai titik rusak yg penghabisan. 😁

    Yg jelas sih, saya tipe pengiritan total demi dompet yg lebih terjaga. Hihihi ....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Astagaaa. Itu kenapa komentar saya jadi autotext bgitu sebagian kalimatnya??? 🤣🤣

      Hapus
    2. masuk full kok mba komennya hihi
      saya jg begitu mba, kalau dirasa bakal kepake baru diambil itu goodie bag, jadinya ya lumayan hemat di kantong plus barangnya bisa dimanfaatkan.

      Hapus
  4. Kualitas adalah hal yang lebih penting daripada kuantiti/jumlah. Tidak semua barang berkualitas mahal dan berasal dari merk terkenal.

    BalasHapus
  5. Aku kalau mau beli barang wajib mikir, ini kebutuhan atau keinginan. Kalau kebutuhan sebisa mungkin cari yang kualitas bagus, agar bisa awet. Tapi, minusnya ya ga ngikut trend sih,karena akan dipakai terus sampai rusak. Kalau sekadar keinginan lebih baik jangan beli.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mba, akhirnya gak peduli sm tren. krn udah melihat tren sbg akal2an marketing biar barang produsennya jalan terus haha semoga kita bisa konsisten untuk lebih bijak berkonsumsi

      Hapus
  6. Sepakat sih, kualitas adalah cara pertama dalam memilih barang. Meskipun kadang perlu juga kompromi...

    BalasHapus

Mau nanya atau sharing, bisa disini!