Pengalaman Mengajari Anak Membaca, Latihan Sejak Balita


Sebelum aku cerita, aku akan disclaimer dulu bahwa setiap anak memiliki kecepatan dan bidang kemampuan yang berbeda. Ini cerita anak pertamaku, yang emang dari sananya punya rentang fokus lebih lama dibanding rata-rata anak seusia dia. Cara gampang dan simpel bangetnya dengan usia dikali 2 menit, jadi anak umur 1 tahun rentang fokusnya 2 menit, anak umur 2 tahun jadi 4 menit, dst. Nah, anakku ini umur dua tahun dia bisa duduk anteng melakukan aktifitas motorik halus, bisa anteng main puzzle. Dalam lingkungan pun, dia cenderung menyimak, jadi kelihatan dan sering dilabel pendiam atau pemalu, padahal dia biasanya sedang memperhatikan sekitar untuk dia rekam. Dibanding anak keduaku aja, kebiasaan sederhana gini udah jauh berbeda. Jadi, ceritaku ini jangan jadi bahan pembanding ya, plis!

Dokumentasi seadanya karena anak mudah terdistracted

 Kemampuan membaca memerlukan keahlian yang sangat kompleks, anak perlu mengingat banyak sekali bentuk, menghafalkannya, melafalkan bunyinya masing-masing, menggabungkan, juga menirukan bunyinya, hingga memahami maknanya. Maka sebelum melangkah untuk belajar membaca, baiknya kita tetapkan dulu goal anak bisa  membaca untuk apa. Ada banyak kemungkinan, bisa jadi karena syarat masuk SD, atau supaya bisa menjawab banyak keingintahuannya, supaya terlihat lebih baik, kejar-kejaran dengan anak lain, macam-macam. Jawaban ini dikembalikan ke diri kita masing-masing sebagai orang tua.

Dari motivasi itulah, kita bisa berangkat ke teknisnya. Dalam teorinya, ada cukup banyak tahap yang perlu dilalui seorang anak sampai ke tahap belajar membaca, bernama tahap pre-reading skills.


Pre-Reading Skills

1. Menghadirkan Motivasi Anak

Bukan hanya orang tua, anak juga perlu memiliki motivasi sendiri. Keinginan ini bisa dari diri anak sendiri atau dengan dorongan orang tua, ingat ya dorongan bukan tekanan. Sounding seperti nah enak ya bisa baca jadi makin banyak tahu. Wah, kalau begini maksudnya apa ya, sambil memperlihatkan pada anak rangkaian huruf bermakna yang menarik untuknya. Kalimat-kalimat itu diulang terus supaya anak terpacu untuk bisa membaca. Setelah punya dorongan pribadi, anak akan lebih mantap melangkah dan bisa melalui prosesnya dengan gembira. 

Selain itu, anak juga perlu melihat dan merasakan bahwa membaca adalah kegiatan yang menarik. Ini bisa dilatih dari bayi, dengan sering membacakan mereka buku (read aloud) menikmati kegiatan baca buku di sekitar mereka (bukan main hp terus), dan menyediakan buku di sekitar mereka (buku yang terjangkau untuk mereka ambil sendiri), atau bisa juga dengan mengajak ke toko buku/ perpustakaan. Lagipula, dibandingan dengan kecepatan anak bisa membaca, lebih baik membiasakan anak untuk mencintai kegiatan membaca itu sendiri.


2. Mengasosiasikan Huruf sampai Makna

Anak perlu memahami bahwa huruf itu bisa membentuk kata, dan kata-kata itu ada artinya. Dengan rangkaian huruf, kita bisa mendapatkan informasi, bisa memahami sesuatu. Dari hal kecil saja, tulisan buka atau tutup di toko. Atau judul buku bacaannya, atau nama tokoh yang ia tanya, ada keterangan berupa kata-katanya. Dari anak sudah bisa berkomunikasi, hal ini bisa terus kita sampaikan. Oh, pintu ini di "tarik" ya tuh ada tulisannya. Ini nama tempat makannya, bisa dibaca disitu tuh. Ngomong ngalir gitu aja ya. Kita gak lagi menekan anak, tapi memberi tahu.


3. Kemampuan Mendengar

Sebagai bagian dari proses komunikasi, anak perlu bisa mendengarkan terlebih dahulu sebelum naik ke membaca. Mungkin ini aktifitas alamiah kita sehari-hari, ternyata bisa cukup membantu perkembangan otak anak dan menyiapkan otaknya untuk proses membaca nanti. Dari bercerita tentang sehari-hari, ajak ia berbicara, memberi instruksi khusus, dst. Bisa juga dari proses membacakan itu, tanyakan ke anak bagaimana jalan cereita buku yang kita baca, apa yang terjadi pada tokohnya. Proses membaca ini bisa jadi ajang buat anak belajar banyak sekali. Proses tanya jawab juga membantu otak anak untuk menganalisa kejadian, hingga melatih kemampuan kritis anak. Tanya kaya ngobrol biasa aja ya bukan modelan wawancara apalagi interogasi.

Aku gak pernah punya target anakku harus bisa baca umur berapa, dan gak pernah juga mikirin aktifitas buat nunjang kemampuan dia baca. Tapi karena aku pingin dia suka membaca, aku memang menyediakan berbagai buku sejak dia bayi, mulai dari buku bantal, board book, buku cerita anak pendek, buku cerita yang lebih panjang, komik hadits sesuai usia, sampai sekarang ada ensiklopedia anak. Kalau untuk kemampuan mendengar, itu juga dari gimana aktifnya kita ngobrol dan terus berdialog sama anak aja kan. Nah, anak pertamaku ini sudah mengenal huruf dari umur 1 tahunan kayanya, dari puzzle huruf kayu begini dapat dari kakeknya. Walaupun waktu itu dia masih belum jelas menyebut semua huruf dengan tepat, tapi dia cukup rutin main puzzle susun gini. Aku mendampingi dan memberi tahu bunyi huruf masing-masing.


Proses Membaca

Di umur sekitar 3 tahun, cukup banyak anak yang mulai bersekolah. Disitu, aku mulai mikir, apa udah saatnya memberi anak mainan yang 'agak serius.' Dari toko oren ataupun hijau, ada banyak sekali mainan dengan label edukatif bertema huruf. Ada puzzle lagi yang lebih proper sesuai bentuk hurufnya, ada flashcard, juga ada worksheet sampai ada buku latihan membaca. Dari sini, aku mulai cari tahu cara mengajarkan anak membaca, untukku, tanpa dieja, artinya anak menghafalkan per suku katanya.

Saat mulai mengajak belajar membaca, anakku gak langsung mau dan mampu. Meskipun sudah tahu semua huruf, tapi menghafalkan suku kata, dia mandek aja di ba-bi-bu-be-bo. Lupa-ulang-lupa-ulang. Disitu, aku berkesimpulan, mungkin belum saatnya, mengingat dia masih 3 tahunan. Di umur 3.5 tahunan hampir 4 tahun, aku coba ajak lagi, dia jauh lebih semangat dan berkeinginan terus. Hampir setiap hari kami latihan, sekitar 2 bulanan sampai dia bisa membaca sendiri. Ini bukan proses yang panjang dan rumit, hanya kita perlu tahu kapan anak ini punya keinginan sendiri dan siap untuk giat berlatih setiap hari. Gak perlu lama, gak sampai setengah jam, 15 menit juga cukup kalau anaknya fokus dan bisa selesai di satu sesi seperti sesi ba-bi-bu-be-bo atau sesi nya-nyi-nyu-nye-nyo.



Nah, dari pengalamanku itu ini beberapa tips yang bisa kita lakukan untuk mengajari anak membaca

- Mengenalkan Huruf

Huruf bisa mulai dikenalkan melalui banyak media, bisa dari puzzle, bisa dari nyanyian, ataupun dari permainan. Tapi sebenanarnya jauh sebelum menghafalkan huruf, anak perlu bisa membedakan bentuk-bentuk dasar terlebih dahulu. Awalnya dari membedakan dan mengingat warna, dari sini anak bisa memilah perbedaan dan mengkomunikasikannya dalam bentuk kata bermakna. Lalu bentuk dasar geometri, anak mengetahui bentuk dan namanya, juga membedakan yang mirip seperti lingkaran dan oval juga persegi dan persegi panjang. Setelah dirasa anak bisa membedakan berbagai bentuk, baru dilanjut ke pengenalan huruf. Jangan lupa mengulang-ulang dibagian huruf yang mirip seperti p dan q, b dan d

Untuk mengenalkan bunyi, anak perlu bisa berkomunikasi terlebih dahulu, karena ada beberapa huruf yang memiliki bunyi yang mirip. Tidak apa jika pelafalannya belum sejelas kita, tapi ada perbedaan dari huruf dengan bunyi mirip tersebut. Permainan sederhana yang bisa kita lakukan adalah mencari kata dengan huruf tertentu. Misalkan nama benda dengan awalan huruf A atau binatang berawalan B, dst.

- Kegiatan Membaca

Anak bisa dilatih membaca dengan apa yang ada disekitarnya hingga rutin membaca buku. Misalkan tulisan gula dan garam, ini bisa dilakukan setiap hari. Minta anak membawakan gula yang sudah ada tulisannya. sehingga lama kelamaan anak bisa menghubungkan bunyi tertentu sebagai huruf. Mulai dari kata yang singkat-singkat saja. 

Dari kegiatan membaca, bacakan buku yang berima, sambil ditunjuk ke kata yang dibaca. Semakin sering semakin anak bisa mengingat dan menganalisa bunyi tertentu pada bentuk huruf ataupun kata tertentu. Ini akan membantu di proses membacanya nanti.


- Latihan per suku bunyi

Latihan membaca sekarang sepertinya berbeda dengan zaman kita dahulu, dengan metode mengeja. Be-u-bu-ka-u-ku-buku. Metode sekarang dan yang aku praktikkan adalah membaca tanpa mengeja. Ada yang menyebutnya metode BMTM (Belajar Membaca Tanpa Mengeja) ada juga yang menyebut Metode Montessori. Silahkan pilih mana yang lebih nyaman, namun memang benar bahwa metode ini terbukti lebih cepat dimengerti oleh anak, prosesnya pun tidak rumit sehingga anak bisa lebih menikmatinya. Kita tinggal membacakan, anak bisa mengikuti dan mengingatnya. 



- Rutin setiap hari

Sepertinya ini bagian yang paling penting, untuk merutinkan kegiatan ini dalam keseharian anak. Buatku, weekend tidak. Anakku biasanya akan belajar membaca pagi hari, tidak pernah lebih dari setengah jam. Sebelum mulai rangkaian belajar membaca ini, aku membuat semacam kesepakatan tentang waktu dan perlunya ia berlatih setiap hari, alasanku supaya tidak lupa. Lalu, ia menyanggupi, maka sejak dia mulai berkeinginan sendiri dan semangat belajar, dia juga konsisten untuk terus berlatih sampai bisa. Sesekali ada kalanya ia lupa, atau sedang beralih pada hal lain, tidak apa, ajak dan ingatkan dengan lembut tentang komitmen serta goal bisa membaca yang ingin ia raih. Libur satu dua hari juga tidak masalah. Maka dari itu, sejak awal motivasi anak adalah kunci yang penting untuk menjaga konsistensi ini. 


- Jangan dipaksa

Kita sebagai orang tua hanyalah fasilitator anak yang ingin belajar. Biarkan anak memutuskan kapan dia ingin memulai, apa yang ia ingin lakukan, dimana dia ingin melakukan. Anakku biasanya pagi bisa langsung setelah mandi dan makan, kadang juga setelah main dulu di luar, kadang mau di meja kursi, kadang juga lesehan, mana yang dia nyaman. Karena memotivasi anak boleh, tapi jangan sampai meledek. Begitu juga dengan mendorong itu boleh, tapi memaksa itu tidak. Kemampuan membaca hanyalah kemampuan mengingat yang seiring berjalannya waktu akan bisa dilakukan anak, tapi kenangan bahwa proses belajar itu menyenangkan-lah yang akan terus membekas di pikiran dan hatinya. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!