Mengatasi Perintilan Ramadhan sampai Lebaran yang Bisa Menggerus Anggaran

Bulan April ini kita sudah memasuki bulannya lebaran, meskipun lebaran masih nanti di penghujung bulan. Biasanya karena ini momen perayaan tahunan, kita diliputi perasaan suka cita, kegembiraan, yang menurunkan tingkat cermat banyak pertimbangan. Biasanya dengan dalih, gapapalah sekali-kali ini, kita jadi punya banyak pengeluaran yang gak dipersiapkan sebelumnya. Gak ada budgetnya, tapi tetap diusahakan ada. Gapapa sih kalau akhirnya emang bisa ada namun sayangnya kemungkinan lain bisa aja jadi mengganggu kas setelah lebaran nanti. Keteteran sana-sini.

Lagipula, kalau bisa direncakan dengan baik supaya lebaran lancar dan setelah lebaran juga lancar, kenapa nggak? Sebelum menganggarkan, coba bikin daftar apa aja perintilan Ramadhan sampai Lebaran yang sebenarnya bisa direncakan.



- Makanan Berbuka

Seringnya rasa lapar saat belanja makanan sebelum berbuka puasa membuat kita kalap jajan, padahal setelah berbuka baru makan beberapa bagian juga sudah kenyang. Ada banyak laporan tentang tingginya angka food waste selama Ramadhan ini. Seperti dari Media Indonesia dan laman detik ini. Ironis sekali, disaat sebagian kita bisa membuang makanan ada sebagian saudara kita yang susah untuk makan. Banyak sekali loh kerugian hanya karena kalap ini, mulai dari gak sesuai ajaran Islam, dampak lingkungan, bahkan rugi keuangan juga. Sedikit-sedikit setip hari lama-lama ya jadi bukit juga. 


- Makanan Penyambut Tamu

Lebaran kita jadikan sebagai ajang silaturahmi yang sangat besar, kunjungan ke keluarga besar, sanak saudara, dan para kerabat. Jelas kita perlu suguhan jika ada yang datang berkunjung. Aneka makanan, kue basah, kue kering, cemilan memenuhi meja tamu. Namun perlu tetap diperhatikan adalah jumlah dan ketahanan makanan. Jumlahnya perlu disesuaikan dengan perkiraan tamu yang akan datang, disesuaikan juga dengan masa konsumsinya. Sayang kan, beli banyak eh pada basi. Tidak perlu terlihat 'penuh' yang penting cukup, dan makanan kan bukan untuk dilihat tapi untuk dimakan.


- Bingkisan

Sejak dulu, pengiriman bingkisan lebaran cukup ramai dilakukan, namanya parcel. Belakang, sejak pandemi yang membatasi kunjugan, pengiriman bingkisan jadi semakin marak dengan istilah hampers lebaran. Bukan seperti dulu yang sebatas hubungan profesional, sekarang juga hubungan pertemanan. Intinya sama, isinya sekarang yang sangat beragam. Dari awal lebih baik buat daftar siapa aja yang akan dikirimi, perhitungkan juga ongkos kirimnya, lalu pikirkan kiriman yang benar-benar bisa dimanfaatkan. Kalau makanan, cari yang punya masa konsumsi lama, sehingga dikonsumsi setelah lebaran pun tidak apa. Jika barang, pertimbangkan kebutuhan dan kesukaan dari penerima juga supaya bisa dimanfaatkan. Jangan lupa sesuaikan dengan kemampuan kita ya, gak perlu dipaksakan.


- Pakaian baru

Tidak pernah ada anjuran membeli baju untuk hari raya, hanya gunakan pakaian bersih dan terbaik. Kalau baju lebaran tahun-tahun sebelumnya masih bisa digunakan, kenapa nggak? Apalagi biasanya kita jarang menggunakan baju lebaran untuk keseharian kan, sehingga kita perlu menormalkan pakai baju lebaran dari tahun lalu. Sarimbit bagus untuk difoto, tapi kalau nggak pun ya gak masalah kok. Baju yang dipakai buat kesempatan lain juga gak masalah dipakai juga saat lebaran. Gak ada kewajiban pakaian harus yang seperti apa. Kalau udah punya, alokasi anggaran ini bisa dibelokkan ke hal lainnya kan.


- THR

Hadiah lebaran bermula sejak tahun 1951 yang diberikan pada pegawai pemerintahan saat itu, lalu pada 1994 diganti namanya menjadi Tunjangan Hari Raya (THR) untuk seluruh pekerja dengan masa kerja minimal satu bulan. Tapi yang bisa menggerus anggaran kita adalah pemberian THR pada anak-anak yang berkumpul itu. Tidak masalah, karena menyenangkan bisa memberi dan menerimanya. Berbagi pada anak-anak itu baik, dalam batas tulus memberi ya, jangan sampai merembet ke harapan dipuji "wah tante itu baik ngasihnya banyak." Hal yang penting saat memberi THR ke anak-anak itu hanyalah pertimbangan jumlah anak yang disesuaikan dengan uang yang kita punya. Apa kata anak ataupun orangtua nya tidak perlu dipikirkan. 

Bagus sih kasih rapi-rapi dalam amplop lebaran, mana gambarnya juga lucu-lucu pula, sayang aja dilihat cuma beberapa detik, amplopnya dibuka, terus seringnya dibuang. Kecil sekali kemungkinan anak akan reuse apalagi recycle. Mungkin penggunaan amplop akan lebih berguna kalau THR-nya dititipi ya, tapi kalau cuma untuk lucu-lucuan coba rethink!


- Ongkos mudik

Untuk yang akan mudik jauh dari wilayah domisili, ini ongkos pulang kampung ini lumayan menguras kantong. Harus dipersiapkan atau diangsur dari jauh hari. Dari yang terlihat paling besar biayanya adalah perjalanan udara, jelas hitungan harga tiket dikali berapa orang. Transportasi umum memang lebih terlihat anggarannya dibanding transportasi pribadi. Salah satunya via darat dengan mobil, terlihat lebih murah namun memiliki lebih banyak item yang diperhitungkan. Bukan hanya biaya bensin dan tol, tapi juga service mobil memastikan ia prima hingga bekal perjalanan. 


- Zakat

The last but not least. Malah gak bisa dikurangi apalagi dihilangin. Kewajiban kita untuk mengeluakan hak orang lain, bagian yang bukan milik kita, zakat fitrah dan zakat mal kalau belum diangsur selama setahun. Singkatnya, zakat fitrah dengan hitungan 2.5kg beras dan zakat mal (zakat harta) itu 2.5% dari pendapatan kita.


Memang secara faktanya, bulan ramadhan dan lebaran nanti akan meningkatkan pengeluaran kita, menggerakkan ekonomi juga katanya, jelas itu gapapa. Selama tujuannya jelas, manfaatnya juga tepat, dan pastinya pengeluaran-pengeluaran tersebut sesuai dengan apa yang kita punya, sesuai dengan anggarannya, dan tidak mengganggu kebutuhan kita sesudahnya. 
Berikut beberapa tips sederhana yang bisa kita coba:

- Pahami batas kemampuan diri
Ini hal mendasar yang kadang disadari kadang sadar sih tapi gak mau ngaku aja. Kalau emang belum mampu, ya gak usah maksa. Segala perintilan diatas itu bisa dihilangkan kecuali zakat, jadi pahami prioritasnya. Bayar zakat dulu, kalau masih ada uangnya bisa berbagi ke yang lain. Pakaian bisa gunakan yang ada. Makanan gak perlu banyak, cukup sesuaikan dengan kemampuan. Jangan pikirin apa kata orang, hubungan baik itu perlu dijalin dengan kejujuran dan apa adanya bukan dengan sungkan dan gak enakan. 

- Tidak perlu ikut-ikutan
Kalau ada orang yang beli baju baru, ya bagus. Kalau kita nggak ya gapapa dong. Tren warna, tren model, akan terus berganti, bahkan makanan juga ada trennya. Bukan lagi sekedar kue nastar, belakangan juga ada olahan cokat sampai keripik kentang yang datang dari luar negeri. Pilihannya adalah sadari batas kita dimana, perlunya apa dan berapa, baru deh bisa cari alternatif yang lebih murah. Apalagi sekarang, mau belanja barang ada banyak sekali caranya.


- Anggarkan dari jauh-jauh hari
Untuk yang akan mudik dengan jarak jauh dan membutuhkan biaya yang besar, bisa diangsur tabungan dari bulan bahkan tahun sebelumnya. Tahun depan mudik nih, sekeluarga, pakai 2x pesawat, ya ditabung dananya dari sekarang. Mau ngasih THR orang sekampung bakal banyak nih, ya disiapkan juga dananya. Bakal open house dengan catering berhari-hari juga bisa aja kan, asal dananya ada. Dari mana? Ya disiapkan dari sebelumnya. 

Pentingnya menganggarkan itu bukan untuk menambah kerepotan di hidup kita, justru sebagai langkah untuk mempermudah. Agar kita tidak kesulitan ataupun menyulitkan orang lain di kemudian hari. Semangat menggerakkan ekonomi!


Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!