Al-Masih, Putra Sang Perawan: Kisah Nabi Isa dalam Perspektif Tiga Agama

Hampir sama dengan banyak orang lain, saya sampai pada buku ini karena mencari penuturan kisah yang serupa dengan tetralogi Muhammad. Kali ini Tasaro GK mengisahkan tentang nabi Isa dalam perpektif tiga agama yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Ide ini bahkan memenangi Kompetisi Ide Terbaik se-Asia Tenggara. Buku pertamanya berjudul Al-Masih, Putra Sang Perawan dan selanjutnya diberi judul Al-Masih, Lelaki yang Diurapi. Kali ini yang akan dibahas adalah seri pertama dengan 448 halaman didalamnya. 


Jika tetralogi Muhammad dikisahkan melalui pencarian seseorang terhadap Sang Terpilih, buku ini dikisahkan melalui penuturan para tokoh-tokohnya antara lain Saathi seorang perempuan Jawa muslim bermata biru dan Gesu seorang katolik berkebangsaan Italia. Mereka beremu di Batavia, tanah Jakarta dalam masa penjajahan kompeni.

Sebagai warga Indonesia, pengambilan tanah nusantara sebagai latar belakang cerita tentu menjadi daya tarik tambahan. Kita dibawa ke kehidupan berabad silam dimana jual beli manusia masih menjadi hal lumrah, perbudakan menjadi hal yang biasa dilakukan. Seseorang yang hari ini bebas, bisa jadi besok sudah menjadi budak seseorang. Perebutan kekuasaan dan kepemilikan kekayaan menjadi hal dominan yang menentukan kehidupan pada abad belasan silam. Pembaptisan gencar dilakukan untuk memurnikan ajaran, sayang niat baik itu dinodai oleh kepentingan para petinggi yang sekedar ingin mendapat dukungan kewenangan. Jadinya kita lebih mengerti, sejak generasi awal dulu syahwat bisa mendominasi perilaku manusia, bahkan dalam bingkai agama.

Cerita dalam buku ini dibuka dengan percakapan Gesu yang berada di kapal bersama dengan para budak dengan tujuan yang sama yaitu Batavia. Gesu yang membawa misi gereja untuk menemukan pusaka yang hilang, berpedoman pada Injil dalam penuturannya tentang Al-Masih. Ia memulainya dari pasangan tua di wilayah peradaban Raja Daud terdahulu, bernama Galilea, yang kelak diketahui sebagai pasangan kakek nenek dari Al-Masih.

Penuturan dilanjutkan oleh Saathi, pengembara dari Mataram yang mencoba mencari hidup di Batavia bersama kedua adiknya, Byoma dan Mletik dengan bernyanyi. Karena merupakan seorang muslim, Saathi mengutip potongan ayat Al-Quran khususnya surat Ali Imran dan Maryam dalam penuturannya tentang Nabi Isa. Jauh sebelum kelahirannya, ternyata ada banyak keajaiban yang menyertai hadirnya Nabi Isa. Cerita ini juga bersinggungan dengan Bait Suci, tempat peribadatan yang dibangun oleh Herodes, dan kini sisa reruntuhannya dikenal dengan Tembok Ratapan.

Sepotong diceritakan dari sumber Injil, sepotong lagi dari Al-Quran. Hebatnya, potongan -potongan cerita itu menyatu dengan cukup baik. Apalagi dengan tambahan footnote ditiap halaman, memudahkan pembaca untuk langsung mengetahui sumber potongan cerita. Tidak perlu bolak balik hingga ke akhir halaman, seperti dalam tetralogi Muhammad yang lalu. Bukan hanya persamaan, didalam buku ini juga digambarkan adanya sedikit perbedaan dalam pengisahan Nabi Isa berdasarkan keyakinan masing-masing agama. Sepertinya sedikit-sedikit perbedaan beginilah yang ingin ditampilkan, bahwa wajar dalam penceritaan leluhur ada perbedaan sudut pandang, bahwa dalam kisah sejarah saja kita tidak sempurna sama namun kita bisa tetap menatap dengan keindahan dan cinta, kenapa juga kita perlu memperdebatkannya?

Setelah kehamilan yang tidak biasa di usia tua dari pasangan kakek nenek Nabi Isa itu, cerita berlanjut bagaimana ketidaklaziman seorang perempuan untuk mengabdikan diri di Bait Suci. Keributan terjadi pada awalnya, disinilah kita dikenalkan dengan sosok Nabi Zakaria. Pemuka agama disana yang memegang keyakinannya. Hingga Maria cukup dewasa dan mendapat keajaiban hamil sebagai seorang perawan. Cerita ini silih berganti dengan perkembangan kehidupan Saathi di Batavia. Bagaimana mereka beradik kakak bertahan hidup di negeri yang tidak bisa menjamin keselamatan penduduknya. Begitu juga dengan misi Gesu dalam mencari pusaka gereja, terbentur berkali-kali dengan berbagai masalah yang sebenarnya tidak berkaitan dengan dirinya. 


Menjelang akhir buku, kelahiran seorang bayi tanpa ayah membuat kehebohan di tanah yang kini kita kenal dengan nama Betlehem. Kabar itu cepat beredar dan membuahkan cemoohan bagi Maryam. Seperti yang telah ditetapkan, ia tidak perlu menjawab karena pada akhirnya bayi merahnya lah yang akan membuktikan dirinya sendiri sebagai bagian dari kekuasaan Tuhan. Sedangkan di Batavia, keadaan kian memanas dengan semakin banyaknya muncul pertanda perlawanan terhadap kekuasaan perusahaan asal Belanda, kompeni. 

Menilik judulnya, mungkin kita jadi berharap akan banyak kisah tentang Nabi Isa yang dijelaskan disini. Sayangnya, pada seri pertama ini lebih banyak diceritakan tentang kehidupan di Batavia yang diwakilkan oleh para tokohnya, yakni Gesu dan Saathi serta tokoh-tokoh pendukung lainnya. Kisah Nabi Isa justru hanya berupa selipan yang hingga akhir halaman tidak diketahui apa hubungan kedua tokoh dengan Sang Juru Selamat tersebut, selain sebagai umat yang meyakini keistimewaannya. Untuk saat ini, kita anggap itu sebagai misteri dan cara penulis dalam membangun cerita bagian awal sembari berharap bahwa semua potongan ceirta ini akan terjalin rapi nanti pada akhirnya. Jelas, perjalanan ini perlu dilanjutkan dalam seri keduanya. 

Sejauh ini, buku Putra Sang Perawan cukup bisa dinikmati dalam genrenya sendiri. Bukan hanya menghibur tapi kita juga disuguhkan dengan banyak informasi yang menambah pengetahuan. Selain itu, kita bisa belajar banyak hal tentang sejarah, tentang riwayat para Nabi terdahulu khususnya keturunan dari Abu al-anbiya, Nabi Ibrahim, serta hubungan ketiga agama in dengan wilayah Palestina. Mungkin bagi yang awam dengan sejarahnya, buku ini bisa sedikit mencerahkan. Lagi-lagi ini bukan tentang agamanya, tapi tentang manusia yang ada didalamnya. Tentang kepentingan, kekuasaan, nafsu, dan kemungkaran terhadap kebenaran. Hal yang juga banyak bahkan semakin meluas terjadi dimasa sekarang. Tapi, sama dengan masa lalu, keteguhan iman dan kebaikan akan selalu bisa menemukan jalan.



Salam, Nasha. 

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!