Bijak Menyikapi Rapor, Laporan Penilaian Anak Sekolah

Nak, hari ini kamu menerima lembaran yang mungkin sedikit mendebarkan

Memperkirakan sudah sesuaikah hasilnya dengan yang kamu perkirakan

Membayangkan bagaimana reaksi ayah ibu melihatnya

Entah pujian atau omelan yang kamu terima


Namun, ketahuilah

Kamu yang paling memahami dirimu

Apa yang kamu suka apa yang kamu tidak kuasai

Laporan itu tidak bisa memberi tahu utuh apa yang kamu miliki dan bisa lakukan

Hanya sebagian berupa refleksi dari apa yang dapat dilihat

Sehingga ia tidak akan pernah mendefinisikanmu atau proses pembelajaranmu

Hanya sedikit hubungannya dengan ayah dan ibu

Kamu yang tahu kaitannya denganmu dan dampaknya bagimu kelak

Maka pertanyaannya sudahkah laporan itu memuaskan bagimu?


Salam, Nasha


Ilustrated Picture Edited by Canva

Melanjutkan pembahasan tentang ujian pada anak sekolah, ada laporan penilaian kegiatan mereka selama di sekolah dan hasil ujian yang diberikan dalam bentuk rapor. KBBI mendefinisikan rapor sebagai laporan resmi (bagi yang wajib menerimanya). Ada sekolah yang langsung memberi pada murid, namun lebih banyaknya diterima oleh orang tua pada akhir kegiatan di sekolah, biasanya setai semester. 

Sejak beberapa tahun kebelakang, penilaian pada rapor mengalami perkembangan yang cukup baik. Berbeda dengan zaman kita dulu, rapor sekarang tidak lagi berisi angka yang diwarnai dengan tinta hitam atau tinta merah. Warna merah jika nilai yang didapat berada dibawah standar kelulusan. Lembaran yang hanya berisi kolom nama mata pelajaran, nilai standar yang ditetapkan, dan nilai yang didapatkan. Kadang ada yang menambahkan kolom nilai rata-rata kelas. Tidak lupa, ada peringkat dari jumlah murid dikelas, diurut berdasarkan jumlah nilai yang didapat. Rapor sekarang berisi huruf dan kalimat-kalimat penjelasan. Kurikulum Merdeka bahkan meniadakan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau batas nilai paling rendah, setelah sistem rangking yang disebut membuat gap diantara siswa sudah ditiadakan pada kurikulum sebelumnya.

Topik mengenai perkembangan sistem penilaian akan menjadi pembahasan yang cukup panjang. Jika dilihat sekilas sepertinya perubahan ini memiliki niat yang baik. Meskipun namanya perubahan, maka perlu adaptasi yang akan merepotkan dan membingungkan pada awalnya, namun untuk kemajuan maka tidak ada salahnya dicoba. 


Selain terus mengamati sistem pendidikan yang akan diterima anak-anak, kita sebagai orang tua juga harus terus berperan dalam prosesnya. Dalam hal ini, mendampingi anak pada fase mendapat laporan penilaian. Sama dengan saat ujian, kita juga perlu menggeser sudut pandang kita terlebih dahulu. Jangan samakan memperlakukan anak sekarang dengan bagaimana kita diperlakukan dulu, sedangkan sistem penilaiannya saja sudah berbeda. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan sabagai orang tua:

- Beradaptasi dengan perspektif yang tepat

Sebenarnya ini perspektif yang harus diterapkan sejak dulu, bukan hanya karena sistem penilaian yang sudah diganti. Sejak dulu harusnya kita paham bahwa rapor tidak menentukan masa depan. Itu hanya berisi evaluasi dari apa yang dapat dilihat guru di sekolah selama periode waktu tertentu, bukan keseluruhan kemampuan anak. penilaian oleh perseorangngan juga beresiko mengandung bias. Tidak bisa menggambarkan utuh mengenai potensi yang dimiliki masing-masing anak. 

Dengan bentuk rapor yang sudah dikembangkan sekarang, sudut pandang kita juga lebih mudah menyesuaikan. Bingung dan repot mempelajarinya diawal tidak masalah. Jika ada yang tidak mengerti, bisa tanya langsung ke pihak sekolah, jangan mengeluh kepada anak.


- Pahami anak

Anak berada disekolah selama beberapa jam, paling lama selama sepertiga harinya. Guru yang memberi penilaian juga berganti-ganti. Sedangkan kita orang tua yang sejak awal mendampingi. Selain anak itu sendiri, orang tua-lah yang paling memahami kondisi masing-masing anak, apa yang ia sukai, apa yang kurang ia nikmati, dimana potensinya, apa yang bisa terus diasah. Ini akan berbeda disetiap anak, kita yang lebih tahu. Sehingga tidak perlu membandingkan anak dengan teman-temannya apalagi menuntut anak untuk cemerlang disemua bidang. 

Bicarakan apa yang penting dari rapor, ini juga bisa bevariasi tergantung masing-masing anak dan keluarga. Tahu tujuan dari sekolah, baru bisa disesuaikan untuk apa rapor tersebut. Mungkin ada yang mementingkan prestasi akademis, ada juga yang fokus pada bakat diluar kegiatan sekolah, atau hanya sebagai kegiatan sosial. Pilihan dan konsekuensi ada pada masing-masing anak dan keluarganya. Hal yang lebih penting adalah membentuk anak yang mau memperjuangkan apa yang ia inginkan dan siap bertanggung jawab atas segala resikonya. 


- Bijak mengapresiasi dan memotivasi

Apa yang sudah anak lalui disekolah, bukanlah hal yang mudah. Dalam rentang waktu itu, anak bisa mengalami banyak hal, bisa menyenangkan juga menyengsarakan untuknya. Sebagai orang yang mengasihi anak, sudah sepatutnya kita mengapresiasi keberhasilan anak melalui hal-hal tersebut. Mungkin lebih mudah untuk kita mengapresiasi saat anak mendapatkan hasil yang baik, memuji-muji hasil mengagumkan. Bagaimana respon kita akan membentuk bagaimana anak melihat dirinya dan apa yang penting untuk mereka, apakah hasil yang cemerlang atau usaha yang jujur maksimal.

Apresiasi segala usahanya, kehadiran dan semangatnya bersekolah, disiplinnya ia menyesuaikan dengan ketentuan sekolah, tugas-tugas yang berhasil ia kumpulkan, tanggung jawabnya pada bentuk kegiatan sekolah, dan kerelaannya melakukan hal yang kadang tidak ia sukai. Apresiasi proses ini membuat anak merasa dihargai dan belajar bahwa bukan hanya hasil yang penting, namun lebih penting lagi adalah proses yang ia jalani. 


- Berdiskusi dengan anak dan guru sekolah

Penting untuk orang tua bisa menjalin komunikasi yang baik dengan guru di sekolah, apa yang tidak kita lihat dan ketahui di rumah, bisa kita ketahui dari guru. Tambahan informasi berupa kegiatan apa yang anak senangi, bidang apa yang anak kuasai, bagaimana anak berinteraksi dengan temannya, bagaimana anak bekerja sama, berkomunikasi, menyampaikan pendapat, hingga kendala apa yang dihadapi anak. 

Ini bisa digunakan orang tua sebagai bahan pembicaraan yang bisa diselaraskan dengan keterangan dari anak. Pembicaraan dengan anak bisa dimulai dari apa yang penting menurutnya dari sekolah, bagaimana ia melihat proses belajar mengajar tersebut, dengarkanlah dengan saksama. Tawarkan bantuan jika anak kesulitan. Bisa jadi anak ingin memahami suatu pelajaran tertentu, tapi kesulitan karena berbagai faktor, kita bisa menawarkan fasilitas kursus. Atau ada kondisi anak tidak menyukai pelajaran tertentu, setidaknya beri anak sedikit kelonggaran, tidak ditekan, dan dampingi anak melaluinya. Sebaliknya mungkin saja anak sangat menikmati bidang tertentu, tapi merasa kurang difasilitasi di sekolah, kita bisa menawarkan tambahan kegiatan ekstra diluar sekolah. 


Aktivitas komunikasi ini bisa menjadi jembatan yang menghubungkan berbagi pihak, supaya kita bisa saling memahami dan bekerja sama dalam mencapai tujuan penilaian pembelajaran di sekolah. Tidak harus menunggu hingga masa penilaian rapor keluar, tapi bisa dilakukan kapan saja. Karena sejatinya, tugas kita adalah mendampingi anak agar bisa bertumbuh optimal sesuai dengan jalurnya, guru merupakan pihak yang memfasilitasi hal tersebut, dan anaklah sebagai pusat kegiatannya. Jangan lupa untuk selalu mendengarkan dan sering berbicara kepada mereka. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!