Cinta Ibu Sesungguhnya di The Good Bad Mother

Ada begitu banyak cara dalam menyampaikan pesan dan masing-masing kita punya preferensi yang berbeda dalam penerimaan makna. Ada yang datang dari hal-hal nyata yang diungkapkan secara langsung, ada pula yang melalui kisah-kisah fiksi dengan nilai yang tersirat. Karya seni yang diciptakan demikian apik, bisa membuat kita bergidik. Memberi pesan lebih dari apa yang bisa kita bayangkan.  Buatku, salah satunya adalah melalui tontonan. Drama The Good Bad Mother ini misalkan. Makna tentang kasih ibu bisa menjadi sedalam itu.

Ilustrated Photo by RDNE Stock project in Pexels Edited by Canva

The Good Bad Mother menceritakan tentang seorang ibu peternak babi yang menjadi single mother setelah suaminya meninggal saat bayi mereka masih dalam kandungan, bernama Young Son. Dari awal diberikan adegan yang menyiratkan bahwa Young Soon ini adalah orang yang ramah dan disukai oleh banyak orang. Ia menjalani hidupnya dengan cara menyenangkan, ia bahagia dengan apa yang ia miliki. Hingga ia menikah dan memiliki anak, namun kematian suaminya yang mendadak dan ia percaya dengan tidak adil, membuatnya menjalani hidup dengan cara berbeda.

Dalam keadaan tertekan harus mengurus anak dan peternakan babi sekaligus, ia menjadi perempuan paling bekerja keras. Tetap berusaha menjalani peran sebagai tetangga yang baik, mengupayakan semaksimal mungkin untuk membesarkan peternakannya, hingga tekad kuat dalam mendidik anak satu-satunya. Inilah yang menjadi pusat cerita serial ini. 

 

Adegan demi adegan silih berganti memberi kesan bagaimana Young Soon mendidik anaknya, Choi Kang Ho, dengan sangat keras dan mengekang. Anaknya tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya. Ia tidak berangkat piknik. Ia hanya belajar. Waktu istirahat untuk bermain bersama teman juga ia gunakan untuk belajar. Ia bahkan tidak diperbolehkan makan sampai kenyang karena bisa mengantuk sehingga mengurangi waktu belajar. Bukan hanya soal belajar, Kang Ho juga dididik untuk tetap sopan. Saat terlibat masalah dengan teman di sekolah, ibunya tidak akan datang untuk membela Kang Ho namun untuk menegurnya. Menghukumnya dengan keras. Miris sih melihat perlakuan ibunya pada Kang Ho, seperti tanpa belas kasih. 

Young Soon memperlakukan Kang Ho seolah tutup mata pada semua hal, dan hanya punya satu tujuan. Agar ia bisa menjadi penegak hukum yang bisa memberi keadilan pada orang-orang tanpa kuasa seperti yang ia dan suaminya alami dulu. Akhirnya Kang Ho tumbuh sesuai dengan yang Young Soon harapkan. Ia menjadi siswa paling berprestasi dengan nilai akademis paling tinggi. Cerita ini mungkin terasa relate bagi kita warga Asia karena sedikit banyak memang begitulah kita dibesarkan. Latar belakang kehidupan ekonomi dan sosial, serta keyakinan bahwa kehidupan akan berubah jadi jauh lebih baik saat kita meraih kesuksesan. Kesuksesan adalah mendapat pekerjaan yang bonafide yang dimulai dengan nilai akademis di sekolah. Didikan yang mengarah pada keberhasilan karir, sounds familiar, right?

Hal yang cukup menarik adalah Young Soon tidak hanya memaksa Kang Ho untuk belajar begitu keras, namun ia juga memaksa dirinya sendiri bekerja dengan sangat keras agar Kang Ho memiliki harapan hidup lebih baik dari yang ia jalani. Ia mencari tahu berbagai makanan untuk meningkatkan kecerdasan, ia mencatat segala informasi yang diperlukan dalam menunjang pelajaran anaknya. Ia bekerja tak kenal lelah di peternakan, ia juga memastikan orang-orang sekitar tidak terganggu. Catatatan bahan makanan yang ia tempel di dapur adalah wujud cinta dan kerja keras seorang ibu. 

Ilustrated Picture by cottonbro studio in Pexels Edited by Canva

Kesempatan kedua yang datang dari kecelakaan membuat ibu dan anak ini merefleksikan kembali hubungan mereka berdua. Penilaian dan kesimpulan pendek yang kita ambil selama episode-episode awal mulai terkuak perlahan di akhir-akhir cerita. Ini yang membuat drama ini sedikit berbeda, kebenaran-kebenaran yang terungkap dari hubungan ibu-anak ini sangat menghangatkan hati.

Kita jadi tahu bahwa seorang ibu akan sangat menyayangi anaknya. Apa yang ia lakukan hanyalah wujud dari apa yang terbaik yang bisa ia pikirkan. Mungkin kita punya banyak sanggahan dari bagaimana mereka memperlakukan, tapi dalam keterbatasan pikiran harusnya ada pemakluman. Young Soon dalam keadaan mendapat ketidakadilan hanya bisa berpikir bahwa anaknya tidak boleh mendapat perlakuan sama nantinya. Maka ia bekerja begitu kerasnya agar anaknya mendapat peluang. Ia kesampingkan perasaaannya sendiri untuk memanjakan, untuk berlemah lembut pada anaknya, demi masa depan anak. Apa yang ia tahu, hanyalah pendidikan bisa menjadi jalan yang mengubah kehidupan. Ia akan lakukan apapun agar pendidikan anaknya berhasil. Sudut pandang ini cukup menyegarkan, membuat kita melihat lebih luas dari apa yang kita dapat sebagai anak dan juga dari bagaimana kita melihat seorang ibu secara lebih luas. 

Cara ini memang beresiko. Sangat beresiko. Mental anak, hubungannya dengan ibu sendiri juga orang lain, hingga ke bagaimana ia memandang dirinya sendiri. Semua dipertaruhkan. Ia harus rela menjalani hidup yang sulit, menjadi ibu yang kejam bagi anak sendiri. Merelakan dirinya dibenci oleh anak yang sangat ia cintai. 

Syukurnya kisah Kang Ho ini berakhir bahagia untuk semuanya. Rencana balas dendam harus ditunda. Kecelakaan memberi mereka kesempatan untuk mengulang berkasih sayang dengan cara yang berbeda. Unsur politik dan kekuasaan hanya menjadi bumbu tambahan dalam cerita sehingga sangat bisa dinikmati. Bagaimana kehidupan orang-orang di desa juga bagaimana kita bertetangga. Sayangnya, kehidupan kita kan tidak seperti drama. Ada luka masa lalu, ada harapan yang terpaksa pupus, ada perandaian yang terus menerus berbisik.

Photo by Josh Willink in Pexels

Sebagai anak aku mulai memahami bahwa pada dasarnya ibu itu mencintai anaknya. Bagaimana mereka memperlakukan itu adalah hal yang berbeda, karena sudah dipengaruhi oleh keadaan, jalan pikiran, serta keterbatasan. Sehingga daripada fokus pada apa-apa yang tidak seharusnya kita dapatkan, lebih baik fokus pada hal-hal baik yang sudah kita terima. Pahami mungkin itu hal terbaik yang bisa mereka usahakan saat itu. 

Dari sini aku jadi berkaca pada peranku sendiri. Sebagai ibu pada saat sekarang, dengan pesatnya kemajuan teknologi, kita memang lebih mudah terpapar informasi dari berbagai sumber. Berbagai teori dan metode begitu mudahnya kita akses. Kadang sampai membuat kita kewalahan, mempertanyakan apa yang paling baik yang bisa kita lakukan. Tenang, pada akhirnya apa yang bersumber dari hati juga akan sampai ke hati. Karena kita adalah individu terbaik yang dipilih Tuhan untuk anak-anak kita masing-masing. Kita yang paling tahu, kita juga yang menjalani. Upaya terbaik yang kita kerjakan, dengan landasan cinta, insyaAllah akan sampai ke jiwa mereka. Membentuk mereka menjadi pribadi yang berharga karena tau ada cinta ibu yang membersamai setiap langkah mereka. 



Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!