Bagaimana Memberi Anak Pemahaman tentang Perang

Ketidak sukaan kita pada peperangan mungkin membuat kita enggan untuk membicarakannya, apalagi dengan anak-anak, mereka yang kita harapkan bisa hidup aman dalam kasih sayang. Namun, perang telah menjadi bagian dari kehidupan kita, pernah terjadi dulu di tanah yang kita injak kini, dan masih terjadi hingga kini di tanah ribuan kilometer dari kita. Globalisasi memungkinkan kita, dan anak-anak, untuk melihat apa yang terjadi di sana, sehingga sulit rasanya anak tidak terpapar informasi tentang kejadian tersebut. Apalagi kita juga ingin mendidik anak yang peduli dan memiliki pemahaman yang tepat tentang apa yang sebenarnya terjadi. 



Tentang Perang dan Pahlawan

Hal pertama yang perlu kita ingat dalam menjelaskan pada anak adalah usia dan tahap perkembangan mereka. Usia tujuh tahun adalah saat dimana perkembangan otak anak cukup matang untuk mengerti keadaan di sekitarnya. Anak lima tahun sudah bisa diberi penjelasan sederhana dengan analogi yang tepat agar sesuai dengan logika mereka tentang apa yang terjadi. Pada usia ini juga umumnya anak sudah bisa membedakan realita dan imajinasi, serta benar salah dan baik buruk. Maka, beberapa pendapat menyebutkan bahwa penjelasan tentang perang bisa dimulai pada anak usia sekitar lima tahun.

Sebelum kejadian memilukan di Palestina kini terjadi dan setiap hari kita saksikan kini, saya pernah menyebut tentang perang kepada si kakak. Saat menjelaskan tentang patung-patung pahlawan yang ada di sudut-sudut jalanan kota. Ia bertanya nama, siapa, mengapa ada patung mereka di sana. Tidak mudah memang, ada berulang kali tanya jawab hingga akhirnya dia bisa diam menerima penjelasan saya.

Singkatnya, saya ceritakan bahwa dulu ada yang ingin merebut tanah tempat kita tinggali ini, mau mengambil paksa apa yang sudah kita tanam dan miliki. Para pahlawan itulah yang mempertahankannya, menolak pengambilan paksa, dan berjuang supaya kita tetap bisa berada di sini. Maka, untuk berterima kasih dan mengingatkan kita sekarang tentang kejadian itu dibuatlah patung mereka. Tidak lupa saya tambahkan, tapi itu dulu, sekarang sudah tidak ada lagi perang karena orang tahu tidak enaknya perang itu. Banyak yang terluka dan hidup ketakutan. Eh, ternyata sekarang masih kejadian. 

Dalam penjelasan tersebut, muncul pertanyaan anak, kenapa kok ada orang yang merebut milik orang lain? Ini cukup membuat saya berpikir, oh iya, kenapa ya? Pertanyaan itu kemudian saya balas lagi dengan pertanyaan, karena saya juga sama bingungnya, iya ya kenapa ya? Mungkin karena dia tidak punya. Tapi caranya salah ya, padahal mungkin kalau diminta kita bisa sharing, mungkin kalau bilang baik-baik kita bisa memberi seperti kamu memberi pada adik. 

Meskipun sudah gatal mulut ini rasanya menambahkan, oh memang ada orang-orang serakah di dunia ini yang entah kenapa tidak pernah merasa cukup, tidak puas dengan apa yang ada, selalu ingin lebih lagi dan lagi. Tapi, mengingat kalimat omelan barusan bukan kapasitas anak, saya berhasil menahannya. 

Untuk usia lima tahun, anak memang akan lebih sadar tentang pa yang terjadi, namun perkembanganan pikirannya masih jauh dari logika kita. Sehingga, penting untuk benar-benar menyaring apa yang sampai pada mereka. Sampaikan secukupnya, intisari saja, pada nilai-nilai apa yang ingin kita tanmkan dan pemahaman bagaimana yang tepat bagi mereka. Pada perkara ini, anak cukup tahu tentang adanya perang dengan analogi pertengakaran karena rebutan. Mereka perlu memahami benar salahnya, pada point-point mengambil paksa, cara meminta yang keliru, dan bagaimana kita perlu  mempertahankan hak kita. 


Sejarah Perang Muslim dan Kini

Bukan hanya melalui patung, anak-anak juga bisa banyak tahu dari buku yang mereka baca. Tokoh-tokoh pahlawan Islam dijelaskan banyak di buku yang sekarang banyak dijual online maupun offline. Tergantung kita pilih yang mana, dan jangan lupa sesuaikan dengan usia dan tahap kemampuan berpikir anak. Bukan kemampuan baca saja ya, tapi tahap mereka bisa menganalisis isi buku tersebut.

Anak-anak juga sudah kenal dengan perjuangan atau tokoh-tokoh tidak baik dari surat-surat pendek Al-Quran, pada surat Al-Fill dan Al-Lahab misalkan. Di bawah usia lima tahun, rasanya anak cukup diberi penjelasan tentang baik buruk dan benar salah. Kisah-kisah yang menguatkan keyakinan tauhid mereka. Apa yang dilakukan Abu Lahab itu salah. Pertolongan Allah itu benar, anak akan belajar tentang keyakinan Abu Thalib akan kuasa Allah. Detail-detailnya bisa ditambahkan sesuai dengan perkembangan otak anak kelak.

Mengenai Palestina kini, kompleksitas konflik yang sesungguhnya terjadi mungkin akan sulit diterima anak, khususnya mereka yang dibawah tujuh tahun. Tapi bagaimana sejarah tanah Palestina dan baitul maqdis adalah pengetahuan umum yang perlu mereka ketahui. Mungkin ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk belajar lebih banyak lagi tentang sejarah tanah suci tersebut, mengenal lagi tokoh-tokoh dan perjuangan yang pernah ada di sana, untuk kita ceritakan pada anak-anak kita ini. 

Analogi 'merebut paksa' yang sama bisa kita gunakan dalam menjelaskan perang ini. Penekanan pada benar salah dan baik buruk, juga perlu ditambahkan dengan apa yang bisa kita lakukan dari jauh untk saudara-saudara kita di sana. Mendoakan kekuatan dan kesabaran serta pertolongan Allah, salah satunya. Penekanan bahwa kita juga sama tidak nyamannya dengan mereka atas perang yang terjadi, dan sama-sama berharap agar ini segera berakhir, masyarakat di Gaza, khususnya, bisa hidup damai seperti yang kita rasakan. Donasi juga bisa kita lakukan di depan anak. Lalu, sembari kita lakukan juga jelaskan pada anak kenapa kita tidak lagi menggunakan produk tertentu, yakni produk yang terbukti menggunakan keuntungan dari penjualannya untuk mendukung penjajahan di sana. Saya pikir apapun yang kita lakukan, anak bisa melihat dengan kaca mata mereka, sehingga lebih baik kita tetap perlu fokus pada cara yang baik, dengan menghindari kalimat yang mengutuki. 



Selain itu, ada beberapa tips yang bisa kita coba praktikkan untuk membantu anak memahami tentang perang:

- Cari tahu apa yang anak ketahui

Sebelum menjelaskan, coba gali dulu sejauh mana anak mengetahui tentang perang ataupun konflik di Palestina kini. Mungkin ia sudah terpapar informasi dari sumber lain, mungkin juga ia sama sekali tidak tahu. Simak tanpa interupsi apa yang anak jelaskan, baru kita bisa masuk memberi tambahan atau malah menyanggah beberapa pernyataan yang kurang tepat.

- Tanyakan perasaannya 

Selain pengetahuan, kita juga perlu tahu apa yang anak rasakan terhadap kejadian tersebut. Ini seperti konfirmasi atas informasi seperti apa yang anak terima. Apapun yang mereka rasakan, terima. Beri dukungan atas emosi mereka tersebut. Tidak apa juga sampaikan bahwa kita juga khawatir, iba, takut. Belajar untuk saling terbuka secara emosional pada anak sembari berlatih apa yang sebaiknya dilakukan dengan perasaan tersebut.  

Baca Juga: Kontak Fisik Orang Tua - Anak serta Manfaat untuk Masa Depannya

- Sesuaikan dengan usianya

Setelah kita mengetahui sejauh mana anak mendapatkan informasi, baru kita bisa menjelaskan dengan versi kita sendiri. Kuncinya adalah sesuaikan penjelasan tersebut sesuai dengan usia anak. Gunakan analogi-analogi sederhana, dengan tokoh-tokoh sekitar yang familiar untuk mereka. 

- Tanamkan nilai-nilai positif

Pemahaman tentang perang yang kita sampaikan juga berkaitan dengan upaya kita menanamkan nilai perdamaian pada anak. Konflik pada umumnya terjadi karena pemahaman keliru bahwa satu kelompok yang dihuni lebih baik daripada kelompok lainnya. Merasa berhak merendahkan yang berbeda. Maka dari itu, sejak dini, anak perlu diajarkan tentang keberagaman dan menerima perbedaan. Tidak membiasakan kekerasan pada anak, apapun bentuknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelilingi anak dengan peralatan yang tidak mendukung kekerasan, seperti tontonan ataupun jenis mainan. 

- Gunakan media pendukung

Berbicara dengan anak sekarang lebih mudah dengan banyaknya pilihan media yang tersedia. Banyak buku yang beredar mengisahkan tentang perjuangan pahlawan-pahlawan dahulu, apalagi para pahlawan muslim. Video-video singkat juga dapat disaksikan tidak berbayar yang menerangkan para tokoh pahlawan tersebut. Kita bisa menggunakan media tersebut sebagai asupan tambahan informasi dan penanaman nilai baik bagi anak. Jangan lupa tetap filter sumbernya, sesuaikan dengan tahap logika anak, serta tetap dampingi mereka ya.


Pada akhirnya, perlu kita sadari bahwa orang tua adalah sumber informasi utama anak. Bagaimanapun kita enggan membahas topik yang 'sulit', akan ada saatnya kita harus memutar otak dan menghadapi perasaan kita sendiri untuk bisa duduk bersama menjelaskan pada mereka. Berhadapan dengan ketakutan atau kadang luka dan trauma kita sendiri, juga belajar mencari informasi seluas-luasnya dan berlatih bagaimana menyampaikan sesuai dengan perkembangan mereka. Itu menjadi proses berharga dari menjadi orang tua, untuk tidak berhenti belajar dan menuntut diri kita menjadi pribadi lebih baik lagi. Maka tentang topik ini, selamat belajar!


Salam, Nasha



15 Comentarios

  1. Saya pernah membaca salah satu bukti bahwa kita dapat menjelaskan sesuatu dengan baik kepada orang lain adalah dengan menjelaskan kepada anak-anak, jadi mungkin cara untuk menjelaskan perang ini apalagi berhasil pada anak kecil bisa dipastikan kepada orang dewasa juga berhasil

    BalasHapus
  2. Memberi pemahaman tentang perang pada anak di bawah umur memang perlu sangat hati-hati. Untuk anak yang lebih besar dan sudah bisa diajak berdiskusi serius, juga tetap harus bijak sih. Bagaimana pun, masa depan ada di tangan anak-anak kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mba, bgmn pun mereka perlu tahu ttg apa yg terjadi, merka jg perlu dididik dengan nilai yg tepat, tp harus hati2 dgan caranya agar sesuai dengan perkembangan otak mereka.

      Hapus
  3. Mengajarkan anak tentang perang pada anak-anak memang agak tricky ya. Siap-siap aja dengan berbagai pertanyaan cerdas mereka yang diluar perkiraan kita. Aku banyak menggunakan media buku sebagai alat bantunya.

    BalasHapus
  4. PR banget memang menjelaskan segala sesuatu yang sensitif ke anak-anak, termasuk menjelaskan perihal peperangan. Anak-anak kadang suka bertanya dengan pertanyaan yang tidak kita duga-duga. Jadi orang tua harus pintar dan bijak memang untuk dapat berkomunikasi dengan cerdas bersama anak-anak kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya betul mas, pr nya adalah berlatih ttap tenang mendengar apapun pertanyaan anak

      Hapus
  5. Ini sangat basic sekali. Beberapa sudah saya terapkan ke anak saya. Tapi bagiku yg paling sulit adalah ketika pertanyaan "kenapa ada perang kan banyak yg mati"

    BalasHapus
  6. Justru anak malah lebih bisa berempati yaa ketimbang banyak orang dewasa yang denial dengan perang. Semoga dengan diajarkan sejak dini, anak bisa memiliki lebih banyak sifat belas kasih 🥺

    BalasHapus
  7. Jadi inspirasi banget tulisannya untuk memberikan anak pemahaman tentang perang. Bukan berarti kekerasan ya ka

    BalasHapus
  8. Tulisan bagus mbaak. Ini kebetulan anak2ku jga tahu kan peristiwa Gaza yang terjadi belakangan ini dari sosmed atau obrolan ma temennya. Memberi insight batu buatku deh utk memberikan pemahaman mengenai perang ini supaya anaknya tahu mana yang baik dan buruk dan kelak bisa membawa kedamaian buat bumi ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, PR besar bget buat kita. bahkan bisa dimuali dr nggak diam aja saat ada pembullyan

      Hapus
  9. Tulisan bagus mbaak. Ini kebetulan anak2ku jga tahu kan peristiwa Gaza yang terjadi belakangan ini dari sosmed atau obrolan ma temennya. Memberi insight batu buatku deh utk memberikan pemahaman mengenai perang ini supaya anaknya tahu mana yang baik dan buruk dan kelak bisa membawa kedamaian buat bumi ini.

    BalasHapus
  10. Dengan memberikan pelajaran terkait hal-hal seperti ini, anak-anak jadi lebih punya empati yang tinggi. Dengan begitu, kedepannya mereka bisa lebih berani dalam menyuarakan ketidakadilan

    BalasHapus
  11. Kalau pendapat saya korban perang ada di kedua belah pihak jadi bukan soal siapa benar siapa salah tapi karena kedua pihak tidak mau berdampingan dalam damai dan menghargai perbedaan. Kalau dicari siapa benar siapa salah ya sampai kapan juga ga selesai karena sifat dasar manusia maunya benar melulu nah sama untuk mengajarkan anak dengan cara jangan pernah merasa satu jari menunjuk diri paling benar karena sisa jari akan menunjuk orang lain pasti salah..ajarkan anak untuk menghargai perbedaan tanpa merasa paling benar

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul kak, aslinya tidak ada orang yg nyaman dengan perang.
      sesuai sm salah satu point diatas untuk kita ajarkan ke anak adalah agar mereka bisa menerima perbedaa, tidak menganggap diri dan kelompok eksklusif dibanding yg lain. thanks masukannya

      Hapus

Mau nanya atau sharing, bisa disini!