• Anak & Keluarga
  • Kesehatan Mental
  • Perempuan & Pernikahan
  • Lingkungan
  • Review & Rekomendasi
Salam, Nasha

Jejak Perjalanan dan Catatan Pelajaran

Seiring dengan bertambahnya usia, kita semakin mengenal siapa diri kita. Semakin tahu apa yang kita harapkan, semakin paham apa yang sebenarnya kita butuhkan, hingga perayaan ulang tahun seperti apa yang kita inginkan. Tidak ada batasan usia dalam melakukan perayaan, begitu pula tidak ada standar acara seperti apa yang seharusnya dilakukan. Semua berdasarkan pada apa yang kita inginkan dan kondisi masing-masing kita. 



Harapan dalam Pertambahan Angka Usia

Tahun ini sudah tahun kesekian saya berada dalam golongan usia dewasa. Sudah memiliki struktur tubuh yang telah berkembang sempurna, sudah melewati usia yang katanya menghadapi krisis, sudah tidak mungkin menyamar jadi remaja. Manusia dewasa seutuhnya. Meski belum kentara, tapi seolah sudah menjadi kewajiban untuk melakukan perawatan. Sebab, perubahan pola makan juga aktivitas akan langsung memberi dampak. Tepung dan gorengan bisa menimbulkan jerawat, minuman kemasan tinggi gula akan menimbulkan rasa tidak nyaman dipencernaan, kurang bergerak dari seharusnya membuat badan pegal-pegal. Entah itu karena pertambahan usia atau memang respon tubuh sebaiknya.

Apa yang terjadi pada usia puluhan saat ini, tidak pernah saya bayangkan diusia puluhan sebelumnya. Siapa sangka penggenapan usia tahun ini saya berada benar-benar ditengah Indonesia? Tapi, Tuhan yang punya rencana. Mungkin ini cara-Nya menjawab doa-doa yang pernah saya panjatkan sebelumnya. Doa untuk menjawab pribadi yang lebih baik, diri yang lebih kuat, hubungan yang lebih hangat, gaya hidup yang lebih sehat, juga usaha yang lebih bermanfaat. Mungkin jalan begini yang dilalui agar saya bisa menjadi seseorang yang saya pintakan dalam tengadahan tangan, agar saya bisa mendapatkan apa yang saya harapkan dalam sujud-sujud malam. Saya pernah mengatakan bahwa dalam kejutan yang hadir dalam hidup kita, semoga kita semua bisa menemukan kebaikan yang telah Tuhan persiapkan, mungkin bukan hari ini, bukan pula esok hari, tapi suatu saat nanti. Dan hingga saat itu tiba, semoga kita tetap tabah menantinya. Ya, semoga.

Semoga lainnya juga menjadi semakin sederhana dan jelas maknanya. Besar kemungkinan karena seiring bertambahnya usia, kita akan semakin kenal siapa diri kita sebenarnya dan apa yang sesugguhnya kita inginkan. Meski ada banyak pilihan, beberapa persimpangan, tapi kita sudah lebih mudah menentukan. Semakin dewasa semakin sederhana semakin bermakna. Kesehatan, kebaikan, kekuatan, kemudahan, keleluasaan, kesejahteraan, kestabilan, hingga kepastian. Banyak juga ternyata. Memang tidak pernah cukup rasanya kita meminta.

Tapi untuk hal-hal pinta yang mewakili, saya akan berdoa agar kita semua diberi Tuhan rasa cukup atas apapun yang kita punya, memiliki hati yang lapang untuk menerima apapun kehendaknya, memiliki pikiran terbuka akan segala kemungkinan hidup kita kedepannya. Semoga kita bisa terus teguh mengupayakan yang terbaik dalam memberi manfaat kebaikan yang bisa kita kerjakan hari ini. Semoga kita tidak lupa untuk berkasih sayang dengan sekitar, menjadikan hari atau bahkan hidup seseorang atau beberapa orang terasa sedikit lebih hangat. Semoga kita bisa berbahagia baik didunia saat ini maupun diakhirat nanti.

Mungkin itu cukup mewakili, mungkin kita akan menambahkannya dengan hal-hal rinci yang masing-masing kita ingin miliki. Ingin rumah sendiri, mendaftar haji, mengganti kendaraan pribadi, jalan-jalan ke luar negeri, memiliki karya pribadi, jangan ragu terus bisikkan pada Dzat yang Memiliki Segala. Yakin akan Ia kabulkan.


Perayaan di Usia Dewasa

Dengan semakin pahamnya saya dengan diri sendiri dan apa yang diinginkan, saya paham benar ketidak sukaan saya pada pesta perayaan. Apapun bentuknya, terasa melelahkan. Seolah butuh istirahat seharian setelahnya. Namun, bukankah tidak apa jika sesekali kita merasa lelah? Bukannya juga menyenangkan pulang ke rumah setelah berlelahan di luar sana? Bukankah justru melegakan bisa kembali menyendiri setelah beramai-ramai sore hari tadi?

Ternyata, ketidak sukaan kita terhadap sesuatu tidak serta merta membuat kita terus menghindarinya. Kadang kita bisa tidak mempermasalahkannya atau bahkan menginginkannya. Saya dulu mengabaikan perayaan kelahiran, karena tampak tidak ada gunanya. Anak-anak belum mengerti, tukar kado hanya jadi ajang adu gengsi bahkan berpotensi menambah tumpukan barang di lemari. Orang dewasa tampak tidak lagi patut. Lagipula, tidak ada pencapaian apapun, untuk apa dirayakan?

Namun setelah mundur beberapa langkah dan melihat lebih luas, ternyata tidak ada salahnya juga jika ada yang ingin merayakan. Saya justru mengenang pesan-pesan yang sengaja dikirim tengah malam, kejutan yang datang tanpa kabar, hadiah yang benar saya inginkan atau membuat heran, kok bisa kepikiran? Maka saya mengubah sikap. pada hari-hari biasa mungkin saya ingin kesunyian tapi satu hari dalam setahun tidak apa jika terjadi banyak kebisingan. 

Dengan ini saya menyatakan, tidak bisa sepenuhnya setuju dengan kata mereka, sudah dewasa tidak perlu dirayakan. Tidak bisa seiya dengan kalimat, sudah panjang usia untuk apa lagi diberi kejutan. Padahal, sepanjang usia kita tidak apa jika dirayakan, tentu menyenangkan jika diberi lebih banyak perhatian dari hari biasanya.

Saya tidak lagi percaya, bahwa semakin bertambah usia kita semakin tidak menginginkan apa-apa. Nyatanya saya masih ingin dirayakan, bukan untuk pencapaian, namun karena kehadiran saja. Dalam satu hari selama satu tahun, saya ingin diperingati bukan atas apa yang dilakukan, tapi karena saya ada, dan itu sudah lebih dari cukup sebagai alasan menjadikan hari ini hari istimewa. Saya ingin ada orang-orang terkasih yang bersiap menyambut, yang memberi tanda pada kalender mereka, karena hari itu mereka peringati sebagai yang berbeda dimana mereka bisa mengekspresikan kasih dengan lebih leluasa, mempunyai alasan untuk mengungkapkan lebih banyak kata sayang dari biasanya, untuk mewujudkan satu dua harapan. Bukan hari yang biasa dan semakin terlupa dipertambahan usia, saya justru semakin ingin hari yang lebih bermakna. 

Maka ini bisa menjadi pengingat bagi saya juga, untuk tidak pernah melupakan, untuk terus merayakan kelahiran sebagai tanda kehadiran. Mengucapkan sebagai bentuk syukur karena seseorang telah hadir, telah setia menemani, telah mendukung selama ini, telah membersamai. Kadang juga bisa mengungkapkan dengan lebih dari sekedar ucapan atau doa kebaikan. Hanya untuk mengingatkan mereka bahwa hidup kita telah menjadi lebih bermakna sebab mereka begitu berharga. 



Salam. Nasha

Seiring dengan berjalannya waktu, masa kita juga semakin berkurang, yang ditandai dengan banyak perubahan baik secara fisik maupun mental. Sebagian kita merasa tidak siap dengan perubahan itu, mengabaikan, bahkan menolaknya. Berbagai kekhawatiran muncul akan kesiapan kita menyesuaikan diri dengan penuaan tersebut. Padahal, dengan perjalanan panjang yang sudah kita lewati, tentu masuk akal jika tubuh meminta perawatan yang lebih banyak, wajar jika ada gurat yang menandakan pengalaman-pengalaman kita tersebut. Kita pun tumbuh semakin bijaksana bersamaan dengan bertambahnya hikmah dan pelajaran yang kita dapatkan. Kali ini, mari kita coba membicarakannya. 




Fear of Aging (Takut Menua)

Seperti terjemahannya, fear of aging adalah ketakutan berlebihan yang dimiliki seseorang atas penuaan. Ketakutan terus menerus akan penuaan tersebut bahkan dikategorikan dalam fobia klinis bernama gerascophobia. Suatu fobia yang spesifik disebabkan oleh rasa takut ataupun cemas berlebihan bila berhubungan denan proses penuaan, mulai dari perubahan fisik tubuh, kerutan diwajah, berkurangnya kemandirian juga mobilitas, hingga ketakutan akan munculnya penyakit sebagai akibat dari penurunan kesehatan fisik juga mental.  Untuk menghadapi ketakutan itu, sebagian mereka akan menolak bercermin hingga melakukan upaya untuk melawan penuaan seperti operasi.

Ketakutan itu bukan hanya milik orang berusia senja yang takut pada keriput, tapi faktanya gerascophobia telah dialami seorang anak berusia 14 tahun. Ia membungkukkan badannya agar tidak tambah tinggi, mengurangi makan sehingga tidak terus tumbuh, serta meninggikan suara sebagai upaya menolak menjadi remaja. Sulit rasanya membayangkan hidup yang dijalani oleh orang-orang gerascophobia ini. Betapa tidak nyamannya hari demi hari bertambahnya usia dan tanda penuaan bagi mereka. 

Para ahli menyimpulkan bahwa anggapan terus menerus tentang penuaan yang negatif telah berdampak besar pada fobia ini. Seseorang yang secara berkelanjutan menerima informasi bahwa menua itu tidak mengenakkan tentu lama kelamaan bisa terpengaruh dan menolak hal tersebut. Media yang menampilkan penuaan dengan penurunan fungsi tubuh hingga berbagai penyakit seperti demensia, alzheimer, juga tekanan darah tinggi yang menyertai akan membuat orang-orang tertentu mengalami kekhawatiran sehingga menolak untuk menjadi lebih tua. Strategi pemasaran dan inovasi terus dilakukan, menggaungkan berbagai produk anti penuaan yang mengisyaratkan bahwa penuaan adalah hal yang tidak menarik. 

Disamping itu, ketakutan akan penuaan juga besar dipengaruhi oleh anggapan-anggapan masyarakat tentang masa tua itu sendiri. Jika dulu menjadi tua dianggap sebagai sosok yang bijaksana dan penting, kini orang tua dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan dunia sehingga suara mereka semakin tidak didengar. Revolusi industri dianggap sebagai dalang yang menggeser pehamahaman ini, dimana kelompok yang tidak lagi produktif dianggap sebagai beban. Sehingga ketakutan akan penuaan ini lebih disebabkan pada ketidak pastian masa depan yang akan mereka hadapi. 


Berdamai dengan Penuaan

Jika kita lihat sejarahnya, perkembangan kita sebagai manusia telah mengalami kemajuan yang memungkinkan kita hidup lebih lama dibandingkan generasi sebelumnya. Umur panjang bukan lagi kemewahan, dimana tiga dari empat populasi kini bisa mencapai usia lebih dari 65 tahun. Peningkatan kualitas kesehatan memungkinkan penyakit yang dulu mematikan kini bisa disembuhkan. Bahkan inovasi terus dilakukan agar tubuh bisa berfungsi optimal meski sudah panjang usianya. Ini kabar baik yang mestinya kita rayakan dengan gembira bukan ketakutan.

Sebenarnya alasan-alasan yang dikemukakan itu bisa dimengerti. Mungkin juga pernah kita semua alami, takut bahwa suatu hari nanti tubuh kita tidak bisa menunjang apa yang ingin kita lakukan, takut jika pikiran mengkhianati sehingga nanti ia lupa pada hal-hal yang kini begitu penting dan berharga, takut jika penurunan kondisi tubuh akhirnya memaksa kita untuk terus bergantung pada orang lain, hingga takut jika kita tidak bisa menyukai tampilan yang kita lihat dicermin. Ketakutan itu terus bertambah dengan bayangan jika kita kehabisan uang lalu tidak bisa berbuat apa-apa untuk menghasilkannya sehingga menjadi beban bagi orang lain. Masyarakat yang mendambakan keremajaan, juga kapasitas dan pemberdayaan; tentu sedikit banyak menganggap bahwa tua adalah beban karena dianggap tidak bisa menghasilkan. Pemahaman yang menyedihkan memang. Namun dari sinilah kita berangkat. Dari pemahaman yang sepatutnya, tidak yang dikendalikan oleh materiil tapi oleh rasa kita sebagai manusia. 

Kita mulai dari fakta-fakta yang mengagumkan dari orang tua yang dihimpun secara statistik. Pertama, bahwa semakin tua seseorang maka ia cenderung semakin bahagia, lebih sehat, juga lebih stabil mentalnya. Mungkin angka kasus penyakit pada orang tua jmeningkat, namun persentasenya justru menurun. Penyakit-penyakit kronis kini banyak menyerang orang berusia lebih muda, termasuk penyakit-penyakit mental. Mereka yang berusia diatas 50 tahun atau bahkan 65 tahun memiliki pandangan yang luas tentang kehidupan, hubungan yang lebih baik, kebiasaan yang lebih sehat, jiwa yang lebih stabil, gaya hidup yang lebih kalem. Berbgai penyakit yang katanya mengancam orang tua nyatanya bisa dicegah jauh hari sebelumnya.

Benar, poin pentingnya ada pada persiapan dihari-hari sebelumnya, ketika masa tua belum datang. Ketika kita masih muda, masih dewasa, masih semangat berusaha. Semangat ini disebut dengan planning healthy aging, berupa bagaimana masa tua yang kita bayangkan lalu mewujudkannya dalam tindakan nyata saat ini. Melawan ketakutan-ketakutan akan masa depan itu dengan melakukan sesuatu dimasa ini. Perencanaan itu bisa dijabarkan antara lain dengan:

  • Olahraga rutin dan menerapkan popla hidup sehat untuk mengatasi ketakutan akan penurunan kualitas kesehatan dan berbagai resiko penyakit. Ini termasuk meluangkan 150 menit setiap minggu untuk berolahraga, beristirahat sekitar delapan jam sehari, juga mejaga pola makan yang sehat. Biasakan terus bergerak aktif, jangan terjebak dalam kemageran.
  • Terus belajar, rajin membaca, juga memperbarui informasi untuk mencegah kehilangan daya ingat. Berhubungan dengan ini banyak yang menyarankan untuk meditasi rutin, menghindari pemicu tekanan darah meningkat, serta menghindari polusi udara atau tidak keluar rumah ketika udara sedang kotor atau kalau bisa sediakan air purifier.
  • Mengatur keuangan untuk mengatasi ketakutan akan kehabisan uang. Banyak jasa financial planning saat ini yang bisa kita pilih jika merasa tidak mampu melakukannya sendiri. Alokasikan uang sesuai kebutuhan saat ini dan investasi masa depan. Sederhanakan dengan save more spend less.  
  • Jaga hubungan baik untuk menghindari kesepian nantinya. Lagipula hubungan baik juga membuat hidup kita lebih bahagia. Luangkan waktu untuk haidr seutuhnya untuk orang-orang yang kita sayang, luangkan waktu secara rutin untuk menghubungi mereka, untuk mendengarkan curhatan mereka. Sempatkan diri untuk hadir acara-acara penting mereka. Terlibat dalam interaksi antar generasi, untuk memahami pandangan dari berbagai kelompok usia manusia. 
  • Terakhir adalah memahami bahwa satu-satunya kepastian didunia ini hanyalah ketidak pastian. Tidak ada yang tahu bagaimana masa tua kita nanti, apa yang terjadi, namun kita bisa mengusahakannya hari ini. Bukan dengan tujuan utama memiliki masa depan yang kita harapkan, tapi mengusahakan yang terbaik sebagai bentuk syukur atas apa yang sudah kita miliki saat ini. Ada tubuh yang sehat, maka kita rawat. Ada keluarga dan sahabat, maka kita jaga. Ada rezeki maka kita alokasikan dengan baik. Lalu, belajar untuk berlapang dada serta berpikiran terbuka bahwa setiap kita memiliki masanya masing-masing dan mengalami proses perjalanan masing-masing. Melihat apa yang sudah kita punya saat ini sebagai pengalaman berarti yanng belum tentu bisa semua orang miliki.

Saya juga awalnya bukan orang yang menikmati penampilan yang menua. Tapi kita sama-sama bisa berltih menerima bahwa usia kita memang akan terus bertambah angkanya seiring dengan waktu yang sudah kita habiskan di dunia. Anggap saja apa yang berubah pada tubuh ini sebagai lencana bahwa kita sudah melalui begitu banyak hal. Jika kita ingin memperbaiki, menyamarkan perubahan, silahkan lakukan. Tapi lebih baik dengan tujuan untuk merawat apa yang ada saat ini daripada menggebu untuk menghentikan waktu. Lakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan hari ini, agar kebiasaan baik itu terus kita bawa hingga tua nanti.



Salam, Nasha

Pembahasan fenomena distracted parenting atau pola pengasuhan yang tidak fokus lalu mungkin membuat kita bertanya-tanya, apa yang perlu kita lakukan agar semuanya bisa berjalan seimbang. Pekerjaan dan berbagai keperluan yang dilakukan dengan smartphone bisa lancar namun anak tidak merasa diabaikan. Ini langkah awal yang baik ketika kita sudah menyadari dan mau memperbaiki. Kita bisa menerapkan beberapa tips dari para ahli pengasuhan atau belajar dari pengalaman sesama orang tua. 


Kita semua tentu sadar bagaimana kondisi kehidupan zaman sekarang yang terpapar teknologi hampir disemua lini. Para ahli yang menyoroti tren pola pengasuhan teralihkan atau distracted parenting pada orang tua belakangan juga memahaminya. Sebagai sesama orang tua, sesama ibu, kita sama-sama tahu ada banyak urusan yang perlu diselesaikan dari gadget terutama smartphone itu, mulai dari pekerjaan kita, melakukan transaksi, berkomunikasi untuk mencari tahu, hingga mengamati grup sekolah anak. Semua ada di sana tanpa batasan waktu.

Begitu pun, tidak ada yang menyarankan agar kita mencurahkan seratus persen perhatian kepada anak sepanjang hari. Lagipula, membiarkan anak lepas dari perhatian kita juga baik untuk mereka. Memberikan mereka keleluasaan untuk berkreasi menciptakan permainan sendiri, untuk menghibur diri mereka sendiri, menyelesaikan masalahnya sendiri, juga menemukan hal-hal menarik sendiri. 

Sayangnya, dalam keseharian sering ditemukan orang tua yang kebablasan. Lupa pada prioritas sesungguhnya, lupa pada kenyataan yang ada di depan mata. Mungkin karena terlalu asyik membandingkan hara barang belanjaan, sehingga kurang peka bahwa ada yang memanggil sejak tadi. Mungkin terlalu asyik mencari menu masakan penambah berat badan, sehingga lupa bahwa ada yang ingin anak tunjukkan. Atau bisa jadi terlalu lama mencari tahu kehidupan orang, sehingga anak yang dihadapan jadi luput dari perhatian. Kita perlu prioritas kita sesungguhnya, yang ada saat ini ada dihadapan kita. Menyadari bahwa aplikasi itu memang dirancang sedemikian rupa agar kita menghabiskan banyak waktu di sana, sedangkan apa yang ada di depan mata adalah apa adanya kehidupan kita. Wajar jika terasa kurang menarik, namun sadari, bahwa kenyataan itulah yang sebenar-benarnya kehidupan kita. 

Jadi tujuan dari pembahasan kita ini bukanlah untuk terus fokus pada anak sepanjang waktu, tapi untuk bisa menempatkan diri dengan tepat. Supaya kita bisa menemukan keseimbangan diantara banyak peran yang kita jalani, diantara banyak urusan yang perlu diselesaikan. Untuk menunjukkan pada anak-anak kita bahwa mereka penting dan kita memahami apa yang mereka butuhkan. Sederhananya, dengan banyak peran yang kita emban itu, kita perlu membagi waktu dan tenaga untuk semuanya. Sesuai dengan porsi kebutuhan masing-masing. Dalam hal ini, ternyata bukan hanya anak, kita sebagai orang tua juga perlu pengaturan screen time. 

  • Tahu berapa banyak kita menggunakan gadget dalam sehari. Ini bisa dilihat dari pengaturan pada gadget kita tersebut, yang menghitung penggunaan screen time harian rata-rata yang kita gunakan. Fitur ini biasanya juga dilengkapi dengan berapa waktu yang kita habiskan dimasing-masing aplikasi. Mungkin kita akan terkejut saat mengetahui berapa banyak waktu yang kita habiskan disana. Sadari, apakah memang sebanyak itu kita perlu berada disana?
  • Jauhkan gadget terutama handphone dari jangkauan saat sedang bermain bersama anak. Jika ada yang mendesak tentu akan masuk panggilan, yang bisa kita ketahui dari deringnya. Jika tidak, kita bisa membiarkan orang-orang diluar sana menunggu balasan. Normalisasi pesan yang tidak direspon seketika. 
  • Tentukan waktu spesifik kita bermain dengan anak setiap hari, setidaknya lima belas menit yang penting tanpa distraksi apapun. Seusai kerja sebelum tidur misalkan, luangkan lima belas menit untuk mereka bercerita atau bermain bersama.  Mereka tidak perlu waktu yang lama, tapi mereka perlu waktu yang berkualitas ketika seluruh perhatian kita curahkan hanya untuk mereka.
  • Tentukan juga waktu dan tempat yang bebas dari gadget, paling disarankan adalah waktu makan dan waktu tidur. Jauhkan segala macam gadget dari area makan dan area tidur, gunakan untuk bincang-bincang keluarga, bertukar cerita hari ini ada kejadian apa saja. 
  • Tetap berpijak pada kenyataan dimana kita perlu sadar kapan anak-anak sedang mencoba mendapatkan perhatian kita, tanggapi perilaku mereka dengan segera terutama tingkah baiknya. Jangan sampai ketika mereka berperilaku negatif baru kita memperhatikan, karena meskipun berhadiah omelan, perilaku tersebut akan terus berulang. 

Sebenarnya jika disederhanakan, landasan penting kita dalam pengasuhan yang tidak terdistraksi adalah kesadaran. Sadar bahwa kita memiliki peran sebagai orang tua, sebagai orang yang bertanggung jawab atas kehidupan anak, sebagai orang yang harusnya menjadi teladan bagi mereka, sebagai orang pertama yang mengenalkan dunia pada mereka, sebagai orang yang menyatakan bahwa mereka ada prioritas utama kita. Sadari itu, lalu lakukan penyesuaian. Dulu sebelum menjadi orang tua mungkin kita bisa pulang kerja langsung rebahan, tapi kini kita perlu bermain dulu dengan mereka. Dulu mungkin kita makan sambil menonton, tapi kini tidak lagi karena ada cerita yang perlu didengarkan. Ini juga kebiasaan lebih baik agar tidak lagi kita melakukan aktivitas menyambil.

Kemudian, kita perlu terus belajar dan berlatih. Kadang memang kita perlu pengaturan teknis agar bisa lebih disiplin. Mengatur kapan waktu bermain dengan anak, dari jam berapa sampai jam berapa mengerjakan pekerjaan, kapan mengurus urusan rumah, kapan mengurus urusan orang lain, kapan berleha menghibur diri dengan ponsel ditangan. Atur waktunya dan disiplin menjalankannya. Tidak semua hal perlu kita lakukan dalam satu hari, tidak semua informasi dan perkembangan perlu kita perbarui setiap saat. Atur prioritas kita dengan keterbatasan waktu dan perhatian yang kita punya. 

Sebagai ibu yang mengasuh anak sembari bekerja dir rumah, ada beberapa hal yang bisa saya tambahkan selain kiat umum diatas diatas, antara lain adalah:

  • Disiplin dengan rutinitas. Ini hal teknis yang penting namun sering terabaikan. Seolah pekerjaan di rumah tanpa pengawasan bisa membuat kita lengah. Padahal konsistensi ada untuk diri kita sendiri. Bangun pagi jam berapa, perlu mengerjakan apa saja, lalu apa aktivitas dengan anak dan jam berapa perlu dilakukan. Atur kegiatan dan waktunya, jika perlu tuliskan agar lebih jelas. Buat rutinitas. Jika anak paham rutinitas, punya bayangan besok akan melakukan apa, mereka jadi lebih mudah juga bekerja sama. 
  • Komunikasikan dengan anak. Dari hari-hari sebelumnya, ulangi saja terus setiap malam hingga mereka paham bagaimana rutinitas. Lalu ketika sedang bekerja di rumah, kita bisa memilah mana permintaan anak yang perlu segera direspon dan mana yang bisa ditunggu. Komunikasikan semuanya. Jelaskan pada anak hingga pukul berapa kita bekerja sehingga perhatian kita tidak bisa utuh untuk mereka. Bicara dengan jelas dan konkret. Tatap mata mereka dan biarkan mereka merespon. Hindari pembicaraan yang terburu-buru dan tidak fokus. 
  • Jika dalam waktu bermain ternyata ada hal penting lain yang perlu kita lakukan, sampaikan pada mereka. Tatap matanya, lalu katakan, maaf tunggu sebentar ya, ibu mengerjakan ini dulu karena mendesak. Mungkin kita perlu menjauh beberapa saat, berpindah ruangan, tidak apa. Lakukan dengan cepat dan kembali pada mereka sesuai dengan janji kita sebelumnya. Ucapkan terima kasih karena mereka telah menunggu. 
  • Menjauhkan ponsel dari jangkauan adalah hal terbaik yang bisa kita upayakan saat bersama mereka. Agar mata kita tidak terus tertuju ke layar itu, agar tangan kita tidak tiba-tiba mengambilnya ketika mereka sedikit lengah. Benar-benar masuki dunia mereka, beraktivitas dalam frekuensi yang sama dengan mereka, dan abaikan saja notifikasi jika bukan panggilan mendesak. Akan ada waktunya nanti.

Tidak mudah memang mengalihkan perhatian jika sudah tersedot dalam visual layar yang begitu mengagumkan. Namun, anak-anak ini tidak akan selamanya menginginkan perhatian kita. Akan tiba saatnya kita yang mengemis perhatian mereka. Namun saat ini waktu kita bersama mereka, menciptakan dunia yang aman dan indah bagi mereka. Lagipula, mereka akan mencotoh kita tentang bagaimana memberi perhatian pada orang yang disayang, bagaimana hubungan orang tua dan anak seharusnya. Mereka nanti akan meniru bagaimana kita hari ini. Nah, selamat berjuang, orang tua masa kini!



Salam, Nasha

Mungkin tidak asing bagi kita menyaksikan pemandangan anak bermain didepan orang tua yang fokus pada gadget mereka. Mungkin juga kita salah satu dari orang tua yang demikian. Saking maraknya, pola pengasuhan begini disebut sebagai satu fenomena bernama distracted parenting. Sebenarnya hal ini bisa dipahami karena hampir semua urusan kini perlu kita lakukan melalui ponsel dalam genggaman. Namun para ahli sudah meneliti kejadian ini hingga sampai pada beberapa kesimpulan yang kurang menyenangkan. Pola asuh terdistraksi itu memiliki beberapa resiko, yang jika sempat mengamati beberapa saat mungkin akan kita temukan sendiri, dampak nyatanya pada diri kita sebagai orang tua, pada anak-anak kita, juga pada hubugan diantara keduanya. 


Distracted Parenting

Dalam New York Post pada 2017 lalu, diskusi para dokter spesialis anak tentang screen time menemukan suatu kondisi baru yang perlu dibahas yakni kebiasaan screen time para orang tua. Meski belum semasif sekarang, namun ditahun itu, handphone sudah berganti nama menjadi smartphone, sebuah perangkat yang berisi begitu banyak hal mulai dari pesan instan, media sosial, hingga berbagai aplikasi mengedit dokumen. Kecanggihannya membuat candu, kecepatannya membuat aktivitas menggulir layar menjadi tak terasa, kadang hingga membuat kita tenggelam dalam racikan audio visual yang ditampilkan. Sayangnya, kekaguman kita pada kehebatan perangkat tersebut sering membuat kita lupa diri, lupa pada lingkungan nyata yang sedang dihadapi, sehingga menjadi kurang responsif pada apa yang terjadi. Salah satunya dalam pengasuhan yang sedang kita kerjakan, orang tua yang teralihkan, tidak fokus pada anak-anak yang ada di hadapan mereka. Inilah yang menjadi dasar istilah distracted parenting.

Sejak saat itu semakin banyak para ahli dan praktisi yang membahasnya tentang pola pengasuhan ini. Bagaimana karakteristiknya, dampak-dampaknya, hingga apa yang perlu dilakukan untuk menyiasati keadaan ini. Dalam berbagai kajian tersebut, para ahli sepakat bahwa distracted parenting memiliki banyak dampak negatif hingga resiko yang cukup memprihatinkan terutama pada anak serta hubungan keduanya. Jika dirinci, resiko tersebut antara lain adalah:


  • Mengancam keselamatan anak
Resiko ini dikaitkan dengan banyaknya kasus kecelakaan ditaman bermain yang dihubungkan dengan kelalaian pengasuh mereka karena terdistraksi oleh ponsel. Beberapa kecelakaan di rumah juga bisa terjadi karena pengasuh atau orang tua tidak begitu memperhatikan anak karena sibuk menatap layar mereka. 


  • Merenggangnya hubungan orang tua dan anak
Sebagai makhluk sosial kita membutuhkan interaksi langsung yang melibatkan panca indra kita. Mulai dari tatapan mata, ekspresi, nada bicara; dimana jika terlalu sibuk dengan gadget, kebutuhan kita tersebut tidak akan terpenuhi. Akibatnya hubungan yang terjalin jadi menurun kualitasnya. 
  • Menghambat pertumbuhan anak, terutama bagian bahasa, kognitif, juga regulasi diri
Untuk bisa berkembang optimal, anak membutuhkan stimulasi yangtepat sesuai usia mereka. Perlu diajak bicara dua arah untuk meningkatkan kemampuan bahasa, perlu memperhatikan ekspresi, nada, tatap mata dari lawan bicara agar kecerdasan kognitifnya membaik, juga perlu teladan dan penjelasan sehingga bisa belajar meregulasi diri. Hal-hal ini akan sulit didapatkan anak jika pengasuh atau orang tuany terlalu sibuk dengan layar mereka. 


  • Perilaku menantang untuk mendapatkan perhatian
Untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan yaitu perhatian, anak akan mulai berbicara dengan lebih keras, berteriak, hingga mengganggu orang lain ataupun melakukan hal berbahaya. Ini semata agar pengasuh atau orang tua bisa melepaskan gadget dan melihat ke mereka. Melihat yang telah mereka lakukan, melihat wajah mereka. Meskipun ujungnya adalah omelan setidaknya mereka mendapat perhatian. 
  • Anak merasa kurang dihargai
Anak merasa orang tua adalah dunia mereka, namun jika dunia mereka saja berpaling, apa yang anak rasakan? Kemungkinan besar mereka merasa tidak berharga, kurang menarik sehingga tidak diberi perhatian. Ini memicu sikap rendah diri pada anak. Kepercayaan diri mereka akan tergerus seiring dengan perhatian yang beralih terus. Menurut saya, resiko ini yang paling panjang dampaknya. Dengan ketidak percayaan diri, anak bisa sulit berprestasi, mereka rentan dibully, mereka sulit menghargai hidup dan diri sendiri. 
  • Orang tua cenderung reaktif, merespon tingkah anak dengan berlebihan
Bayangkan ketika kita sedang asyik menyaksikan video pendek dilayar atau sedang berkonsentrasi menyimak penjelasan yang ada disana namun anak malah memanggil minta bantuan. Bukankah masuk akal tampaknya kita akan reaktif? Menganggap anak adalah distraksi dari apa yang kita lakukan. Akibatnya, kita merespon tingkah mereka dengan kesadaran yang tidak penuh, reaksi kita cenderung menjadi lebih kasar. Tampaknya marah pada apa yang mereka lakukan, padahal karena kita teralihkan dari keasyikan dilayar yang sedang kita lakukan. 


Cukup mengerikan rasanya hanya dari membahas resiko-resiko diatas saja. Hal-hal itu sudah terbukti secara ilmiah dan bisa kita rasakan sendiri. Mungkin ada harinya kita begitu, mungkin dulu kita pernah seperti itu, sayang sekali kita tidak menyadari. Kita yang sedang mengasuh, kita yang teralihkan pada layar, kita yang meremehkan pengasuhan, kita yang tidak bersungguh-sungguh hadir untuk mereka yang menganggap kita adalah dunianya. 

Fakta menarik lainnya, adalah bahwa orang tua zaman kini memiliki lebih banyak waktu bersama dengan anak mereka dibandingkan orang tua zaman dulu. Penelitian yang dikhususkan pada ibu bekerja pada 2018 menunjukkan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak waktu mengasuh anak dibandingkan dengan ibu-ibu pada sekitar tahun 1960-an. Sayangnya, kehadiran raga tersebut tidak diiringi dengan kehadiran jiwa. Tubuh memang lebih banyak hadir, tapi kedekatan emosional justru jauh menurun. Keterikatan hubungan orang tua dan anak bisa dibilang berada dalam kualitas yang rendah. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa kecanggihan teknologi memungkinkan kita melakukan banyak hal tanpa menggerakkan tubuh untuk bepergian. Dari rumah saja, sembari membersamai anak, kita bisa mengurus banyak hal. Bisa jadi inilah yang membuat waktu kebersamaan kita dengan anak menjadi panjang. Meskipun sedang mengawasi mereka, ada banyak pekerjaan kita yang dimudahkan dengan teknologi gadget tersebut. Banyak juga silaturahmi yang terjalin berkat aktifnya kita dengan perangkat itu. Tidak mungkin rasanya kehidupan kita dipisahkan dari alat canggih itu. Tapi ada banyak pula resiko yang ingin kita hindari dengan tetap ponsel dalam genggaman. Kembali ke diri kita sendiri, bagaimana kita bisa menyeimbangkan hal-hal tersebut. Bagaimana kita mengatur agar tidak ada yang terbaikan, bagaimana kita berkomunikasi sehingga semuanya bisa merasa cukup adil, serta bagaimana kita sendiri menyadari dengan penuh bahwa apa yang kita lakukan memiliki dampak dimasa depan. 



Salam, Nasha

Kasus bullying seolah terus bergulir tanpa akhir. Bukan hanya baru-baru ini, tapi terjadi sudah sejak dulu seakan menjadi hal turun temurun yang sulit dihapuskan. Bahkan tidak hanya pada anak-anak namun juga pada orang dewasa yang perkembangan otak dan emosinya, harusnya sudah sempurna. Sebagai orang tua wajar jika kita khawatir akan hal ini. Merasa waspada, jangan sampai anak kita terlibat dalam perilaku tersebut, jangan menjadi pelaku juga jangan sampai menjadi korban. Tidak ada yang lebih baik diantara keduanya. Meskipun masih tergolong belia, anak-anak bisa kita ajarkan sejak kini agar kedepannya bisa terhindar dari keterlibatan pada perilaku bully ini.  


Bullying pada Anak

Kita mungkin lebih mengenal istilah bullying daripada perundungan, namun keduanya memiliki arti yang sama. Kondisi yang terjadi dalam pertikaian antara pihak-pihak tidak setara, dimana salah satu pihak lebih kuat dibanding yang lainnya. Kekuatan ini bisa diperhitungkan dari banyak aspek seperti jumlah orangnya, ukuran tubuhnya, selisih usia, kekuatan fisiknya, ataupun kondisi mentalnya. Perundungan bisa terjadi ketika pihak pertama mampu mendominasi pihak kedua dengan kelebihan yang ia miliki, sehingga perilaku perundungan ini biasanya tidak hanya sekali dua kali tapi juga terus menerus. Ini hal mendasar yang perlu kita pahami, bahwa perundungan terjadi karena ada selisih kekuatan antara kedua belah pihak, ketika kedua belah pihak memang merasa tidak setara. 

Berdasarkan penjabaran itu, seorang pelaku perundungan cenderung adalah mereka yang terbiasa melihat orang yang berbeda dengan lebih rendah, merasa berhak untuk mendominasi karena merasa lebih tinggi, merasa berhak atas yang lainnya. Sedangkan korban perundungan cenderung adalah mereka yang memiliki kepercayaan diri rendah, memang merasa berbeda atau lebih lemah, hingga tidak merasa cukup berharga. Anak-anak yang terlibat dalam lingkaran ini biasanya mereka yang juga memiliki masalah sebelumnya, bisa kita awali dari pola pengasuhan yang kurang tepat seperti ayah ibu yang bertengkar dengan kasar didepan anak, lingkungan tumbuh anak yang menormalisasi bullying, hingga anak yang sering menyaksikan video kekerasan.

Pada anak-anak, bullying bisa berupa perundungan fisik seperti mendorong, mencubit, memukul, menendang; perundungan verbal dengan kata-kata yang mengejek, merendahkan,  mengancam; serta perundungan sosial seperti mengucilkan atau mendiamkan bersama-sama. Semua hal itu bukan tidak mungkin terjadi pada anak-anak usia dini. Meski data menunjukkan angka tertinggi perilaku bully ada pada anak rentang usia sepuluh hingga dua belas tahun, namun faktanya perundungan bisa terjadi pada anak sejak usia mereka tiga tahun, ketika anak mulai berinteraksi dalam kelompok sosial. 

Bisa jadi dalam kelompok pra sekolah tersebut, seorang anak yang merasa lebih berkuasa bertemu dengan anak lain yang tumbuh rendah diri. Anak yang berkuasa ini biasa mendapatkan apa yang ia inginkan, tidak peduli jika itu milik anak lain, tidak peduli jika itu didapatkan dengan cara menghasut ataupun mengancam. Bisa jadi anak dengan latar belakang berbeda tersebut terbiasa tidak mampu bersuara, terbiasa melihat orang tuanya berjalan menunduk, hingga ia pun rentan menjadi sosok serupa. Dari sanalah kasus perundungan bisa bermula, lalu terus meningkat semakin intens seiring dengan pertumbuhan anak hingga remaja. Jika dari usia sedini itu perundungan sudah dimulai, tentu tidak ada lagi pihak yang lebih bertanggung jawab daripada orang tua.


Menciptakan Kebiasaan Anti Bullying dari Rumah

Kita tentu sepakat bahwa perundungan adalah tindakan yang tidak bisa dibenarkan dari segi apapun, baik itu sebagai pelaku ataupun korban. Dampaknya bisa jangka panjang terbawa hingga anak-anak dewasa, mulai dari sakitnya fisik mereka, terganggunya kesehatan mental mereka, hingga pada bagaimana mereka menjalani hidup dan menjadi manusia seperti apa mereka nantinya. Maka sebagai orang tua sudah menjadi tugas kita untuk mengantisipasinya dari rumah, mengindarkan anak dari bahaya bullying ini. 

  • Connection Before Correction

Sebagai dasar dari segala pola pengasuhan, sangat penting untuk kita membangun ikatan dengan anak. Sebelum mengoreksi apa yang mereka lakukan, sebelum menasihati, pastikan kita adalah sosok yang hadir bagi mereka, sehingga anak-anak pun percaya pada orang tuanya. Hubungan baik antara anak dan orang tua akan membuat anak merasa bahwa ia memiliki tempat aman untuk menuangkan segala permasalahan dan perasaannya.

  • Tekankan Bahwa Anak Berharga
Anak harus tahu bahwa kehadirannya begitu berharga, dimana penghargaan ini harus dimulai dari lingkungan pertamanya yakni di rumah. Setiap hari ucapkan kata sayang, tunjukkan gestur bahagia, bangga, bersyukur atas kehadirannya. Cukup dengan kehadirannya saja bukan pada apa yang ia lakukan. Sebagai orang tua, kitalah yang menayangi mereka terlepas dari apa yang mereka lakukan, kan? Anak yang merasa berharga akan melihat dirinya sendiri pantas diperlakukan dengan baik.
  • Ajarkan Bahwa Setiap Kita Setara
Meski setiap anak itu berbeda, namun semua anak itu setara sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tidak peduli bentuk fisiknya, latar belakang keluarganya, pakaian atau mainan yang ia miliki. Namun, sebelum mengajarkan anak, kita sendiri perlu benar-benar meyakini hal tersebut dan mencerminkannya. Membiasakan anak agar melihat siapa saja dengan sama, ia bisa berteman dengan siapa saja, tidak merasa lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada teman lainnya.  
  • Pupuk Kepercayaan Diri Anak
Dari kalimat dan gestur berharga yang kita tunjukkan setiap hari, kita bisa melatih mereka untuk tampil percaya diri. Dengan penampilan yang rapi sesuai dengan kondisi, dengan bahasa tubuh yang percaya diri seperti badan tegap, kepala tegak, berbicara dengan menatap mata orang dan pelafalan yang jelas, juga tersenyum. Dalam keseharian juga, kita perlu mengapresiasi apa yang mereka sudah lakukan yang menyorot prosesnya bukan hasil, lalu dorong anak untuk mencoba hal-hal baru, dan normalisasi ketidak sempurnaan, kadang-kadang kita salah atau tidak bisa, namun itu tidak apa-apa.

  • Batasan Diri
Anak juga perlu diajarkan tentang batasan diri. Mulai dari tubuhnya sendiri, pada area yang boleh disentuh dan yang tidak boleh. Pada perlakuan yang bisa diterima dan yang tidak. Dengan ini kita juga perlu membiasakan untuk tidak meremehkan apapun yang anak pikirkan ataupun rasakan. Jangan sampai ketika mereka sedih lalu kita tanggapi dengan gurauan, jangan sampai ketika mereka merasa kesal dan marah kita balas dengan kan cuma bercanda, jangan sampai ketika mereka mengungkapkan ketidak sukaan kita malah melabeli mereka. Anak tidak perlu mengubah siapa dirinya juga apa yang ia rasakan agar bisa diterima. Wajar dalam suatu kelompok ada yang menyukainya, ada pula yang tidak menyukainya. Ia boleh meninggalkan mereka yang tidak bisa menghargai dirinya ataupun batasan yang ia tentukan. Anak juga tidak apa merasa terganggu dengan candaan yang orang ciptakan. Bercanda itu harusnya menyenangkan bagi kedua belah pihak, bukan hanya salah satu. 
  • Jadilah Teladan
Apa yang anak lakukan sebenarnya adalah cermin dari apa yang mereka saksikan. Ketika anak berlaku kasar, maka sepantasnya kita merefleksikan bagaimana perilaku yang biasa ada di sekitar mereka. Untuk menghindari periaku perundungan, kita juga tidak boleh merundung orang lain. Tidak merendahkan, tidak mengintimidasi, juga tidak berkata ataupun berlaku kasar pada orang lain.

  • Keterampilan Sosial Dasar
Keterampila ini bisa kita ajarkan jauh sebelum anak keluar dari lingkaran rumahnya. Kita bisa memulainya dari interaksi kita pada anak atau anak dengan saudaranya. Bagaimana pbertemu orang baru, apa yang perlu anak lakukan, apa yang tidak boleh ia lakukan, serta apa saja adab dan norma kesopanan yang harus ia pegang.  Jangan lupa, biasakan anak untuk bisa berempati dengan apa yang orang lain rasakan, karena biasanya pelaku perundungan tidak memiliki empati pada orang lain. Hal ini bisa kita lakukan dengan memvalidasi perasaan anak, mengajarkan mereka tentang berbagai emosi tersebut juga cara menghadapinya, hingga mengajak mereka untuk membantu atau bekerja sama dalam pekerjaan rumah. 

  • Kerja sama dengan Pihak Sekolah

Ketika anak benar-benar kita ajak keluar dari rumah, memiliki rutinitas harian dalam kelompok sosial tertentu, maka penting untuk kita memastikan bahwa lingkungan baru tersebut memiliki persepsi yang sama tentang perundungan. Bagaimana sekolah memandang dan menyikapi bullying, apa yang guru lakukan ketika ada anak yang merundung anak lainnya, pendekatan seperti apa yang dilakukan, apa yang sekolah upayakan untuk mencegah hal tersebut,apa yang sekolah lakukan ketika ada anak yang mengadu telah diganggu atau dirundung oleh temannya. Bicarakan dengan sekolah tentang kemungkinan-kemungkinan tersebut. Bahwa sekolah atau guru harusnya bisa menjadi tempat bagi anak untuk mengadu, bahwa kita perlu bekerja sama menciptakan lingkungan dimana anak tidak dibiasakan untuk membalas dendam, ia perlu membela diri dengan menghentikan perilaku tidak menyenangkan namun tidak membalas perilaku serupa. Maka ketika keadaan sudah diluar kendalinya, ada orang-orang dewasa yang akan menanganinya. 


Bullying memang adalah hal yang kompleks, mengingat kejadiannya bisa ada dimana saja dan melibatkan siapa saja. Tetapi kita bisa menekan angkanya, mencegah kejadiannya, dari apa yanng kita ajarkan di rumah. Apa yang kita usahakan sekarang, mudah-mudahan benar menjadi bekal bagi mereka nantinya. apa yang kita persiapkan dari rumah mudah-mudahan cukup bagi mereka bawa hingga keluar. 



Salam, Nasha

Dengan teknologi yang semakin canggih dan cepatnya informasi yang bisa didapatkan, kita seolah semakin terikat dengan ponsel pintar dalam genggaman. Tidak lengkap rasanya jika berjauhan dengan benda mungil tersebut. Berbagai kondisi dirumuskan akibat dari fenomena ini, salah satunya doomscrolling atau penelusuran didunia maya yang sulit kita hentikan. Sebenarnya, ketika kita benar menyadari, kita sendiri akan paham dampak negatifnya. Untuk itu, kita mencoba sedikit membatasi diri, salah satunya dengan socmed detox atau berjarak sementara dari media sosial. Kabar baik setelahnya, ternyata menjaga diri begini bisa bisa mendorong pada hakikat kita sebenarnya yakni sebagai manusia sosial yang tidak terpaku hanya pada layar. 


Doomscrolling

Tidak sulit mencari pemberitaan yang bisa men-trigger kita sebenarnya, mulai dari topik politik, keuangan, hingga hiburan. Berita-berita yang memang dimanfaatkan dengan baik oleh media, mengikuti kondisi tubuh kita secara fisiologis yang lebih reaktif pada pemberitaan negatif dibanding berita netral ataupun positif. Hasilnya, engagement mereka lebih tinggi, hal yang menguntungkan secara bisnis. Tidak ada pelanggaran dalam hal tersebut, sah-sah saja, namun ini perlu kita sadari sebagai pengguna, sebagai pihak yang harusnya punya kuasa penuh atas berita yang kita akses.

Saya sendiri mengakui, ketika ada pemberitaan negatif, tentang korupsi atau gratifikasi belakangan misalnya, saya akan terus mencari pemberitaan lain yang berhubungan dengan kasus tersebut. Baik dari komentar sesama pejabat, selebritis, hingga komentar warganet atau info-info sampingan yang berhubungan dengan tokoh tersebut. Seolah tidak cukup hanya mengetahui berita intinya saja. Penelusuran inilah yang diistilahkan dengan doomscrolling. Kebiasaan yang tanpa sadar sering kita lakukan, yang jika saja kita benar-benar menyadarinya, kita akan paham bahwa ini tidak sehat dan baik bagi diri kita sendiri. 

Kita tahu bahwa berita tersebut menimbulkan kekesalan, amarah, juga kekhawatiran bahkan ketakutan, namun kita tidak bisa berhenti mencari tahu tentang hal tersebut. Dari berita keserakahan pelaku korupsi, kita merasa kesal, marah, tak habis pikir padahal sudah sangat lebih dari cukup mereka tampaknya, lalu kita khawatir bagaimana nasib kita kedepannya, hopeless ataupun frustasi pada hidup sendiri yang rasanya berjalan ditempat. Tapi jari kita terus menggulir berita tentang aliran kekayaannya, kerusakan yang ia perbuat, hingga profil pelaku tersebut lengkap dengan siapa saja keluarganya. 

Ini sebenarnya hal yang wajar untuk dilakukan, apalagi tidak ada standar yang jelas bahwa penelusuran yang kita lakukan ternyata normal untuk karena penasaran ingin mendapatkan keseluruhan ceritanya atau sudah dapat dikategorikan doomscrolling yang meningkatkan kecemasan dan tidak sehat bagi mental.  Kasus yang sama bisa memiliki efek yang berbeda bagi tiap pengguna. Hanya diri kita sendirilah yang paling tahu, apakah setelah penelusuran berita negatif tersebut kita merasakan perubahan emosi yang signifikan atau tidak. 

Melansir laman clenveland clinic, sebenarnya apa yang kita lakukan bisa dijelaskan secara ilmiah. Ketika membaca berita negatif yang membuat kita merasa tertekan, kita cenderung mencari informasi yang bisa mengkonfirmasi perasaan kita tersebut. Begitulah doomscrolling, penelusuran terus menerus itu akan mengkonfirmasi perasaan negatif yang kita rasakan. Jika kita terus melakukannya, tentu ini menjadi kebiasaan yang tanpa sadar kita lakuan, mencari ponsel kapanpun terasa lowong bahkan beberapa menit ketika kita menunggu lampu merah atau ketika ke toilet. Bukan hanya karena konsumsi berita negatif namun kebiasaan tanpa kesadaran ini bisa meningkatkan otak kita dalam putaran emosi negatif yang tidak sehat. 

Berbicara mengenai dampaknya, seperti yang tadi sudah disebutkan, mungkin kita sendiri bisa menyadari bahwa ketika sekali kita melakukannya, hal ini bisa mengubah suasana hati kita, menurunkan konsentrasi pada aktivitas apa yang seharusnya dilakukan. Lalu jika kita teruskan, akibatnya bisa pada berbagai penyakit mental. Tidak sedikit penelitian yang menyebutkan bahwa akses berita negatif dapat meningkatkan resiko penyakit mental seperti gangguan kecemasan hingga depresi serta penyakit fisik seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. 


Socmed Detox

Sederhananya, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi doomscrolling adalah menghentikan kebiasaan tersebut. Tidak lagi melakukan penelusuran terus menerus pada berita yang melelahkan mental kita, pada penampakan dimedia sosial yang menimbulkan reaksi negatif dari tubuh. Salah satunya dengan mencoba socmed detox atau detox media sosial, sebuah upaya untuk membatasi diri dari akses ke jejaring sosial secara sementara atau bahkan secara permanen. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan:

    - Menjauhkan ponsel dari jangkauan terutama ketika tidur malam
    - Membatasi durasi penggunaan, kelola dalam pengaturan apps yang bersangkutan
    - Membuat jadwal kapan diperbolehkan mengakses media sosial tersebut
    - Mematikan notifikasi aplikasi media sosial
    - Menghapus aplikasi media sosial bahkan memblokir situs jejaring sosial

Tidak mudah memang melakukan kelima hal diatas, terutama jika kita benar sudah terlalu terikat dan kecanduan sehingga setiap tangan kosong rasanya ingin segera meraih ponsel dan membuka aplikasi media sosial tanpa kesadaran penuh, tanpa tujuan yang jelas untuk apa atau kadang dengan tujuan yang dibuat-buat. Tapi percayalah, semua itu akan sepadan. Beratnya hanya dihari-hari awal, selanjutnya tubuh akan menyesuaikan diri lagi melakukan hal-hal lainnya. 

Jika dirunut, socmed detox ini memiliki beberapa dampak positif seperti:

- Meningkatkan kualitas tidur
- Meningkatkan mood positif
- Mengurangi kecemasan
- Menghindari depresi

Keempat hal diatas sudah dibuktikan secara ilmiah sejak beberapa tahun lalu dalam berbagai penelitian. Disebutkan juga bahwa waktu yang paling sering kita gunakan untuk scrolling yakni sebelum tidur adalah waktu terburuk untuk melakukannya. Ini bisa mengacaukan aktivitas otak yang ujungnya menurunkan kualitas tidur lalu menurunkan juga kebugaran kita saat terbangun di pagi hari hingga akhirnya menurunkan kualitas hari selanjutnya yang kita jalani. Belum lagi jika hal-hal yang kita lihat justru yang menimbulkan emosi negatif, efeknya bisa overthinking, sulit tidur, atau justru masuk menuju alam bawah sadar kita.     

Bagi saya sendiri, yang sangat jelas terasa adalah damainya pikiran. Ada kelegaan seolah pikiran akhirnya memliliki ruang kosong tanpa dipenuhi oleh kebisingan terus menerus. Pikiran saya sendiri seolah bergerak lebih tenang, bukan lagi dalam ritme yang panik dan terburu-buru. Saya jadi bisa melakukan hal lain dengan lebih berkesadaran, secara utuh hadir tanpa memusingkan hal-hal lainnya, tanpa gejala ingin segera memegang ponsel untuk berselancar dimedia sosial. Rasanya sungguh menenangkan. Menghilangkan aktivitas tubuh pasif dengan scrolling juga membantu tubuh kita jadi kembali pada hakikat sesungguhnya yakni aktif bergerak. Kita lebih menikmati olahraga, membaca buku, atau diam saja menikmati apa yang terjadi disaat itu, menjadi hadir seutuhnya, memenuhi apa yang sesungguhnya diri kita ini butuhkan.



Setelah itu, bisa saja kita kembali pada kebiasaan lama. Awalnya mulai membuka aplikasi jejaring ssial untuk tahu kabar kerabat, lama kelamaan jadi membukanya lagi tanpa kesadaran penuh. Maka, setelah socmed detox dan merasakan manfaatnya, kita tetap perlu mengelola akses pada media sosial ini agar penggunaannya benar-benar baik sesuai dengan tujuan. Ada beberapa kiat yang bisa kita mulai agar akses kita pada media sosial menjadi lebih sehat. 

  • Memahami
Pahami bahwa sesungguhnya ketika kita mengakses media sosial, bukan hanya kita memberi jalan bagi diri sendiri untuk mengetahui dunia tapi juga membuka pintu bagi dunia untuk memasuki diri kita. Apa yang tersedia disana, bsa mempengaruhi kita baik sedikit ataupun sepenuhnya, apa yang kita konsumsi di media sosial tersebut bisa mengubah apa yang ada didalam diri kita. 

  • Menyadari
Menjadikan aktivitas scrolling sebagai aktivitas yang kita lakukan dengan kesadaran penuh bukan aktivitas yang mindless atau autopilot. Tahu apa tujuannya, niatkan sejak awal membuka media sosial untuk apa sehingga kita tidak tenggelam saat berselancar disana. Lalu sudahi ketika maksud awalnya sudah terpenuhi. 

  • Atur Jadwal
Tentukan prioritas apa yang perlukita lakukan yang lebih penting daripada sekedar mengetahui kabar kerabat atau melihat apa yang dilakukan orang lain. Lakukan yang lebih penting terlebih dahulu. Lalu, tentukan kapan waktu terbaik bagi kita untuk mengakses media sosial (hindari sebelum waktu tidur) dan berapa lama durasinya. Atur dan disiplin mematuhinya. 

Media sosial diciptakan dengan niat baik agar memudahkan kita terhubung dengan orang lain, sayangnya ia juga diciptakan agar kita bisa terus menerus berada di sana. Maka, kebijakan kita sebagai penggunalah yang menentukan, dimana batas kita bisa mengaksesnya. Apakah penggunaannya sampai menurunkan kualitas kesehatan kita atau tidak. Apakah penggunannya menurunkan kualitas hubungan nyata dengan orang yang benar-benar ada disekitar kita atau tidak. Kita yang berkuasa penuh atas itu.



Salam, Nasha

Meski rasanya kita baru memasuki tahun ajaran baru, namun bulan ini beberapa sekolah sudah mulai membuka pendaftaran untuk tahun ajaran berikutnya. Biasanya ada harga khusus untuk murid yang mendaftar pada periode awal ini yang bisa kita manfaatkan. Tentunya sebelum mendaftar, kita perlu menetapkan dulu kriteria sekolah yang sesuai dengan keluarga masing-masing. Dari sana, kita bisa menyeleksi sekolah yang kita inginkan, lokasi yang memungkinkan, serta persiapan biaya yang dibutuhkan. Nah, untuk area Jogja serta Sleman bagian utara berikut ada beberapa SD yang bisa jadi pilihan beserta biaya yang dibutuhkan.



Sebelum pindah beberapa waktu lalu, kami sempat punya rencana untuk mendaftarkan anak di salah satu SD swasta di wilayah Jogja yang artinya Kota Jogjakarta dan Kabupaten Sleman yang  mengelilinginya. Mengingat pendaftaran sekolah di sana cukup ketat, pencarian pun sudah dimulai sekitar awal tahun lalu agar kami bisa mempersiapkan biayanya. Informasi ini didapatkan dengan komunikasi daring ke pihak-pihak sekolah secara langsung.  Daripada informasi ini menjadi arsip pribadi saja, lebih baik saya bagikan siapa tahu ada juga orang tua yang sedang mencari informasi sama. 

Daftar sekolah ini saya dapatkan dari lama resmi Kemdikbud, yang saya pilih dengan akreditasi A lalu dipisahkan berdasarkan lokasinya yakni di Kec. Ngaglik, Kec. Depok, Kec. Mlati, Kec. Sleman, serta di Kota Jogjakarta itu sendiri tapi cenderung bagian utaranya seperti di Kec. Jetis serta Kec. Tegalrejo. Pemilihan lokasi ini tentu disesuaikan dengan domisili serta akses masing-masing kita. 

Baca Juga: Sekolah Alam, Sekolah Rumah, atau Sekolah Umum, Pilihan Tepat untuk Anak Hebat!


SD Kota Jogjakarta bagian Utara

  • SD Tumbuh 1
Uang Pangkal Total     : 30.500.000
Uang Bulanan                : 1.380.000
Uang Tahunan               : 3.600.000
  • SD Masjid Syuhada 
Uang Pangkal Total     : 12.000.000
Uang Bulanan                : 640.000
Uang Kegiatan               : 2.900.000

    • SD Muhammadiyah Karangwaru
    Uang Pangkal Total     : 9.000.000
    Uang Bulanan                : 320.000
    Uang Kegiatan               : 1.800.000

    • SD Muhammadiyah Sagan
    Uang Pangkal Total     : 9.000.000
    Uang Bulanan                : 300.000
    Uang Tahunan               : 1.500.000

      • SD Muhammadiyah Sapen

      SD Kec. Ngaglik Kab. Sleman

      • SD IT Ash Shiddiq
      Uang Pangkal Total     : 14.000.000
      Uang Bulanan                : 700.000
      Uang Semesteran          : 700.000

        • SD IT Luqman Al Hakim
        Uang Pangkal Total     : 25.000.000
        Uang Bulanan                : 1.500.000
        Uang Tahunan               : 250.000

          • SD IT Hidayatullah
          Uang Pangkal Total     : 15.000.000
          Uang Bulanan                : 850.000

          • SD IT Taruna Al Quran
          Uang Pangkal Total     : 14.000.000
          Uang Bulanan                : 700.000

          • SD Montessori (Jogja Montessori School)
          Uang Pangkal Total     : 27.000.000
          Uang Bulanan                : 650.000
          Uang Tahunan               : 1.500.000

            • SD Salsabila Klaseman
            Uang Pangkal Total     : 9.300.000
            Uang Bulanan                : 650.000
            Uang Tahunan               : 1.500.000

              • SD Islam Al Azhar Cairo
              Uang Pangkal Total     : 9.500.000
              Uang Bulanan                : 650.000
              Uang Tahunan               : 1.500.000

                SD Kec. Depok Kab. Sleman

                • SD Budi Mulia Dua Pandeansari
                Uang Pangkal Total     : 27.000.000
                Uang Bulanan                : 1.400.000
                Uang Tahunan               : 9.000.000

                  • SD Muhammadiyah Condong Catur
                  Uang Pangkal Total     : 19.000.000
                  Uang Bulanan                : 845.000
                  Uang Tahunan               : 1.200.000

                    SD Kec. Mlati Kab. Sleman

                    • SD Budi Utama
                    Uang Pangkal Total     : 21.000.000
                    Uang Bulanan                : 1.000.000
                    Uang Tahunan               : 2.000.000

                      • SD Islam Al Azhar 31
                      Uang Pangkal Total     : 23.000.000
                      Uang Bulanan                : 1.200.000
                      Uang Tahunan               : 5.000.000

                        • SD Islam Al Azhar 55
                        Uang Pangkal Total     : 34.000.000
                        Uang Bulanan                : 1.740.000
                        Uang Tahunan               : 7.000.000

                          • SD IT Yaa Bunayya
                          Uang Pangkal Total     : 10.000.000
                          Uang Bulanan                : 400.000
                          Uang Tahunan               : 2.000.000

                            SD Kec. Sleman Kab. Sleman

                              • SD Muhammadiyah Sleman
                              Uang Pangkal Total     : 15.000.000
                              Uang Bulanan                : 550.000
                              Uang Tahunan               : 700.000

                                SD Swasta Lainnya
                                • SD Sekolahku My School
                                Uang Pangkal Total     : 5.000.000
                                Uang Bulanan                : 600.000 + 300.000 (katering)
                                Uang Tahunan               : 5.000.000

                                  • SD Gistrav Islamia School
                                  Uang Pangkal Total     : 16.500.000
                                  Uang Bulanan                : 1.100.000
                                  Uang Tahunan               : 2.500.000

                                    • SD BIAS 3 Palagan
                                    Uang Pangkal Total     : 25.000.000
                                    Uang Bulanan                : 2.500.000
                                    Uang Semesteran         : 3.600.000
                                    Uang Tahunan               : 3.000.000

                                      • SD Global Islamic School 3
                                      Uang Pangkal Total     : 20.000.000
                                      Uang Bulanan                : 1.425.000
                                      Uang Tahunan               : 6.000.000

                                        • SD Teladan
                                        Uang Pangkal Total     : 16.000.000
                                        Uang Bulanan                : 1.600.000
                                        Uang Tahunan               : 6.000.000

                                          • SD Jogja Green School
                                          Uang Pangkal Total     : 16.000.000
                                          Uang Bulanan                : 950.000
                                          Uang Tahunan               : 2.400.000

                                            • SD Kinderstation (Cahaya Bangsa Utama)
                                            Uang Pangkal Total     : 26.000.000
                                            Uang Bulanan                : 1.600.000
                                            Uang Tahunan               : 6.400.000

                                              • MI Afkaaruna Islamic School
                                              Uang Pangkal Total     : 19.000.000
                                              Uang Bulanan                : 1.200.000
                                              Uang Tahunan               : 6.000.000

                                                Sebenarnya selain biaya, saya juga meminta informasi tambahan seperti jam masuk dan pulang serta ektrakurikuler yang disediakan tiap sekolah, namun untuk lebih ringkasnya disini saya hanya menuliskan biaya yang dibutuhkan saja. Jika perlu informasi lebih lengkap atau kontak yang bisa dihubungi silahkan komen dibawah ya. Semoga bermanfaat!



                                                Salam, Nasha

                                                Semakin hari semakin banyak metode yang diperkenalkan pada kita tentang pola makan yang baik. Entah memang karena pikiran manusia yang terus berkembang atau karena informasi yang berkali lipat mudah tersebarnya. Banyaknya metode itu menempatkan kita pada kebingungan, jadi bagaimana seharusnya? Sebagai praktisi yang sedang belajar mempraktikkan pola makan yang lebih sehat untuk keluarga, saya juga sering bertanya-tanya, mana yang lebih tepat antara pendapat-pendapat yang terlihat sama saja benarnya itu. Pada akhirnya, saya menemukan beberapa hal sederhana yang bisa kita jadikan landasan untuk cara makan sehat kita seharusnya dengan apapun metodenya.



                                                Pentingnya Pola Makan Sehat

                                                Rasanya semakin hari semakin banyak saja penyakit yang ada di sekitar kita.  Belum lagi, pasiennya semakin hari juga terbilang semakin muda. Jika dulu penyakit kronis biasa menyerang mereka yang sudah tua, kini orang-orang yang belum paruh baya juga banyak yang terkena bahkan tidak jarang juga anak-anak menjadi pasiennya. Kita semakin khawatir dengan kualitas kesehatan yang kita miliki. Padahal kita membutuhkan tubuh yang sehat agar bisa beraktivitas dengan optimal. Tidak ada yang ingin sakit, bahkan kita akan kesulitan walaupun hanya satu bagian tubuh saja yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 

                                                Kehawatiran itu mendorong kita untuk lebih memperhatikan upaya apa yang bisa kita lakukan untuk tetap sehat, yang langkahnya tidak pernah berubah sejak dulu berupa makanan sehat, air putih dan istirahat yang cukup, serta berolahraga. Elemen air putih, isirahat, dan olahraga bisa dibilang lebih sederhana dibandingkan dengan menerapkan pola makanan karena memiliki standar yang cukup jelas. Seperti kebutuhan cairan yang  bisa dihitung berdasarkan berat badan dimana 30 ml air per kg berat badan atau bisa merujuk pada website kemenkes ataupun standar global dua liter per hari. Lalu, istirahat secara umum yang dibutuhkan manusia dewasa, merujuk pada kemenkes adalah tujuh hingga delapan jam setiap harinya. Begitu pula, durasi olahraga yang dibutuhkan, ada acuannya sekitar 150 menit setiap minggu. Sedangkan, pola makan sehat menjadi lebih kompleks mengingat banyaknya jenis makanan yang kita miliki saat ini dan berbagai cara memakannya.

                                                Sebagai salah satu elemen dasar dalam menjaga kesehatan, penting untuk kita benar-benar memahami bagaimana menerapkan pola makan yang tepat. Dengan kondisi tubuh kita masing-masing, dengan kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap kita, serta dengan semakin banyaknya makanan yang ada. Sehat untuk seseorang belum tentu sehat pula bagi kita. Pola makan yang tepat ternyata tidak bisa diterapkan pada semua orang dengan sama rata. Jangan sampai niat sehat yang kita miliki dilakukan dengan cara yang tidak tepat sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. 


                                                Pola Makan Tepat yang Lebih Sehat

                                                Perjalanan menerapkan pola makan sehat ini tidak bisa dibilang perjalanan singkat yang saya ataupun kita semua lalui. Ada banyak alasan yang melatar belakangi ketika kita akhirnya tersadar dan mulai benar-benar memperhatikan apa yang kita makan. Ada yang memulainya karena hasil cek darah, ada yang memulainya dari pengalaman orang lain, ada pula yang memulainya karena menjadi penanggung jawab di dapur keluarga. Perjalanan saya dimulai beriringan dengan kebutuhan makanan anak yang perlu dipenuhi agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal. Berangkat dari kebiasaan malas makan, tidak peduli apa yang dimakan, hingga kini menjadi lebih cermat pada apa yang dimasukkan ke tubuh, berikut beberapa hal yang menurut saya penting bagi setiap kita aplikasikan untuk memulai pola makan yang lebih sehat.


                                                • Tahu Kondisi Diri
                                                Inilah dasar paling pertama yang mendahului sebelum hal lainnya, dimana kita sadar bagaimana kondisi kita masing-masing. Berapa usia kita, bagaiman kegiatan kita sehari-hari, apa yang kita butuhkan, berapa kalori yang kita perlukan sehari, apa makanan yang baik untuk menunjang fungsi tubuh kita ini. Untuk lebih jelasnya, perlu kita lakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin mengenai kondisi tubuh sendiri. Apakah kita kekurangan zat tertentu atau malah kelebihan. Apakah angka-angkanya sesuai dengan batas normal atau ada peringatan. Dari sana menu makan kita akan menyesuaikan. 

                                                • Mindfull/ Berkesadaran
                                                Aktivitas makan ternyata juga berkaitan erat dengan kondisi mental kita. Apakah kita makan dengan sadar atau hanya sambil lewat. Maka sejak awal dikatakan makan jangan disambil. Makan dengan kesadaran, gunakan beberapa menit yang berharga itu memang untuk memberi nutrisi pada tubuh. Agar kita terbiasa sadar apa yang dimakan dan memahami kenapa kita memakannya. Karena tidak sedikit dari kita yang makan bukan karena kebutuhan asupan nutrisi untuk tubuh tapi juga karena alasan lain seperti stres, pelampiasan emosi, ikut-ikutan, tergiur melihat iklan, tertarik dengan kemasan, atau bahkan tidak begitu peduli pada apa yang dimakan. Sehingga kehilangan kontrol diri atas apa yang dimasukkan kedalam tubuh sendiri. 

                                                • Real Food
                                                Ironi sebenarnya pada kenyataan bahwa saking banyaknya makanan buatan yang ada di sekitar kita hingga muncul istilah makanan sungguhan atau real food, untuk membedakannya. Dimana istilah real food ini mengacu pada makanan yang benar-benar murni dari alam bukan buatan pabrik, bukan makanan dengan pengolahan canggih hingga menghilangkan bentuk aslinya atau dengan banyak sekali tambahan zat sintetisnya. Tidak berarti juga real food ini adalah makanan mentah yang langsung diambil dari alam tanpa pengolahan. Untuk memudahkan kita membedakannya, pilihlah makanan yang proses pengolahannya tidak mengubah banyak dari wujud asli bahan makanan tersebut, seperti menu daging hewan, susu murninya, olahan sayur-sayuran, kacang-kacangan juga biji-bijian. Bukana makanan kemasan yang bentuk juga rasanya sudah tidak kita kenali lagi itu sebenarnya terbuat dari apa. 

                                                • Sesuaikan dengan Kebutuhan
                                                Kita akan mengalami perubahan kebutuhan makanan seiring dengan pertambahan usia dan perubahan aktivitas. Usahakan apa yang kita makan memang sesuai dengan peruntukannya, misalkan anak-anak makan untuk mendukung pertumbuhan dan menunjang aktivitasnya sedangkan orang dewasa makan sebagai sumber tenaga agar bisa beraktivitas. Maka secara umum anak-anak membutuhkan banyak protein dan lemak untuk perkembangannya, sedangkan kita membutuhkan lebih banyak serat untuk menyokong kinerja organ tubuh agar tetap berfungsi optimal. Namun ada kalanya kita membuthkan lebih banyak kalori dengan aktivitas yang juga padat, sehingga kembali pada penyesuaian dengan kebutuhan. Begitu pula, jika kita mengkonsumsi makanan tinggi kalori pastikan kalori tersebut benar dimanfaatkan dengan tubuh sebagai sumber tenaga bukan hanya menumpuk menjadi lemak saja. 

                                                • Konsultasikan dengan Ahli Gizi
                                                Tidak perlu menunggu masalah untuk berkonsultasi juga berlaku pada ahli gizi. Kita menjadwalkan konsul bukan hanya karena ingin diet atau memenuhi target berat badan tertentu. Cukup dengan alasan ketidak tahuan kita akan masalah gizi dan nutrisi. Karena kita tidak begitu tahu menu makanan seperti apa yang cocok dengan kebutuhan tubuh dan aktivitas kita, maka kita membuat janji temu dengan ahli gizi agar kita bisa membuatnya sesuai dengan apa yang benar tubuh kita butuhkan. Konsultasi ini juga akan menghindarkan kita dari salah paham dengan berbagai informasi yang tersebar di sekitar, karena kita punya pegangan tepat yang sudah disesuaikan dengan diri kita sendiri. 

                                                • Beri Pencernaan Waktu Istirahat
                                                Ini juga hal yang tidak kalah penting bagi kita untuk membatasi waktu makan, salah satunya dengan jam makan dan istirahat yang teratur. Orang-orang kini mengenal salah satu metodenya dengan intermitten fasting, tapi terlepas dengan ingin mempraktikkannya atau tidak, kita disarankan untuk memberi jeda setidaknya dua belas jam pencernaan tanpa dijejali makanan. Bisa dari jam 6 sore hingga jam 6 pagi. Isi waktu tersebut hanya dengan air putih atau makanan ringan saja. Atau bisa mempraktikkan puasa sunnah harian sesuai dengan ajuran Rasulullah.  

                                                • Selalu Percaya Ada Opsi yang Lebih Baik
                                                Ketika kita menyadari suatu makanan ternyata tidak baik untuk tubuh, bisa jadi akibatnya kita jadi mengurangi atau menghentikan sama sekali, bisa jadi pula kita jadi kebingungan setelahnya karena sudah terbiasa mengkonsunsi makanan tersebut. Namun percayalah, selalu ada opsi yang lebih baik. Jika tidak bisa mencapai yang katanya paling baik, setidaknya kita berangsung beralih. Ada banyak opsi selain gula putih pasir rafinasi, ada banyak pengganti minyak sawit, ada banyak produsen yang menawarkan cemilan sehat, ada berbagai bahan tepung untuk menggantikan terigu, dan masih banyak lagi. Jadi satu per satu beralih, gantikan yang tidak lagi sesuai baiknya. 

                                                • Memegang Teguh Alasan dan Tujuan
                                                Tidak bisa dipungkiri bahwa godaan makan kita juga semakin berat dengan kemajuan teknologi. Teknik pemasaran semakin kreatif yang ditmbah dengan kemudahan aksesnya semakin mendorong kita untuk melakukan konsumerisme.  Itulah mengapa kita membutuhkan alasan dan tujuan yang jelas agar bisa kuat dengan berbagai godaan mudah dan murah tersebut. Agar kita juga kuat tidak terpengaruh lingkungan sekitar. Tetap berpengang pada pola menu sehat yang kita yakini meskipun dikomentari, kok diet sih kan udah kurus atau makannya hemat banget kaya orang gak mampu.  Agar kita tetap bisa konsisten dengan pola sehat demi diri ini karena kita benar-benar paham sehat yang kita inginkan dan untuk apa sehat itu kita butuhkan.


                                                Dibalik semakin banyaknya metode yang dikembangkan, semakin banyak jenis makanan yang disebut tidak boleh hingga banyaknya alternatif yang katanya lebih sehat, menurut saya kedelapan hal diatas perlu kita jadikan pegangan. Mungkin kita akan menggunakan tepung singkong, mungkin kita akan menggunakan pemanis masakan dari nira kelapa, mungkin kita akan sarapan dengan sayur dan buah, mungkin kita akan membuat keju dan yogurt sendiri, semua bisa saja kita lakukan tapi tidak boleh melupakan hal-hal penting yang justru menjadi landasannya. Berangkat dari sini saja dulu, tanpa perlu mengikuti metode-metode yang tampak ekstrem dan katanya berhasil itu, cobalah berubah satu per satu dalam sekali waktu, sedikit demi sedikit biar tidak sulit.

                                                Dalam praktiknya, kita bisa memulai dengan mengurangi asupan yang komposisinya tidak sehat untuk tubuh, tentu makanan dan minuman kemasan termasuk di dalamnya. Setiap ingin mengkonsumsi sesuatu, biasakan membaca kandungan yang ada dalam bahan tersebut. Produk kemasan biasanya mengandung bahan yang bukan hanya tidak bisa kita bayangkan wujudnya namun juga tidak bisa kita pahami artinya. Zat yang bahkan untuk melafalkannya saja kita kesulitan, apalagi untuk dicerna tubuh, adalah produk makanan yang paling perlu kita hindari. Lalu mulai memilah kembali, karena ada produk yang juga dikemas tapi dengan komposisi yang lebih sederhana. Kabar baiknya, semakin banyak produsen rumahan yang menawarkan makanan dan minuman yang diolah sendiri secara sederhana tanpa menambahkan zat-zat kimia buatan. Setelah itu, kita tentukan sendiri jenis makanan apa yang kita inginkan serta berapa banyak yang tubuh kita perlukan, tidak perlu berlebihan karena hanya menambah berat beban kerja organ. Jika kita benar-benar melihat, ada banyak sekali bahan makanan yang sudah Tuhan ciptakan, yang tersedia di alam untuk kita manfaatkan. 

                                                Maka pilihan ada di tangan kita, hendak memasukkan zat yang bagaimana ke dalam tubuh kita. Ingin tubuh kita diisi dengan zat yang tidak kita kenali atau dengan bahan-bahan yang jelas wujud dan manfaatnya? Ingin lidah kita saja yang dimanjakan dengan zat-zat yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga membuat kecanduan atau dengan bahan sederhana yang meringankan  kinerja dan memanjakan seluruh organ didalamnya? Sadari apa yang kita makan, sadari untuk apa kita memakannya, karena pada akhirnya kita tidak bisa menampik bahwa we are what we eat. 



                                                Salam, Nasha

                                                Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

                                                Kenalan Dulu, yuk!

                                                Hai, aku Nasha! Aku diberkahi dengan dua guru hebat dan akan seterusnya belajar. Sedang giat tentang gracefully adulting, mindfull parenting, dan sustainable living. Kadang review tontonan, buku, dan produk yang baik juga. Semoga berguna!
                                                PS, untuk info kerja sama, bisa email aja ya! ;)

                                                Follow @salamnasha

                                                POPULAR POSTS

                                                • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
                                                • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
                                                • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
                                                • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
                                                • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

                                                Hubungi Aku di sini

                                                Nama

                                                Email *

                                                Pesan *

                                                Advertisement

                                                Label

                                                family REVIEW lifestyle rekomendasi BUMI lingkungan parenting kesehatan mental kesehatan netflix marriage adulting rekomendasi buku

                                                Daftar Tulisan

                                                • ►  2025 (24)
                                                  • ►  Mei 2025 (5)
                                                  • ►  April 2025 (5)
                                                  • ►  Maret 2025 (4)
                                                  • ►  Februari 2025 (5)
                                                  • ►  Januari 2025 (5)
                                                • ▼  2024 (41)
                                                  • ►  Oktober 2024 (4)
                                                  • ▼  September 2024 (8)
                                                    • Tentang Harapan dan Perayaan Kelahiran di Usia De...
                                                    • Berdamai dengan Fear of Aging, Tidak Ketakutan Had...
                                                    • Mengatasi Distracted Parenting, Berlatih Memusatka...
                                                    • Distracted Parenting, Tren Pengasuhan Masa Kini ya...
                                                    • Ajarkan Anak Penghargaan Diri Sejak Dini Agar Tida...
                                                    • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socm...
                                                    • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi ...
                                                    • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
                                                  • ►  Agustus 2024 (5)
                                                  • ►  Juli 2024 (5)
                                                  • ►  Mei 2024 (5)
                                                  • ►  April 2024 (3)
                                                  • ►  Maret 2024 (5)
                                                  • ►  Februari 2024 (3)
                                                  • ►  Januari 2024 (3)
                                                • ►  2023 (117)
                                                  • ►  Desember 2023 (10)
                                                  • ►  November 2023 (10)
                                                  • ►  Oktober 2023 (10)
                                                  • ►  September 2023 (10)
                                                  • ►  Agustus 2023 (10)
                                                  • ►  Juli 2023 (10)
                                                  • ►  Juni 2023 (11)
                                                  • ►  Mei 2023 (12)
                                                  • ►  April 2023 (8)
                                                  • ►  Maret 2023 (10)
                                                  • ►  Februari 2023 (8)
                                                  • ►  Januari 2023 (8)
                                                • ►  2022 (31)
                                                  • ►  Desember 2022 (6)
                                                  • ►  November 2022 (3)
                                                  • ►  Oktober 2022 (4)
                                                  • ►  September 2022 (3)
                                                  • ►  Agustus 2022 (1)
                                                  • ►  Juli 2022 (2)
                                                  • ►  Juni 2022 (3)
                                                  • ►  Mei 2022 (1)
                                                  • ►  April 2022 (2)
                                                  • ►  Maret 2022 (1)
                                                  • ►  Februari 2022 (3)
                                                  • ►  Januari 2022 (2)
                                                • ►  2020 (13)
                                                  • ►  Desember 2020 (1)
                                                  • ►  November 2020 (1)
                                                  • ►  Oktober 2020 (1)
                                                  • ►  Agustus 2020 (1)
                                                  • ►  Juli 2020 (1)
                                                  • ►  Juni 2020 (1)
                                                  • ►  Mei 2020 (1)
                                                  • ►  April 2020 (1)
                                                  • ►  Maret 2020 (2)
                                                  • ►  Februari 2020 (2)
                                                  • ►  Januari 2020 (1)
                                                • ►  2019 (6)
                                                  • ►  September 2019 (1)
                                                  • ►  April 2019 (1)
                                                  • ►  Maret 2019 (1)
                                                  • ►  Januari 2019 (3)
                                                • ►  2018 (5)
                                                  • ►  Desember 2018 (1)
                                                  • ►  November 2018 (4)

                                                BloggerHub Indonesia

                                                Tulisanku Lainnya

                                                Kompasiana Kumparan

                                                Popular Posts

                                                • Review Popok Perekat (Taped Diapers) Premium: Mamy Poko, Fitti, Sweety, Merries
                                                • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
                                                • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
                                                • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
                                                • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

                                                Trending Articles

                                                • Biaya yang Dibutuhkan untuk SD Swasta Rekomendasi di Jogja dan Sleman bagian Utara
                                                • Cara Tepat Makan Lebih Sehat Tanpa Diet Ketat
                                                • Menyadari Bahaya Doomscrolling hingga Mencoba Socmed Detox untuk Kesehatan Jiwa Raga
                                                • Table Daftar TK di Solo Raya, Lengkap sampai Kontak (Update 2022)
                                                • Tips Mengurangi hingga Meniadakan Screen Time Anak, Simpel!

                                                Copyright © SALAM, NASHA. Designed by OddThemes