Bagaimana Kerja Sama Guru dan Orang Tua untuk Perkembangan Anak Optimal

Kita dikarunia anak, mendidik mereka di rumah, menitipkannya di sekolah dengan harapan anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang kita yakini. Guru dan sekolah adalah jembatan keahlian yang tidak kita miliki. Lalu, bagaimana kita bisa bekerja sama dengan guru untuk mengoptimalkan potensi anak?

Ilustrated Picture

Pembahasan anak sekolah memang ada saja, sama seperti urusan mendidik anak yang tidak ada habisnya begitu juga dengan perkara sekolah mereka. Setelah memikirkan usia masuk sekolah, memilih jenis sekolah serta kurikulum yang ditawarkan, mempersiapkan hari pertama mereka, sekarang bagaimana setelah anak benar-benar masuk sekolah kita tetap berperan penting. Tidak melepas anak begitu saja pada guru ataupun sekolah, meskipun mereka sudah menghabiskan hampir seharian di sana.  

Baca Juga: Mengenal Sekolah dengan Lima Kurikulum Internasional, Mana yang Paling Baik?

Sebelumnya, ada tiga hal yang perlu kita pahami saat menyekolahkan anak, antara lain:

- Memegang visi keluarga

Jauh sebelum anak bersekolah, kita sudah lebih dulu menentukan visi keluarga, nilai-nilai apa yang penting dalam keluarga yang ingin ditanamkan pada anak sehingga memilih sekolah yang sejalan dengan itu. Saat anak sekolah, tetap ingat juga visi tersebut sehingga kita akan berupaya untuk memantau apakah kegiatan sekolah memang sesuai atau tidak dengan yang kita bayangkan. 

- Bukan sekedar SPP

Urusan orang tua di sekolah anak bukan sekedar SPP, ada lingkungan dan pergaulan, pastikan semua sesuai dengan kemauan dan kemampuan. Ada pula pertemuan orang tua hingga kegiatan keluarga.

- Menyekolahkan bukan berarti menyerahkan

Ini yang paling penting, setelah anak bersekolah tidak berarti kita menyerahkan begitu saja. Anak bersekolah dengan asumsi bahwa kita meminta orang yang lebih mampu, dalam bidang tertentu, untuk mengajar anak karena kita sendiri tidak mampu, sehingga penanggung jawab utama pendidikan anak tetaplah orang tua. Maka penting untuk kita terus belajar, terus mengevaluasi kegiatan anak. 

Akhirnya anak benar-benar bersekolah, berangkat ke tempat yang kita setujui sebagai pendamping tumbuh kembang anak, bukan lagi sebatas arena bermain untuk mengisi kekosongan hari mereka. Ada perasaan haru tersendiri menyaksikan anak yang dulu dalam buaian sekarang sudah berseragam. 

Ilustrated Picture

Setelah melalui masa pengenalan sekolah, beberapa hal penting yang dapat saya simpulkan mengenai peran kita sebagai orang tua adalah sebagai berikut:

  • Membangun kepercayaan anak

Anak hanya tahu bahwa safe place mereka adalah orang tua dan rumah. Sekarang saat harus rutin pergi ke suatu tempat yang asing, bersama dengan orang-orang baru pula, wajar jika mereka takut dan tidak nyaman pada awalnya. Di sinilah kita berperan untuk membuat mereka percaya bahwa sekolah juga bisa jadi tempat yang aman. Tipsnya dengan memberi anak kesempatan berproses.

Setiap anak memiliki waktu dan cara masing-masing dalam berproses. Cepat lambat itu hanya ukuran kita, bagi mereka itulah durasi paling tepat. Sehingga tidak perlu menyama ratakan sampai memaksa anak. Tentu kita tidak ingin perjalanan pendidikan mereka menjadi hal yang tidak menyenangkan bahkan traumatis sehingga anak mogok sekolah, kan? Ada loh anak yang benar-benar tidak mau sekolah, mogok setahun, hingga terpaksa harus pindah sekolah. Ini pentingnya kita bekerja sama dengan pihak sekolah untuk bertahap meninggalkan anak di sekolah.

Sering-seringlah bicarakan pada anak, apa yang menjadi kekhawatirannya, bagaimana kita bisa membantu mengatasi itu. Buat kesepatakan, nanti ibu antar lalu ibu jemput. Gunakan kata dijemput, agar anak fokus pada kondisi aman dijemput bukan ditinggalkan. Tepati kesepakatan itu, tiba sebelum anak pulang, jangan sampai terlambat, sehingga anak tidak perlu celingukan mencari dan mempertanyakan keberadaan orang tua yang menggerus rasa percaya dan aman mereka. 

  • Terus bangun komunikasi dengan anak

Sepulang anak sekolah, hadir utuh untuk mereka dengarkan cerita mereka, apa saja yang dilakukan di sekolah, siapa saja teman bermainnya, apa kendala yang ia hadapi, apapun. Jika perlu, ikut dalam permainan mereka seperti yang dilakukan oleh para guru. Beri mereka pertanyaan-pertanyaan sepele, mendetil, hingga mereka paham bahwa hal kecil apapun adalah hal penting untuk diceritakan. Orang tua yang mau mendengarkan akan jadi tempat yang aman untuk anak memberi tahu apapun yang terjadi pada mereka kelak. 

  • Komunikasi dengan guru

Beberapa sekolah umumnya memiliki pertemuan untuk memaparkan program sekolahnya sehingga orang tua benar-benar bisa memahami dan bisa bekerja sama dalam mencapai target pendidikan. Bukan soal hafalan, tapi tentang kebiasaan anak apa saja yang dilakukan di sekolah. Hendaknya di rumah bisa diteruskan supaya membentuk karakter anak yang baik. Lalu juga ada evaluasi berkala yang dijadwalkan sekolah agar orang tua mengetahui perkembangan pendidikan anaknya. 

Selain agenda dari pihak sekolah untuk orang tua secara umum tersebut, kita juga perlu membangun komunikasi personal dengan para guru. Komunikasi informal sesederhana sapaan saat mengantar dan menjemput, obrolan ringan sepulang sekolah, atau via whatsapp sangat mungkin dilakukan. Saya melakukan obrolan yang terencana di masa pengenalan sekolah, agar para guru tahu siapa orang tua anak, bagaimana anak di rumah, sampai apa ekspektasi kita terhadap sekolah. Karena saat itu anak sudah beberapa hari masuk sekolah, saya juga bertanya bagaimana anak menurut guru, apa yang ia lakukan, dengan siapa ia berinteraksi, dsb. Senangnya, apa yang guru sampaikan dengan apa yang anak ceritakan cukup mirip. Obrolan informal ini bisa dilakukan secara berkala, ini juga bisa menjadi pertanda bahwa kita hadir dan peduli dengan sekolah anak, bahwa kita terbuka dan siap bekerja sama. 

  • Hadir di acara sekolah

Sepertinya sekolah punya cukup banyak agenda yang memerlukan kehadiran orang tua atau wali murid didalamnya. Mulai dari pengenalan, evaluasi, hingga perpisahan. Usahakan kehadiran kita, apalagi pada acara yang menyangkut dengan anak. Acara sekeluarga ataupun pertunjukan keterampilan anak. Anak mungkin tidak ingat kapan saja kita hadir, tapi akan selalu ingat kapan kita tidak hadir. Karena momen mencari-cari sosok orang tua ditengah keramaian, kebingungan mempertanyakan kemana ayah ibu, itu menyisakan perasaan yang intens dan kemungkinan terbawa bertahun-tahun kemudian. Perasaan yang (Naudzubillah, jangan sampai) membuat ia sampai pada kesimpulan, orang tua tidak peduli.

  • Bangun quality time dengan anak
Dengan bersekolah, anak akan kehilangan banyak waktu yang biasa ia habiskan di rumah dengan bersekolah. Waktu yang bisa ia pakai untuk memainkan mainan kesukaan atau bercengkerama dengan orang tua sekarang sudah terpakai di sekolah. Bisa jadi ini pengalaman menyenangkan, bisa jadi juga ini jadi pengalaman yang asing bagi anak, sehingga quality time dengan orang tua menjadi lebih penting. Jangan sampai anak mengartikan sekolah sebagai jurang pemisah mereka dengan orang tua. Ajak anak aktivitas bersama, dari cerita pengalaman kita bersekolah dulu, mengasyikkannya sekolah, hingga mengulang aktivitas yang ia lakukan di sekolah. 

Ilustrated Picture


Saya juga belum lama menyandang status sebagai orang tua murid, sehingga sedang belajar untuk bisa committed terhadap beberapa hal diatas. Sejauh ini anak pernah sekali tidak masuk sekolah karena tidak sehat, selainnya dia berangkat dan pulang dengan riang, lalu mengulang kembali apapun kegiatan yang ia dapat di sekolah. Aktivitasnya jadi lebih positif. Sampai hari ini kami mengantar tidak pernah terlambat, begitupun menjemputnya. Menjaga agar dia bisa set mood dulu sebelum mulai kegiatan belajar, dan menjaga kepercayaannya tidak sampai celingukan mempertanyakan keberadaan kami. Mendampingi anak 
semenyenangkan mungkin dalam perjalanan panjang pendidikannya. 

Baca Juga: Teruntuk Anakku yang Telah Memulai Perjalanan Panjang Pendidikan


Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!