Kiat Menyiapkan Anak Berpuasa Pertama Kalinya

Akan ada yang pertama dalam segala hal termasuk berpuasa. Bagi anak-anak dengan keingintahuan mereka yang tinggi, mencoba berpuasa bukanlah hal yang sulit. Mungkin lebih sulit kita memikirkan bagaimana kesiapan mereka dan apa saja yang harus kita lakukan untuk mempersiapkannya. Beberapa pertimbangan seperti usia anak, tingkat kecerdasan, juga kepribadian juga akan berpengaruh pada siap tidaknya mereka berpuasa. Setelah dirasa cukup, mari kita mulai bagaimana menyiapkan anak berpuasa untuk pertama kalinya. 



Nilai yang Perlu Diajarkan

Sebelum kita membicarakan bagaimana praktik berpuasa pada anak, kita perlu memastikan dulu pemahaman anak tentang berpuasa. Jangan sampai anak tanpa tahu maknanya lalu ikut-ikutan kita untuk sekedar tidak makan. Memberi pengertian puasa pada anak bisa dimulai pada usia sekitar empat atau lima tahun. Di usia ini biasanya anak lebih matang secara kecerdasan dan emosional sehingga lebih mudah pula memahami informasi.

Awali pengajaran pada anak dengan nilai-nilai tauhid. Mengenai Sang Pencipta, melalui perbincangan ringan menggunakan apa yang ada di sekitar mereka. Tubuh mereka saja misalkan, siapa yang menciptakan tangan yang bisa bergerak, mata yang bisa melihat, hidung yang bisa mencium, dan anggota panca indera lainnya. Bumi dan langit masih terlalu abstrak untuk balita, meski tidak ada batasan untuk mencobanya. Saat menjelaskan pada mereka, kita perlu bersiap dengan berbagai jawaban lainnya. Tetap sabar dan tenang sembari mencoba mencari jawaban sesederhana mungkin yang bisa ia terima. Pengajaran tauhid ini juga pelan-pelan dibarengi dengan, kita harus taat pada perintah Allah.

Selanjutnya tentang ramadhan juga puasa. Bebas mana yang lebih dulu. Bisa dengan ibadah puasa terlebih dahulu sebagai bentuk perintah Allah, atau pada pengenalan bulan-bulan hijriah terlebih dahulu. Ada banyak lagu anak-anak yang menginformasikan tentang nama-nama bulan hijriah tersebut. Jika mengenalkan puasa terlebih dahulu, pengenalan pada bulan hijriah hanya sebagai waktu yang ditentukan oleh Allah untuk kita melakukannya. Allah menyuruh kita berpuasa, pada bulan ramadhan. Jadi penjelasannya hanya berupa perintah Allah yang dikerjakan pada waktu yang Allah kehendaki yaitu pada suatu bulan bernama ramadhan.

Pembelajaran anak perlu dikonkretkan dalam suatu yang berwujud, misalkan dekorasi di ruangan dalam rumah. Sambut rasa penasaran mereka dengan bersama-sama menciptakan suatu karya, sesederhana memberi mereka kertas dan krayon untuk mewarnai atau menggambar tentang ramadhan. Pajang hasil karya mereka, tempel di tempat-tempat yang mudah terlihat. Ini akan membantu memelihara semangat mereka serta bisa meningkatkan kepercayaan diri mereka juga. 

Setelah itu, biarkan anak mencoba, semua prosesinya biarkan anak tahu dan jika mereka ingin biarkan mereka mencoba. Mulai dari sahur, imsak, subuh, khotbah, puasa, takjil, berbuka, berbagi, tadarus, tarawih, juga bersilaturahmi nantinya. Kadang memang ada keraguan dalam hati, mempertanyakan apakah mereka sanggup berpuasa, rasa iba karena mereka harus bangun sangat awal dan terkantuk-kantuk makan, juga kemungkinan mereka bosan mengikuti sholat malam. Tahan diri kita dengan membiarkan mereka yang merasakan. Biarkan mereka merasa lapar, menahannya, hingga meminta berbuka ketika tidak lagi lapar. Biarkan mereka terkantuk-kantuk saat sedang makan sahur. Biarkan pula mereka merasa bosan mendengar khotbah atau mengikuti sholat yang berpuluh rakaatnya. Dampingi mereka tumbuh merasakan semua pengalaman itu. Beri mereka kesempatan untuk memutuskan, percaya pada kemampuan mereka.

Karena pada tahap awal ini apa yang ingin kita tanamkan adalah rasa suka mereka pada berpuasa, rasa suka mereka pada ibadah-ibadah ramadhan tersebut, bukan kemampuan mereka untuk melakukannya. Suka dulu baru bisa. Sama dengan prinsip pengasuhan, seperti yang disampaikan Bunda Elly Risman, yang perlu kita kerjakan hanyalah membentuk kebiasaan dan meninggalkan kenangan. Jadi tidak perlu pasang ekspektasi apa-apa terhadap anak, jangan memaksa, dan jangan juga sampai membandingkan mereka. Didik mereka sesuai perkembangannya, dengan bercerita, bermain, bernyanyi. Pupuk kecintaan mereka sebelum kemampuannya. 


Kiat Anak Mulai Puasa

Anak saya sudah mengenal puasa sejak tahun lalu, tapi masih belum benar-benar melakukannya. Hanya terkadang bangun saat kami sahur, lalu berpuasa pada pagi hari. Belum pernah benar-benar menahan lalu berbuka puasa sesuai dengan tata caranya. Tapi tahun ini, sejak beberapa minggu lalu ia sudah sibuk menyatakan diri ingin berpuasa. Mungkin karena ada tambahan pengajaran dari sekolahnya, sehingga ia begitu semangat menanti ramadhan tiba. Saya pikir tidak ada salahnya ia mencoba, usianya juga sudah lewat lima. 

Beberapa hal yang menjadi catatan bagi saya adalah:

  • Tidak memasang ekspektasi apapun dan tidak memaksa anak
  • Menjadi teladan bagi anak dengan bersemangat mengerjakan ibadah ramadhan termasuk memasang wajah ceria meski rasa lapar mendera
  • Memastikan nutrisinya tetap terpenuhi dengan menu makan padat gizi dan tambahan suplemen vitamin sesuai kebutuhan
  • Menjaga semangatnya dengan berbagai aktivitas, salah satunya dengan buku agenda ramadhan juga aktivitas-aktivitas seru lainnya dengan catatan bukan aktivitas fisik yang menguras tenaga
  • Biarkan anak menikmati prosesnya dengan bertahap, merasa mengantuk, lapar, lemas, serta beri mereka kesempatan mencoba

Baca Juga: Persiapan Ramadhan untuk Anak Usia Belum Sekolah

Sama seperti ketika kita kecil dahulu, puasa mungkin bisa menjadi hal yang menyenangkan bisa juga menjadi hal yang melelahkan. Begitu juga bagi anak-anak ini sekarang. Mendampingi anak berpuasa itu bukan tentang mereka yang bisa ikut berbuka bersama kita ketika magrib tiba tapi tentang menumbuhkan kesukaan mereka pada ibadah ramadhan dimana salah satunya adalah berpuasa. Juga tentang kita yang belajar tetap tenang dan mengendalikan diri dalam mendampingi proses mereka tersebut.

Maka, selamat berpuasa dan selamat menahan diri mendampingi!



Salam, Nasha

1 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!