Cerita kehamilan lewat HPL dan Apa yang Harus Dilakukan

"Loh mbak, belum lahiran ya?"
"Udah lahiran beluum?"

Kira-kira pertanyaan seperti itu yang hampir setiap hari saya dapatkan. Ntah secara obrolan langsung atau dari pesan singkat di ponsel. Awalnya sih santai dan berusaha gak mikirin, ntar kalau udah waktunya juga bakal keluar sendiri ini bayi, batin saya. Tapi lama-lama ya kepikiran juga. Duh, kok belum keluar juga ya? Mesti ikhtiar gimana lagi ya? Kadang bahkan di tengah usaha induksi alami itu, malah ada keluhan dan pertanyaan ke Tuhan, Ya Allah kenapa belum Ya Allah? Padahal dalam doa rutin setelah sholat, selalu mintanya sehat selamat dan di waktu terbaik menurut Allah aja. Tapi ya gitu, manusia -,-"



Di kehamilan pertama sebenarnya saya juga lahiran lewat dari HPL (Hari Perkiraan Lahir), berdasarkan perhitungan dengan metode HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Jadi, harusnya saya bisa lebih santai di kehamilan kedua ini. Apalagi saya tetap rutin kontrol ke dokter kandungan, dan dari keterangan dokter semua dalam kondisi normal. Juga ada beberapa saran induksi alami yang saya upayakan.

Jadi ya, sebisa mungkin dinikmati aja. Ada perasaan-perasaan negatif ya dinikmati juga. Kadang bisa hilang dengan tarik nafas dalam-dalam, kadang dengan curhat ke suami, kadang dengan nangis, atau kadang dengan nge-gas ke orang yang nanya ^^"

Dalam hari-hari menuju HPL dan hari-hari setelah HPL itu, apa yang saya lakukan?
Tentunya, tetap rutin kontrol ke dokter kandungan sesuai saran dokternya. Kalau saya, awalnya dua minggu sekali sampai jadi seminggu sekali. Saat itu, saya konsul di RS JIH dengan dr. Enny S. Pamuji, Sp.OG. Karena dari awal saya udah cocok sama dr. Enny ini, jadi saya lebih 'patuh' dengan semua sarannya. (mungkin nanti akan cerita pengalaman/ review konsul dengan dr. Enny ini)














Hal yang selalu diingatkan beliau sejak awal kehamilan bahkan sampai lewat HPL pun, adalah makan makanan bergizi dan istirahat yang cukup.

Dan karena kondisi bayi sudah matang, yang artinya siap dilahirkan, saya disarankan untuk melakukan induksi alami, antara lain:
1. Pijat payudara
Disarankan setiap dua jam selama lima menit, dan ini yang paling disarankan. Karena resikonya rendah dan tingkat keberhasilannya tinggi. Pijatan ini bertujuan untuk menstimulasi hormon oksitosin yang akan memicu terjadinya kontraksi secara alami. Jadi tubuh akan bereaksi seolah-olah pada isapan bayi menyusui. Namun, metode ini tidak disarankan untuk ibu dengan kehamilan resiko tinggi. Jadi, tetap konsultasikan ke dokter kandungan masing-masing ya.

2. Berhubungan seksual
Saat berhubungan seksual, tubuh juga akan terdorong untuk melepaskan hormon oksitosin, hormon ini yang nantinya akan memicu kontraksi dan memulai persalinan. Selain itu, kandungan hormon prostaglandin pada sperma juga dapat membantu melenturkan serviks atau leher rahim. Tapi ini tidak diperbolehkan untuk bumil yang sudah pecah ketuban ya.

3. Jalan kaki
Jalan kaki merupakan saran yang paling banyak saya dengar saat kerabat tau saya sudah menjelang lahiran. Tapi, ini malah ada di urutan terakhir saran dari dokter kandungan saya. Ia hanya mengatakan, jalan kaki nboleh asalkan tidak sampai kelelahan. Dari artikel-artikel yang saya baca, dijelaskan bahwa jalan kaki tidak terbukti membantu melancarkan persalinan, namun jalan kaki akan membantu menguatkan otot kaki dan pinggul yang diperlukan untuk proses persalinan nantinya.

Nah, itu tiga hal utama yang disarankan oleh dokter kandungan saya. Selain itu, ada info beberapa cara induksi alami seperti senam hamil, gym ball, makan makanan pedas, herbal tertentu, dsb.

Lumayan jalan pagi bisa lihat yg begini ;)














Perlu diingat, induksi alami dilakukan jika kondisi bayi sudah siap dilahirkan, biasanya mulai dilakukan sejak usia kehamilan 36 minggu, dan dalam kondisi kehamilan normal. Masing-masing metode memiliki manfaat dan resiko masing-masing. Jadi, sangat penting untuk mengetahui secara keseluruhan bagaimana cara melakukan metode induksi tersebut, proses bekerjanya metode itu hingga dikatakan dapat membantu persalinan, dan bagaimana kondisi kehamilan kita masing-masing. Karena banyak informasi yang beredar yang sebenarnya belum dapat dibuktikan secara medis.

Saya sendiri melakukan seperti yang disarankan dokter kandungan saya. Selain itu, saya juga rutin berjalan kaki dengan tujuan untuk kebugaran tubuh dan penguatan otot. Lagi pula, jalan pagi lumayan untuk menghirup udara segar, pengaktifan reseptor vitamin D dalam tubuh, dan bisa sedikit melepaskan stres.

Selain itu, kondisi setiap ibu hamil tentu berbeda-beda. Sangat penting untuk memastikan kondisi ibu dan bayi dengan rutin kontrol ntah ke bidan ataupun ke dokter kandungan. Dan juga dengan pandangan dari mereka pun, kita memutuskan sesuatu. Saya juga bisa lebih santai, karena pada kontrol terakhir setelah HPL, dokter telah menginformasikan bagaimana kondisi saya. Kondisi tubuh bayi, air ketuban, tali pusar, detak jantung bayi, intensitas gerakan dan kontraksi, kondisi rahim saya, dsb. "Normal semua. Gapapa ini, belum waktunya lahir aja." ungkap dr. Enny hari itu.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh ibu hamil adalah untuk tetap gembira. Being happy is necessary. Its better to do nothing but happy than do everything but feel burdened. Hati yang gembira akan siap melakukan apa saja. Selain itu, secara medis pun, saat gembira tubuh akan terdorong memproduksi hormon endorfin yang diperlukan untuk persalinan. So, be happy ya bu! Terakhir, jangan lupa berserah hanya kepada Allah yang menentukan segala. Minta kelapangan, kekuatan, dan yang terbaik hanya dari-Nya. InsyaAllah semua akan indah pada waktunya!

Salam, Nasha

0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!