THR Anak Buat Apa? Ide Alokasi untuk Anak Belajar Bijak Donasi Investasi Konsumsi

Di masa lebaran, sudah menjadi kebiasaan anak mendapat cipratan rezeki dari orang sekitarnya dengan nama THR (Tunjangan Hari Raya) juga. Suka cita memang membuat orang lebih mudah mengeluarkan uang. Meskipun jika dilihat sejarahnya, THR ini dianggaran kepada pegawai pemerintah untuk mendukung kegiatan lebaran mereka yang biasanya membutuhkan banyak uang pengeluaran. Sesederhana ongkos mudik dan berbagai jamuan tamu dan kerabat. Cipratan rezeki anak ini, bisa dikategorikan sebagai uang dingin yang didapat tanpa usaha dan tidak bisa diperkirakan jumlahnya berapa. Sehingga ada alternatif yang sangat luas dalam mengalokasikannya, baik untuk konsumsi, donasi, ataupun investasi. Mulai dari membantu orang tua memenuhi kebutuhan si anak sendiri, membeli keinginan-keinginan anak yang selama ini tertahan, memenuhi keinginan sesaat akibat punya uang berlebih, disumbangkan ke banyak sekali pihak yang membutuhkan, ataupun diinvestasikan dalam berbagai bentuk instrumen yang kini tersedia. 

Photo by Karolina Grabowska in Pexels, Edited by Canva

Pengenalan uang pada anak bisa dilakukan sedini mungkin, menyesuaikan dengan usia anak. Bukan sekedar nominal tapi lebih penting lagi mengajari anak mengenai prinsip keuangan. Dari hal yang sederhana, bahwa orang tua bekerja untuk mendapatkan uang, dengan uang itulah bisa digunakan memenuhi kebutuhan dan keinginan. Sehingga tenaga dan waktu yang orang tua habiskan dengan bekerja ditukar dengan uang. Sebanyak itulah, nilai uang itu. Harusnya dengan prinsip ini, anak (dan kita) bisa belajar lebih sadar saat mengeluarkan uang. Karena uang yang dihabiskan itu adalah pertukaran dengan waktu dan tenaga yang kita punya. Selanjutnya, bisa diajari bahwa ada barang-barang tertentu yang butuh uang lebih banyak, sehingga untuk mendapatkannya perlu mengumpulkan/ menabung uang terlebih dahulu. Disini, anak juga bisa belajar bersabar menunggu, juga lebih menghargai apa yang ia miliki. Sebenarnya ada banyak nilai yang bisa kita tanamkan pada anak, jauh melampaui angka uang itu sendiri. 

Dalam mengalokasikannya pun, anak bsa belajar skala prioritas, belajar memilih, sampai bertanggung jawab dengan apa yang ia miliki. Setidaknya ada tiga bagian utama dalam alokasi dana yang kita punya.


Investasi

Pelajaran tentang investasi sepertinya bagian yang paling perlu penyesuaian usia, berhubung tujuan sederhananya adalah mendapatkan keuntungan. Konsep yang cukup abstrak bagi anak usia balita. Mungkin sejalan dengan pengenalan nilai nominal uang, investasi dapat diajarkan pada anak usia sekolah. Tapi bukan berarti uang THR anak tidak bisa dialokasikan untuk investasi. Karena pada usia pra-sekolah, biasanya orang tua yang memegang kendali atas uang anak, maka orang tua bisa saja melakukan investasi atas nama anak tersebut. Karena ini THR anak, mungkin bagian investasi fisik seperti tanah, bangunan, toko bisa kita lewati sampai ke investasi digital yang sekarang semakin marak. Kecanggihan teknologi membuat investasi semakin mudah, hanyab melalui gerakan jari di smartphone, uang THR anak bisa menjadi investasi.  

Beberapa investasi yang bisa dilakukan antara lain:

- Saham

Saham merupakan bentuk kepemilikan atas suatu perusahaan terbuka, yang bisa dilakukan oleh investor dengan rekening investasi. Hingga saat ini, untuk membuka rekening investasi diperlukan KTP atau setidaknya KTM. Namun, tidak menutup kemungkinan syaratnya akan dipermudah dikemdian hari. Sekarang saja, sudah ada sekuritas yang menyediakan layanan sub-account anak dari akun orang tuanya. Saham disana akan menjadi hak milik anak saat ia sudah memiliki KTP di usia 17 tahun. 

- Reksa Dana

Jika saham merupakan kepemilikan yang kita pilih sendiri, reksa dana merupakan bentuk pengelolaan uang oleh pihak yang disebut manajer investasi. Pilihannya bisa obligasi, pasar uang, deposito, ataupun saham, Tergantung dengan profil resiko kita masing-masing. Untuk memiliki reksa dana, kita juga perlu membuka rekening investasi. Lebih mudah lagi, tidak harus di sekuritas, cukup daftar online di apps reksa dana, pisahkan dalam pocket tersendiri, sesuaikan profil resiko, lalu transfer uangnya. 

- Tabungan

Ini pilihan digital yang paling umum dan sudah sangat luas dikenal, apalagi membuat tabungan anak juga hal yang sudah biasa dilakukan. Hingga usia 17 tahun dan memiliki KTP sendiri, administrasi akun anak akan terus terhubung pada orang tuanya. Biasanya rekening anak tidak dikenakan biaya adminstrasi bulanan, dengan setoran awal dan saldo minimum yang jauh lebih rendah daripada tabungan reguler.

- Emas

Pilihan terakhir yang semakin ramai belakang adalah emas. Bukan hanya bentuk fisik, sekarang investasi emas juga tersedia dalam bentuk digital. Aplikasi investasi emas biasanya langsung mengkonversikan uang uang ingin kita investasikan ke satuan emas sesuai harga emas pada hari itu. Bukan hanya pembelian, penjualan emas juga bisa dilakukan secara online. Suatu waktu, ingin emas yang disimpan online itu dalam bentuk fisik juga bisa. 

Lebih nyamannya lagi, semua bentuk investasi itu tersedia juga pilihan syariahnya, yang sudah dijamin oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia).

Photo by Ahsanjaya in Pexels, Edited by Canva

Donasi

Selain mengajari anak cara mendapatkan keuntungan, hal yang lebih dulu perlu anak pahami adalah cara berbagi. Berbagi pada saudaranya, berbagi pada teman-temannya, berbagi pada orang yang membutuhkan. Banyak sekali alasan baik kenapa berbagi perlu diajarkan pada anak sejak usia dini, seperti mengasah kepedulian, empati, bekerja sama, menekan egoisme, dll. 

Lagi-lagi, kecanggihan teknologi memudahkan kita. Selain berkunjung langsung ke tempat-tempat yang membutuhkan, mengisi kotak amal yang umumnya ada di tempat-tempat umum seperti restoran atau masjid, donasi juga bisa dilakukan secara daring. Semakin banyak lembaga yang menerima dan mengumpulkan bantuan kita, tidak peduli jumlahnya berapa, lalu menyalurkannya. 

Donasi ini bisa dilakukan untuk banyak sekali tujuan. Mulai dari membantu kebutuhan anak yatim, beasiswa pendidikan, dukungan kesehatan, pembangunan fasilititas daerah tertinggal, pertolongan akibat bencana alam, modal usaha kecil menengah, hingga untuk binatang terlantar, konservasi satwa, penanaman pohon, pengolahan sampah, ataupun mengatasi perubahan iklim. 

Tahun ini, anak-anak mencoba mengalokasikan THR mereka pada hal baru berupa donasi pada binatang, yaitu orang utan. Melalui Borneo Orang Utan Survival Foundation (BOSF) kita bisa donasi, adopsi, ataupun membeli merchandise mereka yang keuntungannya untuk konservasi orang utan tersebut. Cara melakukannya bisa dilihat pada postingan ini

Karena orang utan adalah wujud nyata makhluk yang dikenal dan pernah dilihat oleh anak-anak, donasi dan adopsi orang utan ini cukup menyenangkan bagi mereka. Apalagi di websitenya kita juga bisa melihat dan memilih siapa yang akan kita adopsi dan untuk berapa lama. Adopsi ini hanya berupa pemberian dana yang digunakan untuk perawatan orang utan tersebut. Sebagai timbal baliknya kita diberi sertifikat yang dipersonalisasi lengkap dengan cerita dan foto orang utan yang kita pilih tersebut. Adopsi juga bisa diperpnjang saat waktunya habis. 

Harapannya, selain berbagi pada sesama manusia, anak-anak juga perlu tahu bahwa ada makhluk hidup lain yang juga membutuhkan bantuan kita. Mereka hidup di hutan, jauh dari pandangan kita, namun juga memiliki kehidupan. Mereka juga punya ibu, mereka terpisah dari ibunya, menjadi korban dari kelakuan manusia, hingga ada orang-orang baik yang rela merawat mereka. Sedikit bentuk donasi ini semoga bisa menambah kesadaran anak-anak untuk bisa saling menyayangi.


Konsumsi

Bisa dikatakan ini pilihan umum yang diambil sebagian kita (yang diikuti oleh anak) dalam alokasi dana yang kita punya. Tidak masalah, karena toh kita memang punya banyak kebutuhan (dan keinginan). Tapi, sebelum mengalokasikan pada konsumsi, anak perlu diajari dulu tentang bijak berkonsumsi, memahami kebutuhannya, paham prioritas, serta memiliki rasa cukup akan sesuatu. Tiba-tiba punya uang yang cukup banyak, melebihi uang jajan yang biasa dipegang, rasanya sudah kaya dan ingin membeli apa saja. Sayang, kenyataannya tidak begitu. Uang yang kita (dan anak) miliki tetap saja terbatas jumlahnya. 

Penggunaan uang anak untuk kebutuhan dia sendiri tidak masalah, meskipun hari biasa juga kita punya anggaran untuk memenuhinya. Namun pengeluaran yang membengkak di hari raya, membuat kita menutupi kebutuhan anak dengan uang THR yang mereka punya, Tidak apa. Dalam alokasi konsumsi, batas amannya adalah selama itu hal yang memang dibutuhkan, bukan asal belanja tanpa dipikir matang terlebih dahulu. Sehingga penting untuk mengajari anak bijak berkonsumsi dan memiliki rasa cukup, jauh sebelum anak bisa memegang uang untuk bisa memenuhi konsumsinya. Tapi diatas itu, sebelum mengajari anak kita sebagai orang tua yang butuh memiliki kebijakan berkonsumi, paham kebutuhan, tahu nilai uang dan barang. Karena uang bukan sekedar apa yang kita dapat cuma-cuma tapi ada pertukaran waktu dan tenaga.



Salam, Nasha


0 Comentarios

Mau nanya atau sharing, bisa disini!